Wednesday, 25 November 2015

ANALISIS FENOMENOLOGI PADA PUISI JARAK KARYA BUDHI WIRYAWAN


ANALISIS FENOMENOLOGI PADA PUISI JARAK  KARYA BUDHI WIRYAWAN
Kartikasari F.
Surel: ksari8015@gmail.com

ABSTRAK
Analisis yang fenomenologi pada puisi yang berjudul Jarak karya Budhi Wiryawan yang diambil dari koran Kedaulatan Rakyat Minggu 16 Maret 2014 memperoleh hasil lapis-lapis fenomenologi. Lapis bunyi/suara yang terdiri dari aliterasi dan asonansi; lapis arti yang mengemukakan tentang seseorang yang mendapat masalah dan mengerti jarak antara dirinya dengan Tuhan sangat jauh, tapi ia tidak ingin dijauhkan dari cinta Tuhan; lapis objek terdiri dari objek-objek yang penting, tokoh, latar, dan dunia pengarang; lapis dunia antara lain jarak manusia yang begitu jauh dengan Tuhannya, jarak pada peta merupakan suatu skala atau bukan jarak yang sebenarnya, cinta Tuhan begitu luas dan lapis metafisis yang dapat kita peroleh walaupun jarak antara Tuhan dengan kita begitu jauh tapi kita harus tetap berdoa agar jarak cinta-Nya tidak jauh dari diri kita.
Kata kunci: fenomenologi, lapis, jarak
A.     LATAR BELAKANG
Puisi merupakan karya sastra yang memiliki banyak makna di dalamnya. Setiap unsur yang melekat dalam puisi mengandung suatu maksud. Pengkajian puisi dapat dikaji melalui berbagai pendekatan. Salah satunya menggunakan pendekatan fenomenologi. Dalam pendekatan fenomenologi, dianalisis lima lapis yakni lapis bunyi/suara, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis. Kelima lapis itu akan menjadikan pembaca memahami makna karya sastra puisi dengan lebih jelas. Oleh karena itu dalam analisis ini disajikan analisis puisi menggunakan pendekatan fenomenologi.



B.     LANDASAN TEORI
Menurut Pradopo puisi adalah karya sastra yang kompleks pada setiap lariknya mempunyai makna yang dapat ditafsirkan secara denotatif atau pun konotatif. Puisi merupakan suatu karya sastra yang inspiratif dan mewakili makna yang tersirat dari ungkapan batin seorang penyair. Sehingga setiap kata atau kalimat tersebut secara tidak langsung mempunyai makna yang abstrak dan memberikan imaji terhadap pembaca. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat membentuk suatu bayangan khayalan bagi pembaca, sehingga memberikan makna yang sangat kompleks. Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya, diantaranya dengan analisis fenomenologis.
Analisis fenomenologis adalah analisis terhadap suatu puisi yang bertujuan untuk mengetahui fenomena eksistensi yang terdapat dalam sebuah puisi. Analisis fenomenologis dalam sebuah puisi merupakan analisis norma-norma karya sastra, norma itu merupakan kenyataan yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri, bukan dari luar karya sastra. Analisis norma tersebut meliputi lima lapis, yaitu lapis bunyi, lapis arti, lapis dunia pengarang, lapis dunia yang implisit, dan yang terakhir lapis metafisika.
Lapis Bunyi/Suara
Lapis bunyi adalah analisis terhadap deretan bunyi-bunyi fonem yang tersusun dalam sebuah puisi. Tujuannya agar dapat mengetahui fonem apa saja yang dominan dalam puisi tersebut dan dapat mengelompokkan aliterasi, asonansi, eufoni, juga kakofoni. Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan, sedangkan asonansi adalah pengulangan bunyi vocal dari kata-kata yang berurutan. Eufoni adalah orkestrasi bunyi yang merdu. Yang termasuk eufoni adalah ombinasi bunyi: g, b, d, dengan bunyi sengau m, n, ng, ny, bunyi liquida r, l menimbulkan orkestrasi yang merdu. Sedangkan kakofoni adalah orkestrasi bunyi yang parau. Yang termasuk dalam kakofoni adalah bunyi konsonan k, p, t, s adalah bunyi yang tak bersuara yang menimbulkan suara yang parau yang tidak enak didengar, tajam di telinga, dan menyesakkan dada.


Semua satuan bunyi yang berdasarkan konvensi tertentu. Lapis bunyi ini haruslah ditunjukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat istimewa atau khusus, yaitu yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Misal, asonansi (huruf vokal), aliterasi (huruf konsonan) dan pola sajak.
Lapis Arti
Analisis lapis arti ialah analisis satuan arti yang berupa kata, kelompok kata, atau kalimat. Arti kata-kata dalam puisi terkadang bukanlah merupakan arti sebenarnya (denotasi), tetapi merupakan kata yang bermakna tidak sebenarnya atau sering disebut makna pinjaman (konotasi).
Satuan terkecil berupa fonem. Satuan fonem berupa suku kata dan kata. Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat, alinea, bait, bab, dan seluruh cerita. Itu semua merupakan satuan arti.
Lapis Objek-objek yang Dikemukakan, Latar, Pelaku dan Dunia Pengarang
Analisis lapis dunia pengarang adalah analisis terhadap isi cerita dalam puisi berdasarkan sudut pengarangnya. Analisis ini biasanya menceritakan isi puisi benar-benar dari sudut pengarangnya, menceritakan apa adanya yang dapat ditemukan dari puisi. Analisis ini bisa berupa parafrasa dari puisi tersebut, yaitu pengungkapa kembali dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain tanpa mengubah pengertian, dengan maksud menjelaskan makna yang tersembunyi.
Objek-objek yang dikemukakan: hal-hal penting yang terdapat dalam puisi. Latar yang dikemukakan tempat dan waktu. Selain itu juga disampaikan pelaku atau tokoh. Dunia pengarang ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang, ini merupakan gabungan dan jalinan antara objek-objek yang dikemukkan, latar, pelaku serta struktur ceritanya (alur).
Lapis Dunia
Analisis lapis dunia yang implisit adalah analisis terhadap sugesti-sugesti atau kiasan yang terdapat dalam sebuah puisi. Menemukan makna tersirat yang ada dalam puisi. Hal ini berkaitan dengan hakikat puisi yang merupakan ekspresi tidak langsung. Lapis dunia yang sebenarnya sudah tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit.
Lapis Metafisis
Analisis lapis metafisika adalah analisis sifat-sifat atau kualitas metafisis, yang terlihat dari sebuah puisi, cerita yang tragis, yang mengerikan, atau yang suci. Sifat-sifat inilah yang membuat pembaca merenungkan apa yang dikemukakan oleh sajak itu. Lapis metafisis menyebabkan pembaca berkontemplasi.

C.     PEMBAHASAN
Analisis fenomenologi ini dilakukan pada puisi berjudul Jarak karya Budhi Wiryawan yang diambil pada Koran Kedaulatan Rakyat Minggu, 16 Maret 2014.
JARAK
Karya Budhi Wiryawan
Diantara dua jarak yang tersekat
aku berada di dalamnya,
dalam kabur dan kabut
yang kubawa lari,
menepi di mimpi

adalah sentimeter skala peta
bukan jarak yang sesungguhnya
sebab rumah Tuhan
tak berpagar waktu
hanya lupa menyebutnya
jika kilometer itu adalah detik
saat ada, tiada itu pemantik

namun pada jarak yang melebar
“aku tak ingin dijauhkan
Dari cinta-Nya yang luas”

Dalam analisis fenomenologi akan dikaji mengenai lima lapis yakni lapis suara/bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis. Berikut hasil dari analisis pada puisi di atas:
Lapis Bunyi/Suara
Lapis suara menganalisis aliterasi (konsonan), asonansi (vokal), pola sajak yang ada dalam setiap baris puisi. Berikut hasil analisis lapis suara/bunyi:
1.      Bait Pertama
Diantara dua jarak yang tersekat
Dari baris pertama bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “r” yang dibuktikan dengan kata diantara, jarak, dan tersekat. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata diantara, dua, jarak, yang, dan tersekat.
aku berada di dalamnya,
Dari baris kedua bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “d” yang dibuktikan dengan kata berada dan di dalamnya. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata aku, berada dan dalamnya.
dalam kabur dan kabut
Dari baris ketiga bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “d, k, b” yang dibuktikan dengan kata dalam, kabur, dan, kabut. Jumlah konsonan “d, k, b” dalam baris tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata dalam, kabur, dan, kabut.
yang kubawa lari,
Dari baris keempat bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “y, n, g, k, b, w, l, r” yang dibuktikan dengan kata yang, kubawa dan berlari. Jumlah semua konsonan dalam baris tersebut sama sehingga aliterasi tidak hanya pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata yang, kubawa dan berlari.
menepi di mimpi
Dari baris kelima bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “m” yang dibuktikan dengan kata menepi dan mimpi. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “i” dibuktikan dengan kata menepi, di dan mimpi.

2.      Bait Kedua
adalah sentimeter skala peta
Dari baris pertama bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “t” yang dibuktikan dengan kata sentimeter dan peta. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata adalah, skala dan peta.
bukan jarak yang sesungguhnya
Dari baris kedua bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “n” yang dibuktikan dengan kata bukan, yang dan sesungguhnya. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata bukan, jarak, yang dan sesungguhnya.
sebab rumah Tuhan
Dari baris ketiga bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “b, h” yang dibuktikan dengan kata sebab, rumah dan Tuhan. Jumlah konsonan “b dan h” dalam baris tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata sebab, rumah dan Tuhan.
tak berpagar waktu
Dari baris keempat bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “t, k, r” yang dibuktikan dengan kata tak, berpagar dan waktu. Jumlah konsonan “t, k, r” dalam baris tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata tak, berpagar dan waktu.
hanya lupa menyebutnya
Dari baris kelima bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “n, y” yang dibuktikan dengan kata hanya, lupa dan menyebutnya. Jumlah konsonan “n, y” dalam baris tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata hanya, lupa dan menyebutnya.
jika kilometer itu adalah detik
Dari baris keenam bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “k” yang dibuktikan dengan kata jika, kilometer, dan detik. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “i, a” dibuktikan dengan kata jika, kilometer, itu, adalah dan detik. Jumlah vokal “i, a” dalam baris tersebut sama banyak sehingga asonansi tidak hanya pada satu huruf saja.
saat ada, tiada itu pemantik
Dari baris ketujuh bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “t” yang dibuktikan dengan kata saat, tiada, itu dan pemantik. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata saat, ada, tiada, itu dan pemantik.
3.      Bait Ketiga
namun pada jarak yang melebar
Dari baris pertama bait ketiga puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “n” yang dibuktikan dengan kata namun dan yang. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata namun, pada, jarak, yang dan melebar.
“aku tak ingin dijauhkan
Dari baris kedua bait ketiga puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “k, n” yang dibuktikan dengan kata aku, tak, ingin, dan dijauhkan. Jumlah konsonan “k, n” dalam baris tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata aku, tak dan dijauhkan.
Dari cinta-Nya yang luas”
Dari baris ketiga bait ketiga puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “n” yang dibuktikan dengan kata cinta-Nya dan yang. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata dari, cinta-Nya, yang, dan luas.
Lapis Arti
Dalam lapis arti akan dikaji arti dari tiap bait yang ada pada puisi yang berjudul Jarak karya Budhi Wiryawan.
Diantara dua jarak yang tersekat
aku berada di dalamnya,
dalam kabur dan kabut
yang kubawa lari,
menepi di mimpi
Arti dari bait pertama di atas adalah menceritakan seseorang yang tersekat diantara dua jarak dan di dalamnya pengelihatan terasa kabur karena kabut. Dapat diartikan pula seseorang yang sedang berada dalam masalah yang berat sehingga ia seperti tersekat pada dua jarak dan tidak bisa keluar. Kata “dalam kabur dan kabut” dapat diartikan sebagai suatu masalah yang berat karena membuat pandangan orang itu menjadi kabur dan hidupnya seolah berkabut atau membuat seseorang tersebut menjadi bingung. Seseorang itu merasa ia tidak bisa menyelesaikan masalahnya karena ia tersesat atau terkurung di antara dua jarak tersebut. Seseorang itu hanya bisa berlari atau melupakan masalahnya dalam khayalan atau mimpi-mimpi.
 adalah sentimeter skala peta
bukan jarak yang sesungguhnya
sebab rumah Tuhan
tak berpagar waktu
hanya lupa menyebutnya
jika kilometer itu adalah detik
saat ada, tiada itu pemantik
Dalam bait kedua mengandung arti bahwa seseorang tadi menyadari jarak yang ada pada sebuah peta bukan jarak yang sesungguhnya melainkan jarak yang berskala begitupun jaraknya dengan Tuhan. Jaraknya dengan Tuhan begitu jauh dan tak tahu kapan ia akan sampai. Baris yang berbunyi “jika kilometer itu adalah detik” menguatkan bahwa jarak antara seseorang dengan Tuhannya sangat jauh. Waktu yang tak terbatas itu dikalikan dengan kilometer sebagai detiknya hingga tidak bisa dihitung jaraknya.
Kemudian kata “saat ada, tiada itu pemantik” kata-kata tersebut merupakan jawaban dari sebuah jarak antara manusia dengan Tuhan. Kata “saat ada” berarti ketika manusia itu masih hidup. Maka saat manusia itu masih hidup, jaraknya dengan Tuhan sangatlah jauh. Kemudian kata “tiada” berarti mati dan kata “pemantik” itu berarti alat untuk membuat api dalam konteks ini diartikan pemicu. Jadi artinya kematian itu adalah pemicu yang menghilangkan jarak manusia dengan Tuhan.
Arti keseluruhan dari bait kedua adalah jarak manusia dan Tuhan sangatlah jauh dan tidak bisa dihitung oleh apapun. Jarak antara manusia dan Tuhan tidak terhitung jauhnya. Jarak yang begitu jauh itu berlaku saat manusia hidup di dunia. Setelah manusia mati, jarak tersebut akan hilang karena manusia kembali kepada Tuhan.      
namun pada jarak yang melebar
“aku tak ingin dijauhkan
Dari cinta-Nya yang luas”
Bait ketiga menggandung arti bahwa seseorang itu menyadari jarak yang jauh antara manusia dengan Tuhan. Namun seseorang itu tidak ingin dijauhkan dari cinta Tuhan yang begitu luas karena dalam menyelesaikan semua masalah di dunia ini tak akan mampu tanpa bantuan Tuhan. Dua baris terakhir yang diberi tanda petik dapat berarti doa dari seseorang itu, “aku tak ingin dijauhkan/ Dari cinta-Nya yang luas.”. Kata-kata tersebut berarti seseorang itu kemudian meminta pertolongan pada Tuhan.
Arti keseluruhan dari puisi yang berjudul Jarak karya Budhi Wiryawan adalah menceritakan seseorang yang sedang tersekap dalam masalah yang sulit ia hadapi. Sulitnya masalah itu hingga membuat orang tersebut kebingungan tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa berangan-angan atau bermimpi saja. Seseorang itu kemudian memikirkan jaraknya dengan Tuhan. Ia sadar jaraknya degan Tuhan tidak dapat diukur dengan apaupun. Jaraknya dengan Tuhan sangat jauh dan tidak bisa dihitung karena hanya kematianlah yang dapat menghilangkan jarak itu. Kematian berati manusia kembali ke sisi Tuhan. Akhirnya seseorang menyadari bahwa dalam jarak yang sangat jauh itu, ia tidak mau jauh dari cinta Tuhan karena ia menyelesaikan masalahnya tanpa pertolongan Tuhan. 
Lapis Objek-objek yang Dikemukakan, Latar, Pelaku dan Dunia Pengarang
Objek-objek penting dalam puisi Jarak karya Budhi Wiryawan adalah sebagai berikut:




Bait
Objek-objek penting
Pertama
Di antara, jarak, aku, dalam, kabur, kabut, lari, menepi, mimpi
Kedua
skala, peta, jarak, rumah, Tuhan, waktu, lupa, kilometer, detik, ada, tiada, pemantik
Ketiga
jarak, melebar, tak ingin, dijauhkan, cinta, luas
Kemudian dalam puisi tersebut terdapat tokoh atau pelaku antara lain adalah aku. Tokoh aku dapat terlihat dari kutipan berikut ini:
Diantara dua jarak yang tersekat
aku berada di dalamnya,
dalam kabur dan kabut
yang kubawa lari,
menepi di mimpi                      (bait 1)

namun pada jarak yang melebar
aku tak ingin dijauhkan
Dari cinta-Nya yang luas”      (bait 3)
Latar dalam puisi tersebut tidak dijelaskan secara jelas pada puisi tersebut. Konflik batin yang yang ada menunjukkan latar tempat terjadi pada diri tokoh aku. Sedangkan latar waktu yang bisa diketahui adalah saat tokoh aku memperoleh masalah yang berat dalam hidunya.
Dunia yang diciptakan pengarang pada puisi tersebut adalah suatu perenungan manusia yang sedang menghadapi masalah hidupnya yang begitu berat dan ia tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Tokoh aku merasa masalah itu sangat sulit dihadapi hingga pandangannya kabur bagaikan banyak kabut dalam hidupnya. Tokoh aku sadar bahwa jaraknya dengan Tuhan sangat jauh dan hanya kematianlah yang dapat membuat jarak itu tiada. Walaupun jaraknya dengan Tuhan begitu jauh, namun ia tidak mau dijauhkan dengan cinta Tuhan karena dalam menghadapi setiap masalah ia tidak bisa tanpa pertolongan Tuhan.
Lapis Dunia
Lapis dunia yang sebenarnya sudah tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit antara lain sebagai berikut:

a.       Jarak manusia yang begitu jauh dengan Tuhannya.
b.      Jarak pada peta merupakan suatu skala atau bukan jarak yang sebenarnya.
c.       Cinta Tuhan begitu luas.
Lapis Metafisis
Setelah membaca puisi tersebut, pembaca mendapatkan suatu perenungan. Perenungan yang dapat diambil dari puisi tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Dalam menyelesaikan masalah kita harus berdoa.
b.      Walaupun jarak antara Tuhan dengan kita begitu jauh tapi kita harus tetap berdoa agar jarak cinta-Nya tidak jauh dari diri kita.
c.       Setiap masalah yang ada di dunia ini dapat diselesaikan dengan pertolongan Tuhan.
D.    SIMPULAN
Analisis yang fenomenologi pada puisi yang berjudul Jarak karya Budhi Wiryawan yang diambil dari koran Kedaulatan Rakyat Minggu 16 Maret 2014 memperoleh hasil lapis-lapis fenomenologi. Lapis bunyi/suara yang terdiri dari aliterasi dan asonansi; lapis arti yang mengemukakan tentang seseorang yang mendapat masalah dan mengerti jarak antara dirinya dengan Tuhan sangat jauh, tapi ia tidak ingin dijauhkan dari cinta Tuhan; lapis objek terdiri dari objek-objek yang penting, tokoh, latar, dan dunia pengarang; lapis dunia antara lain jarak manusia yang begitu jauh dengan Tuhannya, jarak pada peta merupakan suatu skala atau bukan jarak yang sebenarnya, cinta Tuhan begitu luas dan lapis metafisis yang dapat kita peroleh walaupun jarak antara Tuhan dengan kita begitu jauh tapi kita harus tetap berdoa agar jarak cinta-Nya tidak jauh dari diri kita.
E.     DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rahmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: UGM Press
Waluyo, Herman J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga
Kedaulatan Rakyat Minggu, 16 Maret 2014

No comments:

Post a Comment

“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”