ANALISIS FENOMENOLOGI PADA PUISI JARAK KARYA BUDHI WIRYAWAN
Kartikasari F.
Surel: ksari8015@gmail.com
ABSTRAK
Analisis yang fenomenologi pada puisi yang berjudul Jarak karya Budhi Wiryawan yang diambil
dari koran Kedaulatan Rakyat Minggu
16 Maret 2014 memperoleh hasil lapis-lapis fenomenologi. Lapis bunyi/suara yang
terdiri dari aliterasi dan asonansi; lapis arti yang mengemukakan tentang
seseorang yang mendapat masalah dan mengerti jarak antara dirinya dengan Tuhan
sangat jauh, tapi ia tidak ingin dijauhkan dari cinta Tuhan; lapis objek
terdiri dari objek-objek yang penting, tokoh, latar, dan dunia pengarang; lapis
dunia antara lain jarak manusia yang begitu jauh dengan Tuhannya, jarak pada
peta merupakan suatu skala atau bukan jarak yang sebenarnya, cinta Tuhan begitu
luas dan lapis metafisis yang dapat kita peroleh walaupun jarak antara Tuhan
dengan kita begitu jauh tapi kita harus tetap berdoa agar jarak cinta-Nya tidak
jauh dari diri kita.
A.
LATAR BELAKANG
Puisi merupakan karya sastra yang memiliki banyak
makna di dalamnya. Setiap unsur yang melekat dalam puisi mengandung suatu
maksud. Pengkajian puisi dapat dikaji melalui berbagai pendekatan. Salah
satunya menggunakan pendekatan fenomenologi. Dalam pendekatan fenomenologi,
dianalisis lima lapis yakni lapis bunyi/suara, lapis arti, lapis objek, lapis
dunia dan lapis metafisis. Kelima lapis itu akan menjadikan pembaca memahami
makna karya sastra puisi dengan lebih jelas. Oleh karena itu dalam analisis ini
disajikan analisis puisi menggunakan pendekatan fenomenologi.
B.
LANDASAN TEORI
Menurut Pradopo puisi adalah karya sastra yang
kompleks pada setiap lariknya mempunyai makna yang dapat ditafsirkan secara
denotatif atau pun konotatif. Puisi merupakan suatu karya sastra yang
inspiratif dan mewakili makna yang tersirat dari ungkapan batin seorang
penyair. Sehingga setiap kata atau kalimat tersebut secara tidak langsung
mempunyai makna yang abstrak dan memberikan imaji terhadap pembaca. Kata-kata
yang terdapat dalam puisi dapat membentuk suatu bayangan khayalan bagi pembaca,
sehingga memberikan makna yang sangat kompleks. Puisi sebagai salah satu karya
sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya, diantaranya dengan analisis fenomenologis.
Analisis fenomenologis
adalah analisis terhadap suatu puisi yang bertujuan untuk mengetahui fenomena
eksistensi yang terdapat dalam sebuah puisi. Analisis fenomenologis dalam
sebuah puisi merupakan analisis norma-norma karya sastra, norma itu merupakan
kenyataan yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri, bukan dari luar karya
sastra. Analisis norma tersebut meliputi lima lapis, yaitu lapis bunyi, lapis
arti, lapis dunia pengarang, lapis dunia yang implisit, dan yang terakhir lapis
metafisika.
Lapis Bunyi/Suara
Lapis bunyi adalah
analisis terhadap deretan bunyi-bunyi fonem yang tersusun dalam sebuah puisi.
Tujuannya agar dapat mengetahui fonem apa saja yang dominan dalam puisi
tersebut dan dapat mengelompokkan aliterasi, asonansi, eufoni, juga kakofoni.
Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan,
sedangkan asonansi adalah pengulangan bunyi vocal dari kata-kata yang
berurutan. Eufoni adalah orkestrasi bunyi yang merdu. Yang termasuk eufoni
adalah ombinasi bunyi: g, b, d, dengan bunyi sengau m, n, ng, ny, bunyi liquida
r, l menimbulkan orkestrasi yang merdu. Sedangkan kakofoni adalah orkestrasi
bunyi yang parau. Yang termasuk dalam kakofoni adalah bunyi konsonan k, p, t, s
adalah bunyi yang tak bersuara yang menimbulkan suara yang parau yang tidak
enak didengar, tajam di telinga, dan menyesakkan dada.
Semua satuan bunyi
yang berdasarkan konvensi tertentu.
Lapis
bunyi ini haruslah ditunjukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat
istimewa atau khusus, yaitu yang
dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Misal, asonansi (huruf vokal), aliterasi (huruf konsonan)
dan pola sajak.
Lapis Arti
Analisis lapis arti
ialah analisis satuan arti yang berupa kata, kelompok kata, atau kalimat. Arti
kata-kata dalam puisi terkadang bukanlah merupakan arti sebenarnya (denotasi),
tetapi merupakan kata yang bermakna tidak sebenarnya atau sering disebut makna
pinjaman (konotasi).
Satuan terkecil berupa fonem.
Satuan fonem berupa suku kata dan kata. Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat, alinea, bait,
bab, dan seluruh cerita.
Itu
semua merupakan satuan arti.
Lapis Objek-objek yang Dikemukakan, Latar, Pelaku
dan Dunia Pengarang
Analisis lapis dunia
pengarang adalah analisis terhadap isi cerita dalam puisi berdasarkan sudut
pengarangnya. Analisis ini biasanya menceritakan isi puisi benar-benar dari
sudut pengarangnya, menceritakan apa adanya yang dapat ditemukan dari puisi.
Analisis ini bisa berupa parafrasa dari puisi tersebut, yaitu pengungkapa
kembali dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain tanpa
mengubah pengertian, dengan maksud menjelaskan makna yang tersembunyi.
Objek-objek yang dikemukakan:
hal-hal penting yang terdapat dalam puisi.
Latar
yang dikemukakan tempat dan waktu. Selain itu
juga disampaikan pelaku atau tokoh. Dunia pengarang ceritanya,
yang merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang, ini merupakan gabungan dan
jalinan antara objek-objek yang dikemukkan, latar, pelaku serta struktur
ceritanya (alur).
Lapis Dunia
Analisis lapis dunia yang implisit adalah analisis
terhadap sugesti-sugesti atau kiasan yang terdapat dalam sebuah puisi.
Menemukan makna tersirat yang ada dalam puisi. Hal ini berkaitan dengan hakikat
puisi yang merupakan ekspresi tidak langsung. Lapis dunia yang sebenarnya
sudah tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit.
Lapis Metafisis
Analisis lapis metafisika adalah analisis
sifat-sifat atau kualitas metafisis, yang terlihat dari sebuah puisi, cerita
yang tragis, yang mengerikan, atau yang suci. Sifat-sifat inilah yang membuat
pembaca merenungkan apa yang dikemukakan oleh sajak itu. Lapis metafisis
menyebabkan pembaca berkontemplasi.
C.
PEMBAHASAN
Analisis fenomenologi ini dilakukan pada puisi
berjudul Jarak karya Budhi Wiryawan
yang diambil pada Koran Kedaulatan Rakyat
Minggu, 16 Maret 2014.
JARAK
Karya Budhi Wiryawan
Diantara dua
jarak yang tersekat
aku berada di
dalamnya,
dalam kabur dan
kabut
yang kubawa
lari,
menepi di mimpi
adalah
sentimeter skala peta
bukan jarak yang
sesungguhnya
sebab rumah
Tuhan
tak berpagar
waktu
hanya lupa
menyebutnya
jika kilometer
itu adalah detik
saat ada, tiada
itu pemantik
namun pada jarak
yang melebar
“aku tak ingin
dijauhkan
Dari cinta-Nya
yang luas”
Dalam analisis fenomenologi akan dikaji mengenai
lima lapis yakni lapis suara/bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan
lapis metafisis. Berikut hasil dari analisis pada puisi di atas:
Lapis Bunyi/Suara
Lapis suara menganalisis aliterasi (konsonan),
asonansi (vokal), pola sajak yang ada dalam setiap baris puisi. Berikut hasil
analisis lapis suara/bunyi:
1.
Bait Pertama
Diantara dua
jarak yang tersekat
Dari
baris pertama bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah
huruf “r” yang dibuktikan dengan kata diantara,
jarak, dan tersekat. Sedangkan
asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata diantara, dua, jarak, yang, dan tersekat.
aku
berada di dalamnya,
Dari
baris kedua bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah
huruf “d” yang dibuktikan dengan kata berada
dan di dalamnya. Sedangkan
asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata aku, berada dan dalamnya.
dalam
kabur dan kabut
Dari
baris ketiga bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah
huruf “d, k, b” yang dibuktikan dengan kata dalam,
kabur, dan, kabut. Jumlah konsonan “d, k, b” dalam baris tersebut sama
banyak sehingga aliterasi tidak hanya pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi
pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata dalam, kabur, dan, kabut.
yang
kubawa lari,
Dari
baris keempat bait pertama puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah
huruf “y, n, g, k, b, w, l, r” yang dibuktikan dengan kata yang, kubawa dan berlari.
Jumlah semua konsonan dalam baris tersebut sama sehingga aliterasi tidak hanya
pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a”
dibuktikan dengan kata yang, kubawa dan
berlari.
menepi di mimpi
Dari baris kelima bait pertama puisi di atas
diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “m” yang dibuktikan dengan kata menepi dan mimpi. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “i”
dibuktikan dengan kata menepi, di dan
mimpi.
2.
Bait Kedua
adalah
sentimeter skala peta
Dari
baris pertama bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah
huruf “t” yang dibuktikan dengan kata sentimeter
dan peta. Sedangkan asonansi pada
baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata adalah, skala dan peta.
bukan
jarak yang sesungguhnya
Dari
baris kedua bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf
“n” yang dibuktikan dengan kata bukan,
yang dan sesungguhnya. Sedangkan
asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata bukan, jarak, yang dan sesungguhnya.
sebab
rumah Tuhan
Dari
baris ketiga bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf
“b, h” yang dibuktikan dengan kata sebab,
rumah dan Tuhan. Jumlah konsonan
“b dan h” dalam baris tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya pada
satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a”
dibuktikan dengan kata sebab, rumah dan
Tuhan.
tak
berpagar waktu
Dari
baris keempat bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah
huruf “t, k, r” yang dibuktikan dengan kata tak,
berpagar dan waktu. Jumlah
konsonan “t, k, r” dalam baris tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak
hanya pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf
“a” dibuktikan dengan kata tak, berpagar dan
waktu.
hanya
lupa menyebutnya
Dari
baris kelima bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf
“n, y” yang dibuktikan dengan kata hanya,
lupa dan menyebutnya. Jumlah
konsonan “n, y” dalam baris tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya
pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a”
dibuktikan dengan kata hanya, lupa dan
menyebutnya.
jika
kilometer itu adalah detik
Dari
baris keenam bait kedua puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf
“k” yang dibuktikan dengan kata jika,
kilometer, dan detik. Sedangkan
asonansi pada baris tersebut adalah huruf “i, a” dibuktikan dengan kata jika, kilometer, itu, adalah dan detik. Jumlah vokal “i, a” dalam baris
tersebut sama banyak sehingga asonansi tidak hanya pada satu huruf saja.
saat ada, tiada itu pemantik
Dari baris ketujuh bait kedua puisi di atas
diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “t” yang dibuktikan dengan kata saat, tiada, itu dan pemantik. Sedangkan asonansi pada baris
tersebut adalah huruf “a” dibuktikan dengan kata saat, ada, tiada, itu dan pemantik.
3.
Bait Ketiga
namun
pada jarak yang melebar
Dari baris pertama bait ketiga puisi di atas
diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “n” yang dibuktikan dengan kata namun dan yang. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a”
dibuktikan dengan kata namun, pada, jarak,
yang dan melebar.
“aku
tak ingin dijauhkan
Dari
baris kedua bait ketiga puisi di atas diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf
“k, n” yang dibuktikan dengan kata aku,
tak, ingin, dan dijauhkan. Jumlah
konsonan “k, n” dalam baris tersebut sama banyak sehingga aliterasi tidak hanya
pada satu huruf saja. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a”
dibuktikan dengan kata aku, tak dan dijauhkan.
Dari cinta-Nya yang luas”
Dari baris ketiga bait ketiga puisi di atas
diketahui bahwa aliterasinya adalah huruf “n” yang dibuktikan dengan kata cinta-Nya dan yang. Sedangkan asonansi pada baris tersebut adalah huruf “a”
dibuktikan dengan kata dari, cinta-Nya,
yang, dan luas.
Lapis Arti
Dalam lapis arti akan dikaji arti dari tiap bait
yang ada pada puisi yang berjudul Jarak karya
Budhi Wiryawan.
Diantara dua
jarak yang tersekat
aku berada di
dalamnya,
dalam kabur dan
kabut
yang kubawa
lari,
menepi di mimpi
Arti dari bait pertama di atas adalah menceritakan
seseorang yang tersekat diantara dua jarak dan di dalamnya pengelihatan terasa
kabur karena kabut. Dapat diartikan pula seseorang yang sedang berada dalam
masalah yang berat sehingga ia seperti tersekat pada dua jarak dan tidak bisa
keluar. Kata “dalam kabur dan kabut” dapat
diartikan sebagai suatu masalah yang berat karena membuat pandangan orang itu
menjadi kabur dan hidupnya seolah berkabut atau membuat seseorang tersebut
menjadi bingung. Seseorang itu merasa ia tidak bisa menyelesaikan masalahnya
karena ia tersesat atau terkurung di antara dua jarak tersebut. Seseorang itu
hanya bisa berlari atau melupakan masalahnya dalam khayalan atau mimpi-mimpi.
adalah sentimeter skala peta
bukan jarak yang
sesungguhnya
sebab rumah
Tuhan
tak berpagar
waktu
hanya lupa
menyebutnya
jika kilometer
itu adalah detik
saat ada, tiada
itu pemantik
Dalam
bait kedua mengandung arti bahwa seseorang tadi menyadari jarak yang ada pada
sebuah peta bukan jarak yang sesungguhnya melainkan jarak yang berskala
begitupun jaraknya dengan Tuhan. Jaraknya dengan Tuhan begitu jauh dan tak tahu
kapan ia akan sampai. Baris yang berbunyi “jika
kilometer itu adalah detik” menguatkan bahwa jarak antara seseorang dengan
Tuhannya sangat jauh. Waktu yang tak terbatas itu dikalikan dengan kilometer
sebagai detiknya hingga tidak bisa dihitung jaraknya.
Kemudian
kata “saat ada, tiada itu pemantik”
kata-kata tersebut merupakan jawaban dari sebuah jarak antara manusia dengan
Tuhan. Kata “saat ada” berarti ketika
manusia itu masih hidup. Maka saat manusia itu masih hidup, jaraknya dengan
Tuhan sangatlah jauh. Kemudian kata “tiada”
berarti mati dan kata “pemantik” itu
berarti alat untuk membuat api dalam konteks ini diartikan pemicu. Jadi artinya
kematian itu adalah pemicu yang menghilangkan jarak manusia dengan Tuhan.
Arti
keseluruhan dari bait kedua adalah jarak manusia dan Tuhan sangatlah jauh dan
tidak bisa dihitung oleh apapun. Jarak antara manusia dan Tuhan tidak terhitung
jauhnya. Jarak yang begitu jauh itu berlaku saat manusia hidup di dunia. Setelah
manusia mati, jarak tersebut akan hilang karena manusia kembali kepada Tuhan.
namun pada jarak
yang melebar
“aku tak ingin
dijauhkan
Dari cinta-Nya yang luas”
Bait ketiga menggandung arti bahwa seseorang itu
menyadari jarak yang jauh antara manusia dengan Tuhan. Namun seseorang itu
tidak ingin dijauhkan dari cinta Tuhan yang begitu luas karena dalam
menyelesaikan semua masalah di dunia ini tak akan mampu tanpa bantuan Tuhan.
Dua baris terakhir yang diberi tanda petik dapat berarti doa dari seseorang
itu, “aku tak ingin dijauhkan/ Dari
cinta-Nya yang luas.”. Kata-kata tersebut berarti seseorang itu kemudian
meminta pertolongan pada Tuhan.
Arti keseluruhan dari puisi yang berjudul Jarak karya Budhi Wiryawan adalah
menceritakan seseorang yang sedang tersekap dalam masalah yang sulit ia hadapi.
Sulitnya masalah itu hingga membuat orang tersebut kebingungan tanpa bisa
melakukan apapun dan hanya bisa berangan-angan atau bermimpi saja. Seseorang
itu kemudian memikirkan jaraknya dengan Tuhan. Ia sadar jaraknya degan Tuhan
tidak dapat diukur dengan apaupun. Jaraknya dengan Tuhan sangat jauh dan tidak
bisa dihitung karena hanya kematianlah yang dapat menghilangkan jarak itu.
Kematian berati manusia kembali ke sisi Tuhan. Akhirnya seseorang menyadari
bahwa dalam jarak yang sangat jauh itu, ia tidak mau jauh dari cinta Tuhan
karena ia menyelesaikan masalahnya tanpa pertolongan Tuhan.
Lapis Objek-objek yang Dikemukakan,
Latar, Pelaku dan Dunia Pengarang
Objek-objek penting dalam puisi Jarak karya Budhi Wiryawan adalah sebagai berikut:
Bait
|
Objek-objek penting
|
Pertama
|
Di antara, jarak, aku, dalam, kabur,
kabut, lari, menepi, mimpi
|
Kedua
|
skala, peta, jarak, rumah, Tuhan,
waktu, lupa, kilometer, detik, ada, tiada, pemantik
|
Ketiga
|
jarak, melebar, tak ingin, dijauhkan,
cinta, luas
|
Kemudian dalam puisi tersebut terdapat tokoh atau
pelaku antara lain adalah aku. Tokoh aku dapat terlihat dari kutipan berikut
ini:
Diantara dua
jarak yang tersekat
aku berada di dalamnya,
dalam kabur dan
kabut
yang kubawa lari,
menepi di mimpi (bait 1)
namun pada jarak
yang melebar
“aku tak ingin dijauhkan
Dari cinta-Nya yang luas” (bait
3)
Latar dalam puisi tersebut tidak dijelaskan secara
jelas pada puisi tersebut. Konflik batin yang yang ada menunjukkan latar tempat
terjadi pada diri tokoh aku. Sedangkan latar waktu yang bisa diketahui adalah
saat tokoh aku memperoleh masalah yang berat dalam hidunya.
Dunia yang diciptakan pengarang pada puisi tersebut
adalah suatu perenungan manusia yang sedang menghadapi masalah hidupnya yang
begitu berat dan ia tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Tokoh aku
merasa masalah itu sangat sulit dihadapi hingga pandangannya kabur bagaikan
banyak kabut dalam hidupnya. Tokoh aku sadar bahwa jaraknya dengan Tuhan sangat
jauh dan hanya kematianlah yang dapat membuat jarak itu tiada. Walaupun
jaraknya dengan Tuhan begitu jauh, namun ia tidak mau dijauhkan dengan cinta
Tuhan karena dalam menghadapi setiap masalah ia tidak bisa tanpa pertolongan
Tuhan.
Lapis Dunia
Lapis dunia yang
sebenarnya sudah tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit antara
lain sebagai berikut:
a. Jarak manusia yang begitu jauh dengan Tuhannya.
b. Jarak pada peta merupakan suatu skala atau bukan
jarak yang sebenarnya.
c. Cinta Tuhan begitu luas.
Lapis Metafisis
Setelah membaca puisi tersebut, pembaca mendapatkan
suatu perenungan. Perenungan yang dapat diambil dari puisi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Dalam menyelesaikan masalah kita harus berdoa.
b. Walaupun jarak antara Tuhan dengan kita begitu jauh
tapi kita harus tetap berdoa agar jarak cinta-Nya tidak jauh dari diri kita.
c. Setiap masalah yang ada di dunia ini dapat
diselesaikan dengan pertolongan Tuhan.
D.
SIMPULAN
Analisis yang fenomenologi pada puisi yang berjudul Jarak karya Budhi Wiryawan yang diambil
dari koran Kedaulatan Rakyat Minggu
16 Maret 2014 memperoleh hasil lapis-lapis fenomenologi. Lapis bunyi/suara yang
terdiri dari aliterasi dan asonansi; lapis arti yang mengemukakan tentang
seseorang yang mendapat masalah dan mengerti jarak antara dirinya dengan Tuhan
sangat jauh, tapi ia tidak ingin dijauhkan dari cinta Tuhan; lapis objek
terdiri dari objek-objek yang penting, tokoh, latar, dan dunia pengarang; lapis
dunia antara lain jarak manusia yang begitu jauh dengan Tuhannya, jarak pada
peta merupakan suatu skala atau bukan jarak yang sebenarnya, cinta Tuhan begitu
luas dan lapis metafisis yang dapat kita peroleh walaupun jarak antara Tuhan
dengan kita begitu jauh tapi kita harus tetap berdoa agar jarak cinta-Nya tidak
jauh dari diri kita.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Pradopo,
Rahmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
UGM Press
Waluyo,
Herman J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi
Puisi. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga
Kedaulatan Rakyat Minggu, 16 Maret 2014
No comments:
Post a Comment
“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”