ANALISIS STILISTIKA PUISI LAYANG-LAYANG MILIKKU KARYA SLAMET
SUKIRNANTO
Kartikasari F.
Surel: ksari8015@gmail.com
ABSTRAK
Analisis puisi yang
berjudul Layang-layang Milikku karya
Slamet Sukirnanto dilakukan pembacaan heuristik, pembacaan hermeunik dan
analisis gaya bahasa. Dalam analisis gaya bahasa dilakukan analisis pada gaya
kalimat, gaya kata, gaya bunyi dan pengimajian. Setelah dilakukan analisis
tersebut maka dapat disimpulkan memperoleh hasil yakni makna puisi Layang-layang Milikku yang berisi
tentang kemerdekaan berpendapat melalui pembacaan heuristik. dan pembacaan
reteroaktif atau hermeunik. Analisis gaya bahasanya meliputi: gaya kalimat
terdapat pemadatan kalimat di setiap barisnya; gaya kata ditemukan personifiasi
dan metafora; gaya kata ditemukan asonansi dan aliterasi pada setiap barisnya
dan pengimajian ditemukan imaji visual, imaji auditif dan imaji taktil.
Kata
kunci: heuristik,
hermeneutik, gaya bahasa
A.
LATAR BELAKANG
Setiap
karya sastra memiliki makna tertentu yang terkandung di dalamnya. Makna-makna
tersebut dapat bermanfaat bagi hidup kita jika kita dapat menelaahnya dengan
baik dan menjadikannya pelajaran hidup. Karya sastra memiliki unsur keindahan
yang dapat dinikmati tapi juga bermanfaat. Gaya bahasa merupakan sarana sastra
yang turut menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetik karya sastra, bahkan
seringkali nilai seni suatu karya sastra ditentukan oleh gaya bahasanya. Gaya juga
bahasa penting dalam sebuah karya sastra untuk menentukan keindahan dari karya
itu sendiri. Jika tidak banyak gaya bahasa yang ada dalam suatu karya, orang
akan merasa bosan membacanya dan tidak dapat menikmati aspek estetik pada karya
sastra itu sendiri.
Pembaca
dapat memahami makna dan keindahan yang terkandung dalam karya sastra dapat
digunakan analisis gaya bahasa atau yang sering disebut stilistika. Oleh karena
itu, penulis akan membahas tentang pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik
dan analisis gaya bahasa itu sendiri. Analisis gaya bahasa meliputi gaya kalimat,
gaya kata, gaya bunyi dan pengimajian.
B.
LANDASAN TEORI
Stilistika
adalah ilmu yang mempelajari gaya bahasa. Stilistika adalah ilmu bagian dari
linguistik yang memusatkan diri pada variasi-variasi penggunaan bahasa,
seringkali, tetapi tidak eksklusif, memberikan perhatian khusus kepada
penggunaan bahasa yang paling sadar dan paling kompleks dalam kesusastraan.
Stilistika berarti studi tentang gaya bahasa, menyusgestikan sebuah ilmu,
paling sedikit merupakan sebuah studi yang metodis (Turner 1977: 7-8 dalam
Rahmat Djoko Pradopo).
Dick
Hartoko dan B. Rahmanto (1980: 38) bahwa dalam stilistika, ilmu meneliti gaya
bahasa dibedakan antara stilistika diskriptis dan stilistika genetis. Stiliska
diskritif mendekati gaya bahasa sebagai keseluruhan daya ekspresi kejiwaan yang
tergantung dalam suatu bahasa sehingga meneliti nilai-nilai ekspresivitas
khusus yang tergantung dalam suatu bahasa (language),
yaitu secara morfologis, sintaksis, dan semantik. Adapun stilistika genetis
adalah stilistika individual yang memandang gaya bahasa sebagai suatu ungkapan
yang khas pribadi.
Abrams (1981: 190-191) mengemukakan bahwa gaya
bahasa suatu karya sastra itu dapat dianalisis dalam hal diksi atau pilihan
katanya, susunan kalimat atau sintaksisnya, kepadatan dan tipe-tipe bahasa
kiasannya, pola-pola ritmenya, komponen bunyi, ciri-ciri formal lain dan
tujuan-tujuan serta sarana retorikanya.
Penggunaan
bahasa secara tertentu meliputi penggunaan semua aspek bahasanya, yaitu
intonasi, bunyi, kata dan kalimatnya. Hanya saja intonasi ini hanya tampak
jelas dalam bahasa lisan. Oleh karena itu, dalam penelitian teks tertulis
intonasi tidak diteliti, kecuali dalam hal irama yang tampak dalam struktur
bunyi bahasanya dalam karya sastra.
Gaya
bahasa merupakan unsur struktur karya sastra sebagai sistem tanda yang
bermakna, maka satuan-satuan berfungsinya diantaranya: bunyi, kata, kalimat
yang bersifat khusus dalam arti sebagai sarana kebahasaan untuk mendapatkan
efek tertentu ataupun efek estetis. Sebelum dilakukan analisis karya sastra perlu
dipahami maknanya dengan pembacaan heuristik dan pembacaan reteroaktif atau
hermeneutik seperti dikemukakan Riffaterne (1978: 5-6).
C.
PEMBAHASAN
Puisi
yang akan dianalisis menggunakan pendekatan stilistika adalah puisi yang
berjudul Layang-layang Milikku karya
Slamet Sukirnanto. Berikut disajikan puisi tersebut.
Layang-layang Milikku
Karya Slamet Sukirnanto
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau
Membumbung, di
langit biru
Di alam raya
bersama burung-burung bebas
Lihatlah dari
sana, negeri-negeri yang jauh
Adakah
negeri-negeri bebas yang angkuh?
Satu pesan yang
kusampaikan dari bumi ini
Janganlah
meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak
antara kita semakin jauh
Di kota ini aku
sendiri dengan pijar nasib
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau
Membumbung di
langit biru
Sampaikan salam:
hidup teguh di sini
Nyanyian bumi
dalam ujud puisi
1.
PEMBACAAN HEURISTIK
Dalam
pembacaan ini, karya sastra dibaca secara linier, sesuai dengan struktur bahasa
yang sebagai system tanda tingkat pertama. Untuk menjelaskan arti bahasa
bilamana perlu susunan kalimat dibalik seperti susunan bahasa secara normatif,
diberi tambahan kata sambung (dalam kurung), kata-kata dikembalikan ke dalam
bentuk morfologinya yang normatif. Bilamana perlu, kalimat karya sastra diberi
sisipan-sisipan kata dan sinonimnya, diletakkan dalam tanda kurung supaya
artinya menjadi jelas. Arti pembacaan sajak “Layang-layang Milikku” karya Slamet Sukirnanto sebagai berikut.
Layang-layang
milikku (kuterbangkan kau), kumanjakan kau. (agar) Membumbung (tinggi), di
langit (yang) biru. (terbanglah) Di alam raya bersama burung-burung (yang) bebas.
(kemudian) Lihatlah dari (atas) sana, (ada) negeri-negeri yang (terletak) jauh.
Adakah (kau lihat) negeri-negeri bebas yang angkuh?
(ada)
Satu pesan yang (ingin) kusampaikan (untukmu) dari bumi ini. Janganlah (kau) meninggalkan
daku, kemudian kau pergi (lebih jauh). Sebab jarak antara kita (bertambah) semakin
jauh. Di kota ini aku (tinggal) sendiri dengan pijar nasib (yang mungkin
terjadi).
Layang-layang
milikku (kuterbangkan kau), kumanjakan kau. Membumbung (tinggi) di langit
(yang) biru (itu). (tolong) Sampaikan salam (ini): (tetaplah) hidup teguh di
sini. (kuucapkan) Nyanyian bumi dalam ujud puisi (yang indah).
2.
PEMBACAAN RETEROAKTIF ATAU HERMENEUTIK
Pembacaan
heuristik itu baru memperjelas arti kebahasaaannya, tetapi makna karya sastra
atau sajak itu belum tertangkap. Oleh karena itu, pembacaan heuristik dengan
pembacaan reteroaktif dan diberi tafsiran (dibaca secara hermeneutik) sesuai
dengan konvensi sastra sebagai berikut.
Dalam
bagian ini akan dijelaskan mengenai penafsiran tiap bait dari puisi yang
berjudul “Layang-layang Milikku”
karya Slamet Sukirnanto sebagai berikut.
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau
Membumbung, di
langit biru
Di alam raya
bersama burung-burung bebas
Lihatlah dari
sana, negeri-negeri yang jauh
Adakah
negeri-negeri bebas yang angkuh?
Dalam
bait pertama menceritakan tentang seseorang yang memiliki pemikiran bebas atau
kemerdekaan untuk berpendapat. Kata layang-layang dapat diartikan sebagai suatu
pemikiran, gagasan, ide ataupun pendapat seseorang. Tokoh aku adalah pemilik
dari suatu pemikiran, gagasan, ide atau pendapat itu. Ia memanjakannya dengan
arti bahwa ia memiliki kebebasan untuk mengemukakan pemikirannya. Pemikiran
seseorang dapat dengan meluas dan mendalam atau dalam bait tersebut digambarkan
dengan kata membumbung.
Setelah
kemerdekaan dan setelah berlakunya era reformasi, di negara Indonesia setiap
warga negaranya memiliki hak yang sama untuk mengeluarkan pemikiran, ide, gagasan
atau pendapat yang ia miliki tentang suatu hal. Jika hal tersebut terlaksana,
maka terciptalah masyarakat yang demokratis. Dalam baris Di alam raya bersama burung-burung yang bebas, mengandung arti
bahwa merdeka berarti bebas. Bebas menentukan apapun tanpa terikat oleh negara
manapun. Seperti burung yang bebas yang bisa terbang kemanapun ia mau.
Saat
ada kemerdekaan untuk bebas berpendapat maka ada di sisi lain orang-orang yang
angkuh. Dalam puisi tersebut digambarkan dengan kata-kata negara-negara bebas yang angkuh. kata angkuh dapat diartikan
sebagai orang yang suka merendahkan orang lain, sombong dan congkak. Jadi dalam
masa kemerdekaan yang bebas berpendapat ini, adapula orang yang memiliki sifat
angkuh atau tidak mau menerima pendapat yang yang disampaikan orang lain. Seperti
yang terjadi pada kehidupan saat pemerintahan presiden Soeharto dimana
kebebasan berpendapat tidak berjalan secara maksimal karena banyak pihak-pihak
yang mudah tersinggung dan tidak dapat menerima pendapat dari orang lain. Hal
itu menjadikan pelaksanaan demokrasi kurang berjalan dengan lancar. Dalam puisi
Slamet Sukirnato lainnya juga membahas pelaksanaan demokrasi seperti pada
puisinya yang berjudul Catatan Harian
Seorang Demonstran.
Bait 2
Satu pesan yang
kusampaikan dari bumi ini
Janganlah
meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak
antara kita semakin jauh
Di kota ini aku
sendiri dengan pijar nasib
Baris
satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
dapat mengandung arti ada sebuah pesan yang akan disampaikan dari dirinya
sendiri. Kata bumi ini dapat berarti
diri sendiri karena pada dasarnya manusia tercipta dari tanah dan akan kembali
ke tanah. Pesan tersebut adalah pesan yang mengandung ketakutan akan kehilangan
suatu kemerdekaan yang telah dimiliki. Hal tersebut diperjelas pada baris
berikutnya yang berbunyi Janganlah kau
meninggalkan daku, kemudian pergi. Baris tersebut menyiratkan sebuah
ketakutan.
Bait
di atas berarti bahwa tokoh aku tidak mau jika kemerdekaannya untuk berpendapat
dan mengeluarkan gagasannya pergi meninggalkannya ataupun dirampas haknya oleh
orang lain. Jika kemerdekaan itu pergi atau hilang, maka jaraknya akan semakin
jauh dan pemiliknya akan menderita. Kata aku
sendiri dengan pijar nasib dapat berarti bahwa tokoh aku akan sendiri jika
kemerdekaannya pergi. Dalam kesendirian itu, dia menunggu nasib yang mungkin
terjadi. Pijar berarti menyala. Dalam kaitannya dengan puisi di atas, tokoh aku
menunggu nasib yang akan terjadi pada dirinya apabila kemerdekaannya hilang.
Bait 3
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau
Membumbung di
langit biru
Sampaikan salam:
hidup teguh di sini
Nyanyian
bumi dalam ujud puisi
Dalam
bait ketiga ini, pengarang kembali membahas tentang kemerdekaannya untuk
berpendapat. Dua baris pertama dari bait keiga ini merupakan perulangan dari
baris-baris di bait pertama. Dalam bait ini, pengarang menyeritakan kembali kemerdekaan
menyatakan pendapat melalui kata layang-layang
yang berarti pemikiran, gagasan atau ide dan kata kumanjakan yang berarti membebaskannya untuk keluar dari pikirannya
serta kata membumbung yang meyakinkan
kata kebebasan.
Baris
sampaikan salam: hidup teguh di sini memberikan
arti bahwa walaupun ada orang-orang yang angkuh yang tidak dapat menerima
pendapat orang lain, tapi demokrasi harus tetap dijaga. Kata hidup teguh berarti sebuah keteguhan.
Dalam puisi tersebut mengajak untuk tetap menjaga keteguhan untuk
mempertahankan sebuah negara yang demokrasi.
Kemudian untuk baris terakhir, baris nyanyian
bumi dalam ujud puisi dapat diartikan sebagai nasehat. Kata nyanyian dan puisi merupakan salah satu sarana untuk berkomunikasi. Kedua kata
itu memiliki bentuk kata-kata atau yang dapat kita artikan sebagai sebuah
nasehat. Dalam suatu kumpulan kata-kata akan terdapat sebuah makna yang
mengandung suatu ilmu yang dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
ANALISIS GAYA BAHASA
Untuk
dapat menangkap makna karya sastra secara keseluruhan, lebih dahulu harap
diterangkan gaya bahasa dalam wujud kalimat atau sintaksisnya, kemudian diikuti
analisis gaya kata, dan yang terakhir analisis gaya bunyi.
a.
Gaya kalimat
Sajak
memerlukan kepadatan dan ekspresivitas karena sajak itu hanya mengemukakan inti
masalah atau inti pengalaman. Oleh karena itu terjadi pemadatan, hanya yang
perlu-perlu saja dinyatakan, maka hubungan kalimat-kalimatnya implisit, hanya
tersirat saja. Hal ini tampak pada baris-baris atau kalimat-kalimat dalam
setiap bait. Jadi gaya kalimat demikian disebut gaya kalimat implisit. Dalam
puisi tersebut terdapat pemadatan kalimat sebagai berikut.
Layang-layang
Milikku
Karya
Slamet Sukirnanto
Layang-layang milikku (kuterbangkan kau), kumanjakan kau
(agar)
Membumbung (tinggi), di langit (yang) biru
(terbanglah)
Di alam raya bersama burung-burung (yang)
bebas
(kemudian) Lihatlah
dari (atas) sana, (ada) negeri-negeri yang (terletak) jauh Adakah
(kau lihat) negeri-negeri bebas yang
angkuh?
(ada)
Satu pesan yang (ingin) kusampaikan (untukmu) dari bumi ini
Janganlah
(kau) meninggalkan daku, kemudian kau
pergi (lebih jauh)
Sebab jarak antara kita (bertambah) semakin
jauh
Di kota ini aku
(tinggal) sendiri dengan pijar nasib
(yang mungkin terjadi)
Layang-layang
milikku (kuterbangkan kau), kumanjakan kau
Membumbung (tinggi) di
langit (yang) biru (itu)
(tolong) Sampaikan
salam (ini): (tetaplah) hidup teguh
di sini
(kuucapkan) Nyanyian
bumi dalam ujud puisi (yang indah)
b.
Gaya kata
Terdapat
beberapa macam gaya kata dalam puisi yang berjudul Layang-layang Milikku karya Slamet Sukirnanto. Gaya kata tersebut
sebagai berikut.
Personifikasi
Gaya kata personifikasi pada puisi tersebut terdapat
pada baris berikut:
Nyanyian bumi dalam ujud puisi
Kata
nyanyian bumi merupakan gaya kata
personifikasi karena bumi dianggap sebagai manusia yang dapat bernyanyi. Bumi
adalah benda mati yang tidak dapat bernyanyi. Namun pada baris tersebut bumi
diibaratkan sebagai manusia yang dapat bernyanyi dalam wujud puisi. Bumi
dianggap mampu melakukan perbuatan yang dilakukan manusia. Jadi kutipan di atas
merupakan gaya kata personifikasi karena menjadikan benda mati seolah-olah
hidup seperti manusia.
Metafora
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Kata layang-layang
pada kutipan di atas merupakan gaya kata metafora karena merupakan kiasan
tidak langsung. Kata layang-layang
dapat berarti sebuah pemikiran, gagasan, ide atau pendapat seseorang. Kata
tersebut tidak digunakan untuk menyatakan layang-layang yang sesungguhnya kita
lihat dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pada kutipan di atas terdapat gaya kata
metafora karena memiliki kiasan tidak langsung.
c.
Gaya bunyi
Bunyi
berfungsi untuk mendukung atau memperkeras arti kata ataupun kalimat. Gaya
bunyi memperdalam makna kata dan kalimat. Dalam sajak ini tampak sebagai
berikut.
Bait
Pertama
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “a” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata layang-layang, kumanjakan, kau. Sedangkan aliterasi pada baris di
atas adalah konsonan “k” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kata milikku,
kumanjakan, kau.
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “i” dan “u” karena memiliki jumlah sama banyak
pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata membumbung, di langit, biru. Sedangkan aliterasi pada baris di atas
adalah konsonan “m” dan “b” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata membumbung, biru.
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “a” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata alam, raya, bersama, bebas. Sedangkan aliterasi pada baris di atas
adalah konsonan “b” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal
itu dapat dibuktikan dengan kata bersama,
burung-burung, bebas.
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “a” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata lihatlah, dari, sana, yang, jauh. Sedangkan aliterasi pada baris di
atas adalah konsonan “n” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kata sana,
negeri-negeri, yang.
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “a” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata adakah, bebas, yang, angkuh. Sedangkan aliterasi pada baris di atas
adalah konsonan “n” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal
itu dapat dibuktikan dengan kata negeri-negeri,
yang, angkuh.
Bait Kedua
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “a” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata satu, pesan, yang, kusampaikan, dari. Sedangkan aliterasi pada
baris di atas adalah konsonan “n” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata pesan, yang, kusampaikan, ini.
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “a” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata janganlah, meninggalkan, daku, kemudian, kau. Sedangkan aliterasi
pada baris di atas adalah konsonan “n” karena memiliki jumlah terbanyak pada
baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata janganlah, meninggalkan, kemudian.
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “a” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata sebab, jarak, antara, kita, semakin, jauh. Sedangkan aliterasi pada
baris di atas adalah konsonan “k” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata jarak, kita, semakin.
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “i” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata di, ini, sendiri, pijar, nasib. Sedangkan aliterasi pada baris di
atas adalah konsonan “n” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kata ini,
sendiri, dengan, nasib.
Bait Ketiga
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “a” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata layang-layang, kumanjakan, kau. Sedangkan aliterasi pada baris di
atas adalah konsonan “k” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kata milikku,
kumanjakan, kau.
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “i” dan “u” karena memiliki jumlah sama banyak
pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata membumbung, di langit, biru. Sedangkan aliterasi pada baris di atas
adalah konsonan “m” dan “b” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata membumbung, biru.
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “a” dan “i” karena memiliki jumlah sama banyak
pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata sampaikan, salam, hidup, di sini. Sedangkan aliterasi pada baris di
atas adalah konsonan “s” karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kata sampaikan,
salam, sini.
Asonansi
pada baris di atas adalah vokal “a”, “i”, dan “u” karena memiliki jumlah sama
banyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata nyanyian, bumi, dalam, ujud, puisi. Sedangkan
aliterasi pada baris di atas adalah konsonan “n” karena memiliki jumlah
terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata nyanyian.
d.
Pengimajian
Pengimajian
yang terdapat pada puisi yang berjudul Layang-layang
Milikku karya Slamet Sukirnanto sebagai berikut.
Imaji Visual
Imaji
visual merupakan pencitraan dimana seseorang dibuat seolah-olah melihat
sesuatu. Imaji visual pada puisi di atas terdiri dari:
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Membumbung
di langit biru
Di
alam raya bersama burung-burung bebas (bait 1)
Dari
kutipan di atas dapat dilihat ada beberapa kata yang menimbulkan imaji visual.
Kutipan baris-baris membuat pembaca seolah-olah melihat layang-layang yang
sedang diterbangkan dan membumbung tinggi di langit biru. Layang-layang
merupakan benda yang berbentuk jajargenjang yang terbuat dari kertas yang
sangat tipis atau plastic yang diterbangkan di tanah lapang. Layang-layang
terbang membumbung atau ke atas di langit yang berwarna biru. Langit yang
berwarna biru menandakan bahwa hari itu cerah dan banyak angina untuk
menerbangkan layang-layang.
Kemudian
pada baris terakhir, pembaca dibuat seolah-olah melihat alam raya atau alam
yang sangat luas ini. Selain itu juga dibuat seolah-olah melihat layang-layang
yang terbang bersama burung-burung bebas. Jadi, kutipan di atas merupakan imaji
visual karena penyair ingin membuat pembaca seolah-olah melihat apa yang
digambarkan penyair dalam puisi itu.
Imaji Auditif
Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Dalam
baris di atas terdapat imaji auditif. Kata kusampaikan
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia. Dari kata kusampaikan tersebut, pembaca dibuat
seolah-olah mendengarkan pesan yang diberikan oleh tokoh aku. Hal tersebut
dijelaskan lagi pada baris selanjutnya yang berupa kata-kata janganlah meninggalkan daku, kemudian kau
pergi. Baris itu merupakan pesan yang disampaikan. Jadi penyair hendak
membuat pembaca seolah-olah mendengarkan pesan tersebut.
Nyanyian bumi dalam ujud puisi
Kata
nyanyian dalam bait tersebut
merupakan imaji auditif karena membuat pembaca seolah-olah mendengarkan
nyanyia. Pada dasarnya nyanyian merupakan puisi yang dapat dilagukan. Nyanyian
berupa bunyi-bunyi yang dapat didengar manusia. Dengan adanya nyanyian maka
indera pendengaran manusia akan bekerja. Jadi kutipan di atas merupakan imaji
auditif.
Imaji Taktil
Sampaikan salam: hidup teguh di sini
Dalam
baris di atas terdapat imaji taktil atau perasaan. Kata teguh membuat pembaca seolah-olah merasakan suatu keteguhan hati atau kesungguhan hati. Suatu
kesungguhan hati hanya dapat dirasakan oleh perasaan kita. Jadi kutipan di atas
merupakan imaji taktil.
D.
SIMPULAN
Kesimpulan yang
diperoleh dari analisis puisi yang berjudul Layang-layang
Milikku karya Slamet Sukirnanto dilakukan pembacaan heuristik, pembacaan
hermeunik dan analisis gaya bahasa. Dalam analisis gaya bahasa dilakukan
analisis pada gaya kalimat, gaya kata, gaya bunyi dan pengimajian. Setelah
dilakukan analisis tersebut maka dapat disimpulkan memperoleh hasil yakni makna
puisi Layang-layang Milikku yang
berisi tentang kemerdekaan berpendapat melalui pembacaan heuristik. dan
pembacaan reteroaktif atau hermeunik. Analisis gaya bahasanya meliputi: gaya
kalimat terdapat pemadatan kalimat di setiap barisnya; gaya kata ditemukan
personifiasi dan metafora; gaya kata ditemukan asonansi dan aliterasi pada
setiap barisnya dan pengimajian ditemukan imaji visual, imaji auditif dan imaji
taktil.
E.
DAFTAR
PUSTAKA
Pradopo, Rahmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: UGM Press
Waluyo, Herman J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga
No comments:
Post a Comment
“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”