ANALISIS FENOMENOLOGI PADA PUISI LAYANG-LAYANG MILIKKU KARYA SLAMET SUKIRNANTO
Kartikasari F.
Surel:
ksari8015@gmail.com
ABSTRAK
Analisis yang fenomenologi pada puisi yang berjudul Layang-layang Milikku karya Slamet
Sukirnanto memperoleh hasil lapis-lapis fenomenologi. Lapis bunyi/suara yang
terdiri dari aliterasi dan asonansi di setiap barisnya serta pola persajakan
yang diperoleh pada bait terakhir; lapis arti yang mengemukakan tentang seorang
orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih masa depannya
tapi tetap mengawasi anaknya dan selalu memberi nasehat; lapis objek terdiri
dari objek-objek yang penting, tokoh, latar, dan dunia pengarang; lapis dunia
yang menyatakan sesuatu yang tidak usah dinyatakan tapi telah implisit ada pada
puisi tersebut; dan lapis metafisis atau perenungan yang dapat kita peroleh
secara garis besar mengenai hubungan yang baik antara anak dan orang tuanya.
Kata kunci: fenomenologi,
lapis, layang-layang, milikku
A.
LATAR BELAKANG
Puisi merupakan karya sastra yang memiliki banyak
makna di dalamnya. Setiap unsur yang melekat dalam puisi mengandung suatu
maksud. Pengkajian puisi dapat dikaji melalui berbagai pendekatan. Salah
satunya menggunakan kajian fenomenologi sastra. Fenomenologi merupakan tataran
berpikir secara filosofi terhadap suatu objek yang diteliti. Kecenderungan
filsafat ini menekankan peranan pemahaman terhadap arti. Dalam penelitian
sastra, fenomenologi tidak mendorong subyektifitas murni, melainkan ada upaya
memasuki teks sastra sesuai kesadaran peneliti. Sebuah karya sastra tidak
muncul ke dunia sebagai seberkas arti yang selesai dan terbungkus rapi. Arti
dapat tergantung situasi kesejarahan penafsir. Dari penjelasan ini, otoritas
peneliti sebagai pemberi makna memiliki peranan penting.
Dalam pendekatan fenomenologi, dianalisis lima lapis
yakni lapis bunyi/suara, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis
metafisis. Kelima lapis itu akan menjadikan pembaca memahami makna karya sastra
yang berupa puisi dengan lebih jelas. Setiap orang yang dapat menyelami makna
sebuah karya sastra akan dapat memperoleh suatu pelajaran yang berguna dalam
kehidupannya. Oleh karena itu dalam analisis ini disajikan analisis puisi yang
berjudul Layang-layang Milikku karya
Slamet Sukirnanto menggunakan pendekatan fenomenologi.
B.
LANDASAN TEORI
Menurut Pradopo puisi adalah karya sastra yang
kompleks pada setiap lariknya mempunyai makna yang dapat ditafsirkan secara
denotatif atau pun konotatif. Puisi merupakan suatu karya sastra yang
inspiratif dan mewakili makna yang tersirat dari ungkapan batin seorang
penyair. Sehingga setiap kata atau kalimat tersebut secara tidak langsung
mempunyai makna yang abstrak dan memberikan imaji terhadap pembaca. Kata-kata
yang terdapat dalam puisi dapat membentuk suatu bayangan khayalan bagi pembaca,
sehingga memberikan makna yang sangat kompleks. Puisi sebagai salah satu karya
sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya, diantaranya dengan analisis
fenomenologis.
Analisis fenomenologis
adalah analisis terhadap suatu puisi yang bertujuan untuk mengetahui fenomena
eksistensi yang terdapat dalam sebuah puisi. Analisis fenomenologis dalam
sebuah puisi merupakan analisis norma-norma karya sastra, norma itu merupakan
kenyataan yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri, bukan dari luar karya
sastra. Analisis norma tersebut meliputi lima lapis, yaitu lapis bunyi, lapis
arti, lapis dunia pengarang, lapis dunia yang implisit, dan yang terakhir lapis
metafisika.
1.
Lapis Bunyi/Suara
Lapis bunyi adalah
analisis terhadap deretan bunyi-bunyi fonem yang tersusun dalam sebuah puisi.
Tujuannya agar dapat mengetahui fonem apa saja yang dominan dalam puisi
tersebut dan dapat mengelompokkan aliterasi, asonansi, eufoni, juga kakofoni.
Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan, sedangkan
asonansi adalah pengulangan bunyi vocal dari kata-kata yang berurutan. Eufoni
adalah orkestrasi bunyi yang merdu. Yang termasuk eufoni adalah ombinasi bunyi:
g, b, d, dengan bunyi sengau m, n, ng, ny, bunyi liquida r, l menimbulkan
orkestrasi yang merdu. Sedangkan kakofoni adalah orkestrasi bunyi yang parau.
Yang termasuk dalam kakofoni adalah bunyi konsonan k, p, t, s adalah bunyi yang
tak bersuara yang menimbulkan suara yang parau yang tidak enak didengar, tajam
di telinga, dan menyesakkan dada.
Semua satuan bunyi
yang berdasarkan konvensi tertentu.
Lapis
bunyi ini haruslah ditunjukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat
istimewa atau khusus, yaitu yang
dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Misal, asonansi (huruf vokal), aliterasi (huruf konsonan)
dan pola sajak.
2.
Lapis Arti
Analisis lapis arti
ialah analisis satuan arti yang berupa kata, kelompok kata, atau kalimat. Arti
kata-kata dalam puisi terkadang bukanlah merupakan arti sebenarnya (denotasi),
tetapi merupakan kata yang bermakna tidak sebenarnya atau sering disebut makna
pinjaman (konotasi).
Satuan terkecil
berupa fonem. Satuan fonem berupa suku kata dan kata. Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat, alinea, bait,
bab, dan seluruh cerita.
Itu
semua merupakan satuan arti.
3.
Lapis Objek-objek yang Dikemukakan, Latar, Pelaku
dan Dunia Pengarang
Analisis lapis dunia
pengarang adalah analisis terhadap isi cerita dalam puisi berdasarkan sudut
pengarangnya. Analisis ini biasanya menceritakan isi puisi benar-benar dari
sudut pengarangnya, menceritakan apa adanya yang dapat ditemukan dari puisi.
Analisis ini bisa berupa parafrasa dari puisi tersebut, yaitu pengungkapa
kembali dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain tanpa
mengubah pengertian, dengan maksud menjelaskan makna yang tersembunyi.
Objek-objek yang
dikemukakan: hal-hal penting yang terdapat dalam puisi. Latar yang dikemukakan
tempat dan waktu. Selain itu
juga disampaikan pelaku atau tokoh. Dunia pengarang ceritanya,
yang merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang, ini merupakan gabungan dan
jalinan antara objek-objek yang dikemukkan, latar, pelaku serta struktur
ceritanya (alur).
4.
Lapis Dunia
Analisis lapis dunia yang implisit adalah analisis
terhadap sugesti-sugesti atau kiasan yang terdapat dalam sebuah puisi.
Menemukan makna tersirat yang ada dalam puisi. Hal ini berkaitan dengan hakikat
puisi yang merupakan ekspresi tidak langsung. Lapis dunia yang sebenarnya
sudah tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit.
5.
Lapis Metafisis
Analisis lapis metafisika adalah analisis
sifat-sifat atau kualitas metafisis, yang terlihat dari sebuah puisi, cerita
yang tragis, yang mengerikan, atau yang suci. Sifat-sifat inilah yang membuat
pembaca merenungkan apa yang dikemukakan oleh sajak itu. Lapis metafisis
menyebabkan pembaca berkontemplasi.
C.
PEMBAHASAN
Analisis fenomenologi ini dilakukan pada puisi
berjudul Layang-layang Milikku karya
Slamet Sukirnanto.
Layang-layang Milikku
Karya Slamet Sukirnanto
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau
Membumbung, di
langit biru
Di alam raya
bersama burung-burung bebas
Lihatlah dari
sana, negeri-negeri yang jauh
Adakah
negeri-negeri bebas yang angkuh?
Satu pesan yang
kusampaikan dari bumi ini
Janganlah
meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak
antara kita semakin jauh
Di kota ini aku
sendiri dengan pijar nasib
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau
Membumbung di
langit biru
Sampaikan salam:
hidup teguh di sini
Nyanyian bumi
dalam ujud puisi
Dalam analisis fenomenologi akan dikaji mengenai
lima lapis yakni lapis suara/bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan
lapis metafisis. Berikut hasil dari analisis pada puisi di atas:
1.
Lapis Bunyi/Suara
Lapis suara menganalisis aliterasi (konsonan),
asonansi (vokal), pola sajak yang ada dalam setiap baris puisi. Berikut hasil
analisis lapis suara/bunyi:
Bait Pertama
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata layang-layang,
kumanjakan, kau. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan k
karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan
dengan kata milikku, kumanjakan, kau.
Membumbung, di
langit biru
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal i dan u karena memiliki jumlah sama banyak pada baris tersebut.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kata membumbung,
di langit, biru. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan m
dan b karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat
dibuktikan dengan kata membumbung, biru.
Di alam raya
bersama burung-burung bebas
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata alam, raya,
bersama, bebas. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan b
karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan
dengan kata bersama, burung-burung, bebas.
Lihatlah dari
sana, negeri-negeri yang jauh
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata lihatlah,
dari, sana, yang, jauh. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah
konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat
dibuktikan dengan kata sana,
negeri-negeri, yang.
Adakah
negeri-negeri bebas yang angkuh?
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata adakah,
bebas, yang, angkuh. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan
n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat
dibuktikan dengan kata negeri-negeri,
yang, angkuh.
Bait Kedua
Satu pesan yang
kusampaikan dari bumi ini
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata satu, pesan,
yang, kusampaikan, dari. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah
konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat
dibuktikan dengan kata pesan, yang,
kusampaikan, ini.
Janganlah
meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata janganlah,
meninggalkan, daku, kemudian, kau. Sedangkan aliterasi pada baris di atas
adalah konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata janganlah,
meninggalkan, kemudian.
Sebab jarak
antara kita semakin jauh
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata sebab,
jarak, antara, kita, semakin, jauh. Sedangkan aliterasi pada baris di atas
adalah konsonan k karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata jarak, kita,
semakin.
Di kota ini aku
sendiri dengan pijar nasib
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal i karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata di, ini,
sendiri, pijar, nasib. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah
konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat
dibuktikan dengan kata ini, sendiri,
dengan, nasib.
Bait Ketiga
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu
dapat dibuktikan dengan kata layang-layang,
kumanjakan, kau. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan k
karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan
dengan kata milikku, kumanjakan, kau.
Membumbung di
langit biru
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal i dan u karena memiliki jumlah sama banyak pada baris tersebut.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kata membumbung,
di langit, biru. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan m
dan b karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat
dibuktikan dengan kata membumbung, biru.
Sampaikan salam:
hidup teguh di sini
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal a dan i karena memiliki jumlah sama banyak pada baris tersebut.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kata sampaikan,
salam, hidup, di sini. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah
konsonan s karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat
dibuktikan dengan kata sampaikan, salam,
sini.
Nyanyian bumi dalam ujud puisi
Lapis
bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas
adalah vokal a, i, dan u karena memiliki jumlah sama banyak pada baris
tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata nyanyian, bumi, dalam, ujud, puisi. Sedangkan aliterasi pada baris
di atas adalah konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kata nyanyian.
Setelah
dilakukan analisis di atas maka diperoleh hasil bahwa asonansi terbanyak pada
puisi tersebut adalah vokal a dan alitersi terbanyak pada puisi tersebut adalah
konsonan n. Selain asonan dan aliterasi, terdapat pula pola persajakan yang ada
pada bait terakhir. Berikut kutipannya:
|

Membumbung di
langit biru
Sampaikan salam:
hidup teguh di sini
Nyanyian
bumi dalam ujud puisi
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa vokal “u”
di akhir baris pertama dan kedua memberikan efek asonansi “u”. Kemudian huruf
“i” pada bait ketiga dan keempat memberikan efek asonansi “i”. Apabila dibaca
keseluruhan satu bait maka akan menimbulkan pola persajakan aabb seperti yang
ada di kutipan di atas.
2.
Lapis Arti
Dalam lapis arti akan dikaji arti dari tiap bait
yang ada pada puisi yang berjudul Layang-layang
Milikku karya Slamet Sukirnanto.
Bait 1
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau
Membumbung, di
langit biru
Di alam raya
bersama burung-burung bebas
Lihatlah dari
sana, negeri-negeri yang jauh
Adakah
negeri-negeri bebas yang angkuh?
Dari
bait di atas kata layang-layang diartikan
sebagai seorang anak yang dimanjakan oleh orang tuanya. Anak tersebut boleh
pergi atau merantau kemana pun ia mau. Hal tersebut digambarkan dengan
kata-kata kumanjakan kau, membumbung di
langit. Kata tersebut dapat berate kebebasan yang anak untuk menentukan
hidupnya. Orang tua yang diceritakan dalam puisi tersebut adalah orang tua yang
memberikan kebebasan anaknya untuk memilih masa depannya termasuk untuk pergi
dari kampong halamannya atau merantau. Anak tersebut bagaikan layang-layang
yang dapat terbang tinggi membumbung di langit yang tinggi tapi tetap dapat
dikendalikan oleh pemegang senarnya. Dalam puisi ini, laying-layang diartikan
seorang anak yang memperoleh kebebasan untuk menentukan hidupnya tapi masih
dalam pengawasan orang tuanya.
Dalam
bait ini diceritakan bahwa anak diperbolehkan untuk pergi kemanapun. Kata bersama burung-burung bebas dapat
diartikan bahwa anak tersebut juga diperbolehkan berteman dengan siapapun yang
ia temui saat merantau. Saat aak itu pergi berkelana atau merantau maka ia akan
bertemu dengan orang-orang yang berasal dari berbagai daerah yang jauh yang
belum dia kenal. Dari sanalah pengalaman anak akan bertambah karena
pergaulannya. Namun dalam pergaulan dan kehidupan sang anak tidak selamanya
berjalan dengan baik. Kadang anak tersebut tertimpa masalah atau kadang ada
orang-orang yang jahat, angkuh dan tidak menyukainya. Hal tersebut digambarkan
melalui baris Adakah negeri-negeri bebas
yang angkuh? Dari baris tersebut terlihat bahwa orang tua atau tokoh aku
bertanya, adakah kesulitan atau masalah. Kata angkuh sendiri dapat diartikan sebagai suatu yang tercela, tidak
baik, masalah atau kesulitan.
Baik Kedua
Satu pesan yang
kusampaikan dari bumi ini
Janganlah
meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak
antara kita semakin jauh
Di kota ini aku
sendiri dengan pijar nasib
Dalam
baris kedua ini menceritakan harapan dari orang tuanya. Ia tidak ingin anaknya
pergi lebih jauh dari yang ia inginkan. Orang tua selalu menyampaikan
pesan-pesan dari kampung halamannya. Orang tuanya tidak ingin anaknya
melupakannya. Kata janganlah kau
meninggalkan daku, kemudian kau pergi dapat diartikan bahwa orang tua itu
tidak ingin anaknya melupakannya. Jika anak lupa dengan orang tuanya maka jarak
antara mereka akan semakin jauh. Tidak hanya jarak yang secara nyata terlihat
seperti daerah yang berbeda tapi jarak antara hati mereka pun juga semakin
jauh.
Kebanyakan
di kehidupan nyata banyak orang yang melupakan orang tuanya setelah sukses atau
setelah merantau jauh. Berbagai alasan mereka gunakan untuk melupakan dan
meninggalkan orang tua mereka sendiri. Bait ini juga menyatakan ketakutan dari
tokoh aku akan kehilangan anaknya yang telah berada jauh itu. Ia takut anaknya
akan semakin menjauhinya atau bahkan melupakannya. Kemudian di baris terakhir di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib memberikan
arti bahwa orang tua yang telah ditinggal anaknya merantau akan tinggal sendiri
tidak bersama dengan anak-anaknya. Biasanya di waktu muda para orang tua
memperjuangkan anaknya atau berkerja demi anaknya. Setelah anak-anaknya dapat
mandiri maka orang tua tidak lagi memberi nafkah anak-anaknya. Sedangkan kata pijar nasib memberikan arti orang tua
yang anak-anaknya sudah mandiri tinggal menunggu nasib. Dalam hal ini dapat
diartikan menunggu hari tuanya dan kematian.
Bait Ketiga
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau
Membumbung di
langit biru
Sampaikan salam:
hidup teguh di sini
Nyanyian bumi dalam ujud puisi
Dalam bait ketiga, dua baris pertama merupakan
pengulangan dari bait pertama yang menjadikan sebuah penegasan bahwa orang tua
itu tetap membebaskan anaknya untuk memilih masa depannya tapi masih dalam
pengawasannya. Seperti yang telah diungkapkan pada bait pertama tadi kata membumbung dapat diartikan
memperbolehkan anaknya untuk pergi jauh atau merantau. Kemudian orang tua itu
menyampaikan salam untuk menyuruh anaknya hidup teguh di kampong halamannya.
Maksudnya, anaknya diberi pesan oleh orang tuanya untuk pada suatu saat nanti
kembali ke kampong halamannya. Kembali ke kampung itu hidup di sana setelah ia puas
merantau di berbagai daerah.
Pada baris terakhir nyanyian bumi dalam ujud puisi kata tersebut berarti nasehat. Hal
itu menggambarkan bahwa orang tua hanya bisa memberikan nasehat tanpa
memaksakan kehendak anaknya. Kata nyanyian
dan puisi merupakan hal yang
biasanya berupa kata-kata. Kata-kata dapat mengandung makna yang memberikan
pelajaran hidup atau nasehat itu sendiri.
Arti Keseluruhan
Puisi yang berjudul Layang-layang Milikku karya Slamet Sukirnato memiliki arti tentang
orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya. Dalam puisi tersebut anak
diibaratkan sebagai layang-layang yang boleh diterbangkan tinggi hingga
membumbung di langit biru. Namun layang-layang tetap memiliki benang yang
terhubung dengan orang yang memilikinya dan benang tersebut digunakan untuk
mengontrol layang-layang yang terbang bebas di atas langit. Orang tua tersebut
membebaskan anaknya untuk memilih masa depannya tapi ia tetap memberikan
pengawasan dan menasehati anaknya. Selain itu orang tua itu juga membebaskan
anaknya untuk pergi kemana pun dia mau seperti merantau.
Dalam merantau anak itu akan mendapatkan banyak
pengalaman dan bertemu dengan orang-orang yang berasal dari berbagai daerah.
Namun perjalanan kehidupan seseorang tidak selalu berjalan lancar kadang banyak
halangan yang ditemui seperti orang-orang yang angkuh, orang-orang yang jahat
dan situasi yang tidak baik. Dalam kehidupan anak itu pun juga mungkin ditemui
berbagai masalah yang mengganggu hidupnya.
Orang tua menyampaikan pesan agar anaknya yang
berada jauh darinya itu tidak meninggalkannya lebih jauh lagi atau
melupakannya. Orang tua ingin anaknya selalu mengingatnya agar jarak mereka
yang jauh tetapi hati mereka masih tetap dekat. Orang tua selalu menunggu di
kampung halaman, menunggu kepulangan anaknya. Orang yang sudah tua biasanya
anaknya sudah banyak yang madiri dan tidak lagi hidup bersama orang tuanya itu.
Biasanya orang tua tersebut menikmati usia lanjutnya dan menunggu kematian yang
mungkin datang kapan saja.
Dalam bait ketiga ditegaskan kembali bahwa orang tua
itu membebaskan ananknya untuk memilih masa depannya dan memperbolehkan ia
pergi kemanapun ia mau atau merantau. Orang tua itu menyampaikan salam yang
berisi pesan kepada anaknya yang berbunyi “hidup teguh di sini”. Pesan itu
mengandung arti bahwa orang tua menghendaki bila anaknya sudah lelah merantau
dia dapat kembali ke kampung halamannya atau bahkan tinggal menetap di sana. Di
akhir puisi, penyair menekankan bahwa orang tua hanya bisa memberikan “nyanyian
bumi dalam ujud puisi”, yang dimaksudkan dengan nasehat. Jadi orang tua hanya
bisa memberikan nasehat dan doa dari tempatnya.
3.
Lapis Objek-objek yang Dikemukakan, Latar, Pelaku
dan Dunia Pengarang
Objek-objek penting dalam puisi Layang-layang Milikku karya Slamet Sukirnanto adalah sebagai
berikut:
Bait
|
Objek-objek penting
|
Pertama
|
Layang-layang, milikku, kumanjakan,
membumbung, di langit, di alam, bersama, burung-burung, , negeri-negeri,
jauh, angkuh
|
Kedua
|
Pesan, kusampaikan, bumi, janganlah,
meninggalkan, jarak, jauh, di kota, sendiri, nasib
|
Ketiga
|
Layang-layang, milikku, kumanjakan,
membumbung, di langit, salam, teguh, nyanyian, puisi
|
Kemudian dalam puisi tersebut terdapat tokoh atau
pelaku antara lain adalah aku. Tokoh aku dapat terlihat dari kutipan berikut
ini:
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau (Baris 1 Bait 1)
Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Janganlah
meninggalkan daku, kemudian kau
pergi
Sebab jarak
antara kita semakin jauh
Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib (Bait 2)
Dalam kutipan di atas dapat dilihat bahwa salah satu
tokoh dalam puisi tersebut adalah tokoh aku. Selain itu dalam puisi tersebut
juga terdapat tokoh layang-layang atau tokoh kau. Hal tersebut dapat dilihat
dari kutipan berikut:
Layang-layang
milikku, kumanjakan kau (Bait 1 Baris 1)
Janganlah
meninggalkan daku, kemudian kau
pergi (Bait 2 Baris 2)
Latar waktu yang digambarkan dalam puisi di atas tidak
digambarkan dengan jelas. Namun ada kata penghubung yang menyatakan waktu
seperti kemudian. Kemudian untuk
latar tempat digambarkan dengan kata langit,
negara, bumi, dan kota. Sedangkan
latar suasana ditunjukkan dengan suasana senang dan kemudian mengharukan. Pada
bait pertama menceritakan orang tua yang senang hati memberikan kebebasan
anaknya untuk memilih masa depannya tapi dengan cara masih mengawasinya dan
menasehatinya. Kemudian pada bait kedua dan ketiga rasa mengharukan sudah mulai
timbul saat orang tua tidak ingin anaknya pergi lebih jauh, ia menyampaikan
pesan dan salam untuk anaknya itu.
Dunia pengarang atau dunia yang diciptakan pengarang
pada puisi tersebut adalah suatu kebebasan untuk memilih masa depan yang
diberikan orang tua kepada anaknya. Dalam puisi tersebut diceritakan bahwa anak
dianggap sebagai layang-layang dapat diterbangkan bahkan hingga membumbung
tinggi dilangit biru. Namun layang-layang juga memiliki benang yang dipegang
oleh pengendalinya. Artinya, anak tersebut dibebaskan tapi masih dalam
pengawasan dan memperoleh nasehat dari orang tuanya karena orang tua itu tidak
ingin anaknya meninggalkan dan melupakan dirinya.
4.
Lapis Dunia
Lapis dunia yang
sebenarnya sudah tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit antara lain sebagai berikut:
1. Layang-layang membumbung tinggi di langit terbang di
antara burung-burung bebas.
2. Dari atas langit dapat dilihat pemandangan yang jauh
atau tempat-tempat yang berada di kejauhan.
3. Kekhawatiran seseorang yang takut ditinggalkan
karena jarak mereka akan semakin jauh.
4. Seseorang yang memberikan salam untuk hidup teguh di
tempatnya itu.
5.
Lapis Metafisis
Setelah membaca puisi tersebut, pembaca mendapatkan
suatu perenungan. Perenungan yang dapat diambil dari puisi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Orang tua harus memberikan kebebasan anaknya untuk
memilih masa depannya tapi orang tua tersebut harus tetap memberikan pengawasan
dan nasehat.
b. Orang tua tidak boleh memaksakan kehendak anaknya,
setiap anak memiliki kebebasan untuk berpendapat dan menentukan apa yang akan
dia lakukan selama perbuatan itu baik.
c. Seorang anak yang jauh diperantauan atau sudah
menjadi orang sukses tidak boleh meninggalkan dan melupakan orang tua yang
telah sangat berjasa bagi mereka.
d. Orang tua hendaknya selalu mendoakan anaknya
walaupun anaknya berada di negeri atau tempat yang jauh.
e. Anak atau orang yang merantau seharusnya mengingat
kampung halamannya dan meluangkan waktunya untuk menjenguk orang tuanya.
f.
Janganlah
menjadi orang angkuh dan sombong karena memiliki kebebasan atau kemerdekaan.
g. Menjadi seorang anak hendaknya mematuhi nasehat baik
yang diberikan orang tuanya.
D.
SIMPULAN
Kesimpulan dari analisis yang fenomenologi pada
puisi yang berjudul Layang-layang Milikku
karya Slamet Sukirnanto memperoleh hasil yang terdiri dari lapis-lapis
fenomenologi. Lapis bunyi/suara yang terdiri dari aliterasi dan asonansi di
setiap barisnya serta pola persajakan yang diperoleh pada bait terakhir; lapis
arti yang mengemukakan tentang seorang orang tua yang memberikan kebebasan
kepada anaknya untuk memilih masa depannya tapi tetap mengawasi anaknya dan
selalu memberi nasehat; lapis objek terdiri dari objek-objek yang penting,
tokoh, latar, dan dunia pengarang; lapis dunia yang menyatakan sesuatu yang
tidak usah dinyatakan tapi telah implisit ada pada puisi tersebut; dan lapis
metafisis atau perenungan yang dapat kita peroleh secara garis besar mengenai
hubungan yang baik antara anak dan orang tuanya.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rahmat Djoko.
2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
UGM Press
Waluyo, Herman J. 2010.
Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga:
Widya Sari Press Salatiga
Endaswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publising Service)
No comments:
Post a Comment
“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”