Wednesday, 25 November 2015

ANALISIS FENOMENOLOGI PADA PUISI LAYANG-LAYANG MILIKKU KARYA SLAMET SUKIRNANTO


ANALISIS FENOMENOLOGI PADA PUISI LAYANG-LAYANG MILIKKU  KARYA SLAMET SUKIRNANTO
Kartikasari F.
Surel: ksari8015@gmail.com

ABSTRAK
Analisis yang fenomenologi pada puisi yang berjudul Layang-layang Milikku karya Slamet Sukirnanto memperoleh hasil lapis-lapis fenomenologi. Lapis bunyi/suara yang terdiri dari aliterasi dan asonansi di setiap barisnya serta pola persajakan yang diperoleh pada bait terakhir; lapis arti yang mengemukakan tentang seorang orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih masa depannya tapi tetap mengawasi anaknya dan selalu memberi nasehat; lapis objek terdiri dari objek-objek yang penting, tokoh, latar, dan dunia pengarang; lapis dunia yang menyatakan sesuatu yang tidak usah dinyatakan tapi telah implisit ada pada puisi tersebut; dan lapis metafisis atau perenungan yang dapat kita peroleh secara garis besar mengenai hubungan yang baik antara anak dan orang tuanya.
Kata kunci: fenomenologi, lapis, layang-layang, milikku


A.     LATAR BELAKANG
Puisi merupakan karya sastra yang memiliki banyak makna di dalamnya. Setiap unsur yang melekat dalam puisi mengandung suatu maksud. Pengkajian puisi dapat dikaji melalui berbagai pendekatan. Salah satunya menggunakan kajian fenomenologi sastra. Fenomenologi merupakan tataran berpikir secara filosofi terhadap suatu objek yang diteliti. Kecenderungan filsafat ini menekankan peranan pemahaman terhadap arti. Dalam penelitian sastra, fenomenologi tidak mendorong subyektifitas murni, melainkan ada upaya memasuki teks sastra sesuai kesadaran peneliti. Sebuah karya sastra tidak muncul ke dunia sebagai seberkas arti yang selesai dan terbungkus rapi. Arti dapat tergantung situasi kesejarahan penafsir. Dari penjelasan ini, otoritas peneliti sebagai pemberi makna memiliki peranan penting.
Dalam pendekatan fenomenologi, dianalisis lima lapis yakni lapis bunyi/suara, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis. Kelima lapis itu akan menjadikan pembaca memahami makna karya sastra yang berupa puisi dengan lebih jelas. Setiap orang yang dapat menyelami makna sebuah karya sastra akan dapat memperoleh suatu pelajaran yang berguna dalam kehidupannya. Oleh karena itu dalam analisis ini disajikan analisis puisi yang berjudul Layang-layang Milikku karya Slamet Sukirnanto menggunakan pendekatan fenomenologi.

B.     LANDASAN TEORI
Menurut Pradopo puisi adalah karya sastra yang kompleks pada setiap lariknya mempunyai makna yang dapat ditafsirkan secara denotatif atau pun konotatif. Puisi merupakan suatu karya sastra yang inspiratif dan mewakili makna yang tersirat dari ungkapan batin seorang penyair. Sehingga setiap kata atau kalimat tersebut secara tidak langsung mempunyai makna yang abstrak dan memberikan imaji terhadap pembaca. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat membentuk suatu bayangan khayalan bagi pembaca, sehingga memberikan makna yang sangat kompleks. Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya, diantaranya dengan analisis fenomenologis.
Analisis fenomenologis adalah analisis terhadap suatu puisi yang bertujuan untuk mengetahui fenomena eksistensi yang terdapat dalam sebuah puisi. Analisis fenomenologis dalam sebuah puisi merupakan analisis norma-norma karya sastra, norma itu merupakan kenyataan yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri, bukan dari luar karya sastra. Analisis norma tersebut meliputi lima lapis, yaitu lapis bunyi, lapis arti, lapis dunia pengarang, lapis dunia yang implisit, dan yang terakhir lapis metafisika.
1.      Lapis Bunyi/Suara
Lapis bunyi adalah analisis terhadap deretan bunyi-bunyi fonem yang tersusun dalam sebuah puisi. Tujuannya agar dapat mengetahui fonem apa saja yang dominan dalam puisi tersebut dan dapat mengelompokkan aliterasi, asonansi, eufoni, juga kakofoni. Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan, sedangkan asonansi adalah pengulangan bunyi vocal dari kata-kata yang berurutan. Eufoni adalah orkestrasi bunyi yang merdu. Yang termasuk eufoni adalah ombinasi bunyi: g, b, d, dengan bunyi sengau m, n, ng, ny, bunyi liquida r, l menimbulkan orkestrasi yang merdu. Sedangkan kakofoni adalah orkestrasi bunyi yang parau. Yang termasuk dalam kakofoni adalah bunyi konsonan k, p, t, s adalah bunyi yang tak bersuara yang menimbulkan suara yang parau yang tidak enak didengar, tajam di telinga, dan menyesakkan dada.
Semua satuan bunyi yang berdasarkan konvensi tertentu. Lapis bunyi ini haruslah ditunjukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat istimewa atau khusus, yaitu yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Misal, asonansi (huruf vokal), aliterasi (huruf konsonan) dan pola sajak.
2.      Lapis Arti
Analisis lapis arti ialah analisis satuan arti yang berupa kata, kelompok kata, atau kalimat. Arti kata-kata dalam puisi terkadang bukanlah merupakan arti sebenarnya (denotasi), tetapi merupakan kata yang bermakna tidak sebenarnya atau sering disebut makna pinjaman (konotasi).
Satuan terkecil berupa fonem. Satuan fonem berupa suku kata dan kata. Kata bergabung menjadi kelompok kata, kalimat, alinea, bait, bab, dan seluruh cerita. Itu semua merupakan satuan arti.
3.      Lapis Objek-objek yang Dikemukakan, Latar, Pelaku dan Dunia Pengarang
Analisis lapis dunia pengarang adalah analisis terhadap isi cerita dalam puisi berdasarkan sudut pengarangnya. Analisis ini biasanya menceritakan isi puisi benar-benar dari sudut pengarangnya, menceritakan apa adanya yang dapat ditemukan dari puisi. Analisis ini bisa berupa parafrasa dari puisi tersebut, yaitu pengungkapa kembali dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain tanpa mengubah pengertian, dengan maksud menjelaskan makna yang tersembunyi.
Objek-objek yang dikemukakan: hal-hal penting yang terdapat dalam puisi. Latar yang dikemukakan tempat dan waktu. Selain itu juga disampaikan pelaku atau tokoh. Dunia pengarang ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang, ini merupakan gabungan dan jalinan antara objek-objek yang dikemukkan, latar, pelaku serta struktur ceritanya (alur).

4.      Lapis Dunia
Analisis lapis dunia yang implisit adalah analisis terhadap sugesti-sugesti atau kiasan yang terdapat dalam sebuah puisi. Menemukan makna tersirat yang ada dalam puisi. Hal ini berkaitan dengan hakikat puisi yang merupakan ekspresi tidak langsung. Lapis dunia yang sebenarnya sudah tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit.
5.      Lapis Metafisis
Analisis lapis metafisika adalah analisis sifat-sifat atau kualitas metafisis, yang terlihat dari sebuah puisi, cerita yang tragis, yang mengerikan, atau yang suci. Sifat-sifat inilah yang membuat pembaca merenungkan apa yang dikemukakan oleh sajak itu. Lapis metafisis menyebabkan pembaca berkontemplasi.

C.     PEMBAHASAN
Analisis fenomenologi ini dilakukan pada puisi berjudul Layang-layang Milikku karya Slamet Sukirnanto.
Layang-layang Milikku
Karya Slamet Sukirnanto
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Membumbung, di langit biru
Di alam raya bersama burung-burung bebas
Lihatlah dari sana, negeri-negeri yang jauh
Adakah negeri-negeri bebas yang angkuh?

Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Janganlah meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak antara kita semakin jauh
Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib

Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Membumbung di langit biru
Sampaikan salam: hidup teguh di sini
Nyanyian bumi dalam ujud puisi
Dalam analisis fenomenologi akan dikaji mengenai lima lapis yakni lapis suara/bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis. Berikut hasil dari analisis pada puisi di atas:
1.      Lapis Bunyi/Suara
Lapis suara menganalisis aliterasi (konsonan), asonansi (vokal), pola sajak yang ada dalam setiap baris puisi. Berikut hasil analisis lapis suara/bunyi:
Bait Pertama
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata layang-layang, kumanjakan, kau. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan k karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata milikku, kumanjakan, kau.
Membumbung, di langit biru
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal i dan u karena memiliki jumlah sama banyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata membumbung, di langit, biru. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan m dan b karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata membumbung, biru.
Di alam raya bersama burung-burung bebas
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata alam, raya, bersama, bebas. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan b karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata bersama, burung-burung, bebas.
Lihatlah dari sana, negeri-negeri yang jauh
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata lihatlah, dari, sana, yang, jauh. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata sana, negeri-negeri, yang.
Adakah negeri-negeri bebas yang angkuh?
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata adakah, bebas, yang, angkuh. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata negeri-negeri, yang, angkuh.
Bait Kedua
Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata satu, pesan, yang, kusampaikan, dari. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata pesan, yang, kusampaikan, ini.
Janganlah meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata janganlah, meninggalkan, daku, kemudian, kau. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata janganlah, meninggalkan, kemudian.
Sebab jarak antara kita semakin jauh
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata sebab, jarak, antara, kita, semakin, jauh. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan k karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata jarak, kita, semakin.
Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal i karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata di, ini, sendiri, pijar, nasib. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata ini, sendiri, dengan, nasib.
Bait Ketiga
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal a karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata layang-layang, kumanjakan, kau. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan k karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata milikku, kumanjakan, kau.
Membumbung di langit biru
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal i dan u karena memiliki jumlah sama banyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata membumbung, di langit, biru. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan m dan b karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata membumbung, biru.
Sampaikan salam: hidup teguh di sini
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal a dan i karena memiliki jumlah sama banyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata sampaikan, salam, hidup, di sini. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan s karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata sampaikan, salam, sini.
Nyanyian bumi dalam ujud puisi
Lapis bunyi yang ada terdiri dari asonansi dan aliterasi. Asonansi pada baris di atas adalah vokal a, i, dan u karena memiliki jumlah sama banyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata nyanyian, bumi, dalam, ujud, puisi. Sedangkan aliterasi pada baris di atas adalah konsonan n karena memiliki jumlah terbanyak pada baris tersebut. Hal itu dapat dibuktikan dengan kata nyanyian.
Setelah dilakukan analisis di atas maka diperoleh hasil bahwa asonansi terbanyak pada puisi tersebut adalah vokal a dan alitersi terbanyak pada puisi tersebut adalah konsonan n. Selain asonan dan aliterasi, terdapat pula pola persajakan yang ada pada bait terakhir. Berikut kutipannya:
Pola persajakan aabb
 
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Membumbung di langit biru
Sampaikan salam: hidup teguh di sini
Nyanyian bumi dalam ujud puisi
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa vokal “u” di akhir baris pertama dan kedua memberikan efek asonansi “u”. Kemudian huruf “i” pada bait ketiga dan keempat memberikan efek asonansi “i”. Apabila dibaca keseluruhan satu bait maka akan menimbulkan pola persajakan aabb seperti yang ada di kutipan di atas.
2.      Lapis Arti
Dalam lapis arti akan dikaji arti dari tiap bait yang ada pada puisi yang berjudul Layang-layang Milikku karya Slamet Sukirnanto.
Bait 1
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Membumbung, di langit biru
Di alam raya bersama burung-burung bebas
Lihatlah dari sana, negeri-negeri yang jauh
Adakah negeri-negeri bebas yang angkuh?
Dari bait di atas kata layang-layang diartikan sebagai seorang anak yang dimanjakan oleh orang tuanya. Anak tersebut boleh pergi atau merantau kemana pun ia mau. Hal tersebut digambarkan dengan kata-kata kumanjakan kau, membumbung di langit. Kata tersebut dapat berate kebebasan yang anak untuk menentukan hidupnya. Orang tua yang diceritakan dalam puisi tersebut adalah orang tua yang memberikan kebebasan anaknya untuk memilih masa depannya termasuk untuk pergi dari kampong halamannya atau merantau. Anak tersebut bagaikan layang-layang yang dapat terbang tinggi membumbung di langit yang tinggi tapi tetap dapat dikendalikan oleh pemegang senarnya. Dalam puisi ini, laying-layang diartikan seorang anak yang memperoleh kebebasan untuk menentukan hidupnya tapi masih dalam pengawasan orang tuanya.
Dalam bait ini diceritakan bahwa anak diperbolehkan untuk pergi kemanapun. Kata bersama burung-burung bebas dapat diartikan bahwa anak tersebut juga diperbolehkan berteman dengan siapapun yang ia temui saat merantau. Saat aak itu pergi berkelana atau merantau maka ia akan bertemu dengan orang-orang yang berasal dari berbagai daerah yang jauh yang belum dia kenal. Dari sanalah pengalaman anak akan bertambah karena pergaulannya. Namun dalam pergaulan dan kehidupan sang anak tidak selamanya berjalan dengan baik. Kadang anak tersebut tertimpa masalah atau kadang ada orang-orang yang jahat, angkuh dan tidak menyukainya. Hal tersebut digambarkan melalui baris Adakah negeri-negeri bebas yang angkuh? Dari baris tersebut terlihat bahwa orang tua atau tokoh aku bertanya, adakah kesulitan atau masalah. Kata angkuh sendiri dapat diartikan sebagai suatu yang tercela, tidak baik, masalah atau kesulitan. 
Baik Kedua
Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Janganlah meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak antara kita semakin jauh
Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib
Dalam baris kedua ini menceritakan harapan dari orang tuanya. Ia tidak ingin anaknya pergi lebih jauh dari yang ia inginkan. Orang tua selalu menyampaikan pesan-pesan dari kampung halamannya. Orang tuanya tidak ingin anaknya melupakannya. Kata janganlah kau meninggalkan daku, kemudian kau pergi dapat diartikan bahwa orang tua itu tidak ingin anaknya melupakannya. Jika anak lupa dengan orang tuanya maka jarak antara mereka akan semakin jauh. Tidak hanya jarak yang secara nyata terlihat seperti daerah yang berbeda tapi jarak antara hati mereka pun juga semakin jauh.
Kebanyakan di kehidupan nyata banyak orang yang melupakan orang tuanya setelah sukses atau setelah merantau jauh. Berbagai alasan mereka gunakan untuk melupakan dan meninggalkan orang tua mereka sendiri. Bait ini juga menyatakan ketakutan dari tokoh aku akan kehilangan anaknya yang telah berada jauh itu. Ia takut anaknya akan semakin menjauhinya atau bahkan melupakannya. Kemudian di baris terakhir di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib memberikan arti bahwa orang tua yang telah ditinggal anaknya merantau akan tinggal sendiri tidak bersama dengan anak-anaknya. Biasanya di waktu muda para orang tua memperjuangkan anaknya atau berkerja demi anaknya. Setelah anak-anaknya dapat mandiri maka orang tua tidak lagi memberi nafkah anak-anaknya. Sedangkan kata pijar nasib memberikan arti orang tua yang anak-anaknya sudah mandiri tinggal menunggu nasib. Dalam hal ini dapat diartikan menunggu hari tuanya dan kematian.
Bait Ketiga
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Membumbung di langit biru
Sampaikan salam: hidup teguh di sini
Nyanyian bumi dalam ujud puisi
Dalam bait ketiga, dua baris pertama merupakan pengulangan dari bait pertama yang menjadikan sebuah penegasan bahwa orang tua itu tetap membebaskan anaknya untuk memilih masa depannya tapi masih dalam pengawasannya. Seperti yang telah diungkapkan pada bait pertama tadi kata membumbung dapat diartikan memperbolehkan anaknya untuk pergi jauh atau merantau. Kemudian orang tua itu menyampaikan salam untuk menyuruh anaknya hidup teguh di kampong halamannya. Maksudnya, anaknya diberi pesan oleh orang tuanya untuk pada suatu saat nanti kembali ke kampong halamannya. Kembali ke kampung itu hidup di sana setelah ia puas merantau di berbagai daerah.
Pada baris terakhir nyanyian bumi dalam ujud puisi kata tersebut berarti nasehat. Hal itu menggambarkan bahwa orang tua hanya bisa memberikan nasehat tanpa memaksakan kehendak anaknya. Kata nyanyian dan puisi merupakan hal yang biasanya berupa kata-kata. Kata-kata dapat mengandung makna yang memberikan pelajaran hidup atau nasehat itu sendiri.
Arti Keseluruhan
Puisi yang berjudul Layang-layang Milikku karya Slamet Sukirnato memiliki arti tentang orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya. Dalam puisi tersebut anak diibaratkan sebagai layang-layang yang boleh diterbangkan tinggi hingga membumbung di langit biru. Namun layang-layang tetap memiliki benang yang terhubung dengan orang yang memilikinya dan benang tersebut digunakan untuk mengontrol layang-layang yang terbang bebas di atas langit. Orang tua tersebut membebaskan anaknya untuk memilih masa depannya tapi ia tetap memberikan pengawasan dan menasehati anaknya. Selain itu orang tua itu juga membebaskan anaknya untuk pergi kemana pun dia mau seperti merantau.
Dalam merantau anak itu akan mendapatkan banyak pengalaman dan bertemu dengan orang-orang yang berasal dari berbagai daerah. Namun perjalanan kehidupan seseorang tidak selalu berjalan lancar kadang banyak halangan yang ditemui seperti orang-orang yang angkuh, orang-orang yang jahat dan situasi yang tidak baik. Dalam kehidupan anak itu pun juga mungkin ditemui berbagai masalah yang mengganggu hidupnya.
Orang tua menyampaikan pesan agar anaknya yang berada jauh darinya itu tidak meninggalkannya lebih jauh lagi atau melupakannya. Orang tua ingin anaknya selalu mengingatnya agar jarak mereka yang jauh tetapi hati mereka masih tetap dekat. Orang tua selalu menunggu di kampung halaman, menunggu kepulangan anaknya. Orang yang sudah tua biasanya anaknya sudah banyak yang madiri dan tidak lagi hidup bersama orang tuanya itu. Biasanya orang tua tersebut menikmati usia lanjutnya dan menunggu kematian yang mungkin datang kapan saja.
Dalam bait ketiga ditegaskan kembali bahwa orang tua itu membebaskan ananknya untuk memilih masa depannya dan memperbolehkan ia pergi kemanapun ia mau atau merantau. Orang tua itu menyampaikan salam yang berisi pesan kepada anaknya yang berbunyi “hidup teguh di sini”. Pesan itu mengandung arti bahwa orang tua menghendaki bila anaknya sudah lelah merantau dia dapat kembali ke kampung halamannya atau bahkan tinggal menetap di sana. Di akhir puisi, penyair menekankan bahwa orang tua hanya bisa memberikan “nyanyian bumi dalam ujud puisi”, yang dimaksudkan dengan nasehat. Jadi orang tua hanya bisa memberikan nasehat dan doa dari tempatnya.
  
3.      Lapis Objek-objek yang Dikemukakan, Latar, Pelaku dan Dunia Pengarang
Objek-objek penting dalam puisi Layang-layang Milikku karya Slamet Sukirnanto adalah sebagai berikut:


Bait
Objek-objek penting
Pertama
Layang-layang, milikku, kumanjakan, membumbung, di langit, di alam, bersama, burung-burung, , negeri-negeri, jauh,  angkuh
Kedua
Pesan, kusampaikan, bumi, janganlah, meninggalkan, jarak, jauh, di kota, sendiri, nasib
Ketiga
Layang-layang, milikku, kumanjakan, membumbung, di langit, salam, teguh, nyanyian, puisi

Kemudian dalam puisi tersebut terdapat tokoh atau pelaku antara lain adalah aku. Tokoh aku dapat terlihat dari kutipan berikut ini:
Layang-layang milikku, kumanjakan kau (Baris 1 Bait 1)

Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Janganlah meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak antara kita semakin jauh
Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib (Bait 2)
Dalam kutipan di atas dapat dilihat bahwa salah satu tokoh dalam puisi tersebut adalah tokoh aku. Selain itu dalam puisi tersebut juga terdapat tokoh layang-layang atau tokoh kau. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
Layang-layang milikku, kumanjakan kau (Bait 1 Baris 1)
Janganlah meninggalkan daku, kemudian kau pergi (Bait 2 Baris 2)
Latar waktu yang digambarkan dalam puisi di atas tidak digambarkan dengan jelas. Namun ada kata penghubung yang menyatakan waktu seperti kemudian. Kemudian untuk latar tempat digambarkan dengan kata langit, negara, bumi, dan kota. Sedangkan latar suasana ditunjukkan dengan suasana senang dan kemudian mengharukan. Pada bait pertama menceritakan orang tua yang senang hati memberikan kebebasan anaknya untuk memilih masa depannya tapi dengan cara masih mengawasinya dan menasehatinya. Kemudian pada bait kedua dan ketiga rasa mengharukan sudah mulai timbul saat orang tua tidak ingin anaknya pergi lebih jauh, ia menyampaikan pesan dan salam untuk anaknya itu.
Dunia pengarang atau dunia yang diciptakan pengarang pada puisi tersebut adalah suatu kebebasan untuk memilih masa depan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Dalam puisi tersebut diceritakan bahwa anak dianggap sebagai layang-layang dapat diterbangkan bahkan hingga membumbung tinggi dilangit biru. Namun layang-layang juga memiliki benang yang dipegang oleh pengendalinya. Artinya, anak tersebut dibebaskan tapi masih dalam pengawasan dan memperoleh nasehat dari orang tuanya karena orang tua itu tidak ingin anaknya meninggalkan dan melupakan dirinya.
4.      Lapis Dunia
Lapis dunia yang sebenarnya sudah tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit antara lain sebagai berikut:
1.      Layang-layang membumbung tinggi di langit terbang di antara burung-burung bebas.
2.      Dari atas langit dapat dilihat pemandangan yang jauh atau tempat-tempat yang berada di kejauhan.
3.      Kekhawatiran seseorang yang takut ditinggalkan karena jarak mereka akan semakin jauh.
4.      Seseorang yang memberikan salam untuk hidup teguh di tempatnya itu.

5.      Lapis Metafisis
Setelah membaca puisi tersebut, pembaca mendapatkan suatu perenungan. Perenungan yang dapat diambil dari puisi tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Orang tua harus memberikan kebebasan anaknya untuk memilih masa depannya tapi orang tua tersebut harus tetap memberikan pengawasan dan nasehat.
b.      Orang tua tidak boleh memaksakan kehendak anaknya, setiap anak memiliki kebebasan untuk berpendapat dan menentukan apa yang akan dia lakukan selama perbuatan itu baik.
c.       Seorang anak yang jauh diperantauan atau sudah menjadi orang sukses tidak boleh meninggalkan dan melupakan orang tua yang telah sangat berjasa bagi mereka.
d.      Orang tua hendaknya selalu mendoakan anaknya walaupun anaknya berada di negeri atau tempat yang jauh.
e.       Anak atau orang yang merantau seharusnya mengingat kampung halamannya dan meluangkan waktunya untuk menjenguk orang tuanya.
f.        Janganlah menjadi orang angkuh dan sombong karena memiliki kebebasan atau kemerdekaan.
g.       Menjadi seorang anak hendaknya mematuhi nasehat baik yang diberikan orang tuanya.
D.    SIMPULAN
Kesimpulan dari analisis yang fenomenologi pada puisi yang berjudul Layang-layang Milikku karya Slamet Sukirnanto memperoleh hasil yang terdiri dari lapis-lapis fenomenologi. Lapis bunyi/suara yang terdiri dari aliterasi dan asonansi di setiap barisnya serta pola persajakan yang diperoleh pada bait terakhir; lapis arti yang mengemukakan tentang seorang orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih masa depannya tapi tetap mengawasi anaknya dan selalu memberi nasehat; lapis objek terdiri dari objek-objek yang penting, tokoh, latar, dan dunia pengarang; lapis dunia yang menyatakan sesuatu yang tidak usah dinyatakan tapi telah implisit ada pada puisi tersebut; dan lapis metafisis atau perenungan yang dapat kita peroleh secara garis besar mengenai hubungan yang baik antara anak dan orang tuanya.

E.     DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rahmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: UGM Press
Waluyo, Herman J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga
Endaswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publising Service)

No comments:

Post a Comment

“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”