Pembelajaran Membaca Puisi Jendral Ahmad Yani Karya Kartikasari Fadillah dengan Metode
Pembelajaran Cooperative Script
Kartikasari F.
Surel: ksari8015@gmail.com
Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan materi
pembelajaran membaca puisi dengan metode cooperative
script. Pembelajaran membaca puisi pada kelas X SMA ada pada
Standar Kompetensi (SK) 7. Memahami wacana sastra melalui membaca puisi
dan sastra dan Kompetensi Dasar (KD) 7.1 Membaca puisi dengan lafal, nada, tekanan dan intonasi. Indikator yang
hendak dicapai dari SK dan KD tersebut
meliputi membaca puisi dengan memperhatikan lafal,
nada, tekanan dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi; membahas pembacaan
puisi berdasarkan lafal, nada, tekanan dan intonasi; memperbaiki pembacaan
puisi yang kurang tepat. Indikator tersebut dapat dicapai dengan metode
pembelajaran cooperative script. Metode cooperative script diaplikasikan
melalui langkah-langkah pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang disajikan dalam makalah ini.
Kata kunci: membaca, puisi, cooperative script
I.
PENDAHULUAN
Pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada aspek
pembelajaran sastra dijabarkan dalam mendengarkan sastra, berbicara sastra,
membaca sastra, dan menulis sastra. Pada aspek keterampilan membaca di Sekolah
Menengah Atas (SMA) memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah
keterampilan membaca puisi. Dalam pembelajaran membaca puisi, diharapkan siswa
tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membaca puisi, tapi juga diperlukan
kemampuan untuk membahas dan memperbaiki pembacaan puisi dengan memperhatikan
lafal, nada, tekanan dan intonasi.
Pembelajaran membaca puisi pada kelas X SMA ada pada
Standar Kompetensi (SK) 7. Memahami wacana sastra melalui membaca puisi
dan sastra dan Kompetensi Dasar (KD) 7.1 Membaca puisi dengan lafal, nada, tekanan dan intonasi. Indikator yang
hendak dicapai dari SK dan KD tersebut
meliputi membaca puisi dengan memperhatikan lafal,
nada, tekanan dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi; membahas pembacaan
puisi berdasarkan lafal, nada, tekanan dan intonasi; memperbaiki pembacaan
puisi yang kurang tepat. Indikator tersebut dapat dicapai dengan metode
pembelajaran cooperative script.
Cooperative Script adalah
metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian peran sebagai
pembaca atau pendengar dalam mengintisarikan bagian-bagian yang dipelajari.
Metode cooperative script merupakan metode belajar yang membutuhkan
kerja sama antara dua orang, yang mana yang satu sebagai pembicara dan yang
satunya sebagai pendengar. Hal tersebut dapat membantu siswa mencapai indikator
yang telah ditentukan. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
pembelajaran membaca puisi Jendral Ahmad
Yani karya Kartikasari Fadillah dengan metode pembelajaran cooperative script.
II.
KAJIAN
TEORI
- Membaca
Puisi
1.
Membaca
puisi sebagai Apresiasi Puisi
Secara
makna leksikal, apresiasi (appreciation) mengacu pada pengertian
pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan yang
memberikan penilaian (Hornby dalam Sayuti, 1985: 2002). Sementara itu, Effendi
(1973: 18) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah menggauli cipta sastra
dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Pada
dasarnya, kegiatan membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak
langsung, bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami,
menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis,
dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra dipahami, dihargai
bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja yang
dikemukakan oleh media. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait perbait
untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan pengarang.
Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang dibacanya
Setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat membaca puisi.
Karena
kata “membacakan” mengandung makna benafaktif, yaitu melakukan sesuatu
pekerjaan untuk orang lain, maka penyampaian bentuk yang mencerminkan isi harus
dilakukan dengan total agar apresiasi pembaca terhadap makna dalam puisi dapat
tersampaikan dengan baik kepada pendengar. Makna yang telah didapatkan dari
hasil apresiasi diungkapkan kembali melalui kegiatan membaca puisi. Pembacaan
puisi dapat pula dikatakan sebagai suatu kegiatan transformasi dari apresiasi
pembaca dengan karakter pembacaannya, termasuk ekspresi terhadap penonton.
2.
Faktor-faktor
Penting dalam Membaca puisi
Membaca
indah menekankan pada ketepatan pemahaman, keindahan vokal, dan ketepatan
ekspresi. Dalam kegiatan membaca puisi,
pembaca harus memperimbangkan lafal, tekanan, dan intonasi. Lafal adalah cara
seseorang atau kelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi
bahasa, sehingga pada waktu membaca puisi suku kata dan kata-kata diucapkan
dengan jelas dan terdengar. Tekanan adalah keras lembutnya pengucapan bagian
ujaran. Intonasi adalah lagu kalimat.
Selain itu
pada waktu membaca puisi kita bisa menggunakan alat bantu berupa tanda baca
tertentu yang kita sisipkan pada puisi agar kita tahu dimana kita harus
berhenti, tanda itu antara lain.
a. Tanda koma, biasanya diganti (/)
b. Tanda titik, biasanya diganti (//)
c. Tanda pemisah bait, biasanya diganti
(///), tanda ini jarang dipakai karena biasanya puisi berbait-bait.
3.
Bentuk
dan Gaya dalam Membaca puisi
Suwignyo
(2005) mengemukakan bahwa bentuk dan gaya baca puisi dapat dibedakan mejadi tiga,
yaitu (1) bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading, (2) bentuk
dan gaya baca puisi secara deklamatoris, dan (3) bentuk dan gaya baca puisi
secara teaterikal.
a.
Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Poetry Reading
Ciri khas
dari bentuk dan gaya baca puisi ini adalah diperkenankannya pembaca membawa
teks puisi. Adapaun posisi dalam bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan
dengan (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika
pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi
disampaikan melalui gerakan badan, kepala, wajah, dan tangan. Intonasi baca
seperti keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah dilakukan dengan cara
sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini relatif mudah dilakukan.
Jika
pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk, maka pesan puisi
disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan kepala (menengadah, menunduk menoleh),
(2) gerakan raut wajah (mengerutkan dahi, mengangkat alis), (3) gerakan mata (membelakak,
meredup, memejam), (4) gerakan bibir (tersenyum, mengatup, melongo), dan (5) gerakan
tangan, bahu, dan badan dilakukan seperlunya. Sedangkan intonasi baca dilakukan
dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan
lambat katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata
tertentu.
Jika
pembaca memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka
yang harus dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih sikap duduk dengan
santai, (2) arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariasi, dan (3)
melakukan gerakan tangan dilakuakan dengan seperlunya. Sedang yang dilakukan
pada saat berdiri adalah (1) mengambil sikap santai, (2) gerakan tangan,
gerakan bahu, dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas, dan (3) ekspresi
wajah: kerutan dahi, gerakan mata, senyuman dilakukan dengan wajar. Yang
dilakukan pada saat bergerak adalah (1) melakukan dengan tenang dan terkendali,
dan (2) menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan. Intonasi baca dilakukan
dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan
lambat katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata
tertentu.
b.
Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Deklamatoris
Ciri khas
dari bentuk dan gaya baca puisi seacra deklamatoris adalah lepasnya teks puisi dari
pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks puisi harus dihafalkan.
Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan posisi (1) berdiri, (2)
duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika
deklamator memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi
disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan tangan (mengepal, menunjuk, mengangkat
kedua tangan), (2) gerakan-gerakan kepala (melihat ke bawah, atas, samping
kanan, samping kiri, serong), (3) gerakan-gerakan mata (membelalak, meredup,
memejam), (4) gerakan-gerakan bibir (tersenyumm, mengatup, melongo) (5)
gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka dilakukan dengan total.
Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata
tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, (3) membaca dengan nada
tinggi kata-kata tertentu.
Jika
deklamator memilih bentuk dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan bergerak,
maka yang dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih posisi duduk dengan
santai, kaki agak ditekuk, posisi miring dan badan agak membungkuk, (2) arah
dan pandangan mata dilakukan bervariasi: menatap dan menunduk. Sedang yang
dilakukan pada posisi berdiri (1) mengambil sikap tegak dengan wajah
menengadah, tangan menunjuk, dan (2) wajah berseri-seri dan bibir tersenyum.
Yang dilakukan pada saat bergerak (1) melakukan dengan tenang dan bertenaga,
dan (2) kaki dilangkahkan dengan pelan dan tidak tergesa-gesa. Intonasi
dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca
dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata
tertentu.
c.
Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Teaterikal
Ciri khas
bentuk dan gaya baca puisi teaterikal bertumpu pada totalitas ekspresi,
pemakaian unsur pendukung, misal kostum, properti, setting, musik, dll.,
meskipun masih terikat oleh teks puisi/ tidak. Bentuk dan gaya baca puisi
secara teaterikal lebih rumit daripada poetry reading maupun
deklamatoris. Puisi yang sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan
sangat memesona.
Ekspresi
jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata. Gerakan
kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks puisi
dan potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat menggunakan
efek-efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total.
Lakuan-lakuan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk,
berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi.
Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca.
- Model Pembelajaran
Cooperatif Script
1. Pengertian Metode Cooperative
Script
Metode
Cooperative Script adalah salah satu dari beberapa metode yang ada di
model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Metode ini dikemukakan
oleh Danserau dan kawan-kawan pada tahun 1985. Pembelajaran kooperatif adalah
kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling
membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Pada
pembelajaran kooperatif para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal
ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari
materi pelajaran dan didiskusikan untuk memecahkan masalah (tugas). Adapun
pengertian Pembelajaran Kooperatif adalah sebagi berikut :
a.
Pembelajaran kooperatif adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
b.
Pembelajaran Kooperatif adalah
pembelajaran yang menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam
struktur, tugas, tujuan dan hadiah.
c.
Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4–6 orang dengan
struktur kelompok heterogen.
Dari
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran yang menggunakan adanya kerjasama antara siswa dalam suatu
kelompok kecil yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan belajar bersama. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa
agar dapat terlihat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar
mengajar. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak
hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat
berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerjasama dan membantu
teman. Selain itu keterlibatan siswa secara aktif pada proses pembelajaran
dapat memberikan dampak positif terhadap siswa untuk meningkatkan prestasi
belajarnya.
Maka
dari itu pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang
diyakini mampu meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa karena pembelajaran
ini berorientasi pada siswa. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membangun pemahaman suatu konsep melalui aktivitas sendiri
dan interaksinya dengan siswa lain. Pembelajaran kooperatif juga dapat
memberikan dukungan bagi siswa dalam saling tukar menukar ide, memecahkan
masalah, berpikir alternatif, dan meningkatkan kecakapan berbahasa.
Metode
Cooperative script terdiri dari dua kata yaitu “Cooperative” dan “Script”.
Kata Cooperative berasal dari kata “Cooperate” yang berarti bekerjasama,
bantu-membantu, gotong-royong, selain itu juga berasal dari kata “Cooperation“
yang artinya kerjasama, koperasi persekutuan. Sedangkan kata “Script” berasal
dari kata “Script” yang berarti uang kertas, darurat, surat saham
sementara dan surat andil sementara. Jadi yang dimaksud Cooperative Script disini
adalah naskah tulisan tangan, surat saham sementara. Menurut Dansereau dan
kolegennya Cooperative Script adalah suatu cara bekerjasama dalam
membuat naskah tulisan tangan dengan berpasangan dan bergantian secara lisan
dalam mengintisarikan materi-materi yang
dipelajari.
Sedangkan
menurut Slavin R. E., Cooperative Script adalah metode belajar dimana
siswa bekerja berpasangan dan bergantian peran sebagai pembaca atau pendengar
dalam mengintisarikan bagian-bagian yang dipelajari. Dengan kata lain metode cooperative
script merupakan metode belajar yang membutuhkan kerja sama antara dua
orang, yang mana yang satu sebagai pembicara dan yang satunya sebagai
pendengar. Metode Cooperative Script dikenal juga dengan nama metode
Skrip Kooperatif. Dengan metode ini, siswa dapat bekerja atau berpikir sendiri
tidak hanya mengandalkan satu siswa saja dalam kelompoknya. Setiap siswa dituntut
untuk mengintisarikan materi dan mengungkapkan pendapatnya secara langsung
dengan patnernya. Pada pembelajaran cooperative script terjadi
kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah
yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai
fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada
interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari
ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang
disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi
benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran
cooperative script benar-benar memberdayakan potensi siswa Dansereau, Learning
Strategi Research, (Inj. Segal S. Chipman dan R. Bloser Eds, 1985 ), untuk
mengaktualisasi-kan pengetahuan dan keterampilannya, jadi benar-benar sangat
sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembang-kan saat ini.
2. Langkah-langkah Metode Cooperative
Script
Langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam metode pembelajaran Cooperative Script adalah
sebagai berikut:
a.
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b.
Guru membagikan wacana/ materi kepada
setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c.
Guru dan siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d.
Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap dan membantu mengingat/ menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e.
Bertukar peran, semula sebagai pembicara
ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
f.
Kesimpulan siswa bersama-sama dengan
guru.
g.
Penutup
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Cooperative
script
Setiap
metode pasti ada kelebihan dan kekurangannya, demikian pula pada metode cooperative
script terdapat pula kelebihan dan kekurangannya yakni :
a. Kelebihan:
1) Melatih
pendengaran, ketelitian/ kecermatan.
2) Setiap
siswa mendapat peran.
3) Melatih
mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
b. Kekurangan:
1) Hanya
digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
2)
Hanya dilakukan dua orang (tidak
melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang
tersebut).
III.
PEMBAHASAN
- Membaca Puisi
Jendral Ahmad Yani
Karya Kartikasari Fadillah
Oh, Pahlawanku
Kau tak gentar
walau diserbu
Kini sejarah tak
pernah meninggalkanmu
Namamu harum
tanpa batas waktu
Kau selamatkan
bangsa ini dari badai sendu
Dari keringatmu,
hadir semangat baru
Dari darahmu,
perjuangan menjadi satu
Dari
pengabdianmu, negeri ini bertumpu
Dari
pengorbananmu, bangsa ini dapat berseru
Dari jasamu,
anak negeri dapat tersenyum lucu
Dari makammu,
kami menangis haru
Dari lubuk hati
kami, beribu doa untukmu
Jendral Ahmad
Yani, kau pahlawanku
Membaca indah menekankan pada ketepatan pemahaman, keindahan
vokal, dan ketepatan ekspresi. Dalam
kegiatan membaca puisi harus memperimbangkan lafal, tekanan, dan intonasi.
Lafal adalah cara seseorang atau kelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa
mengucapkan bunyi bahasa, sehingga pada waktu membaca puisi suku kata dan
kata-kata diucapkan dengan jelas dan terdengar. Tekanan adalah keras lembutnya
pengucapan bagian ujaran. Intonasi adalah lagu kalimat.
Sebelum membaca puisi kita bisa menggunakan alat bantu
berupa tanda baca tertentu yang kita sisipkan atau melakukan penjedaan pada
Puisi Jendral Ahmad Yani karya
Kartikasari Fadillah agar kita tahu dimana kita harus berhenti seperti berikut
ini.
Jendral Ahmad Yani
Karya Kartikasari Fadillah
Oh,/ Pahlawanku/
Kau tak gentar
walau diserbu/
Kini/ sejarah
tak pernah meninggalkanmu/
Namamu harum/
tanpa batas waktu/
Kau selamatkan
bangsa ini/ dari badai sendu//
Dari keringatmu,/
hadir semangat baru/
Dari darahmu,/
perjuangan menjadi satu/
Dari
pengabdianmu,/ negeri ini bertumpu/
Dari
pengorbananmu,/ bangsa ini dapat berseru//
Dari jasamu,/
anak negeri dapat tersenyum lucu/
Dari makammu,/
kami menangis haru//
Dari lubuk hati
kami,/ beribu doa untukmu//
Jendral Ahmad
Yani,/ kau pahlawanku//
- Pembelajaran
Membaca Puisi Jendral Ahmad Yani Karya
Kartikasari Fadillah dengan Metode Pembelajaran Cooperative Script
Pembelajaran membaca puisi pada kelas X SMA ada pada
Kurikulum 2006 (KTSP) tepatnya Standar Kompetensi (SK)
7. Memahami wacana sastra melalui membaca puisi dan sastra dan Kompetensi Dasar
(KD) 7.1 Membaca
puisi dengan lafal, nada, tekanan dan intonasi. Indikator yang hendak dicapai
dari SK dan KD tersebut meliputi membaca puisi dengan memperhatikan lafal, nada, tekanan dan intonasi
yang sesuai dengan isi puisi; membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, nada,
tekanan dan intonasi; memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat. Indikator
tersebut dapat dicapai dengan metode pembelajaran cooperative script.
Pembelajaran membaca puisi
Jendral Ahmad Yani karya Kartikasari
Fadillah dengan metode pembelajaran cooperative
script dapat dijabarkan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut
ini.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Sekolah :
SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/I
Materi Pokok :
Unsur-unsur Puisi
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Standar Kompetensi : 7. Memahami
wacana sastra melalui membaca
puisi dan sastra
Kompetensi Dasar : 7.1 Membaca puisi dengan lafal, nada, tekanan
dan intonasi
A.
Indikator Pembelajaran
1.
Membaca puisi dengan
memperhatikan lafal, nada, tekanan dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi.
2.
Membahas pembacaan puisi
berdasarkan lafal, nada, tekanan dan intonasi
3.
Memperbaiki pembacaan
puisi yang kurang tepat.
B.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu:
1.
Siswa mampu membaca puisi
dengan memperhatikan lafal, nada, tekanan dan intonasi yang sesuai dengan isi
puisi.
2.
Siswa mampu membahas
pembacaan puisi berdasarkan lafal, nada, tekanan dan intonasi
3.
Siswa mampu memperbaiki
pembacaan puisi yang kurang tepat.
C.
Materi Pembelajaran
1.
Membaca puisi sebagai
apresiasi.
2.
Faktor-faktor penting
dalam membaca puisi.
3.
Bentuk dan gaya dalam
membaca puisi
D.
Pendekatan dan Metode
Pembelajaran
Pendekatan
: keterampilan proses
Metode : Cooperative
Script
E.
Langkah-langkah
Pembelajaran
1.
Kegiatan Pendahuluan ( 15
menit)
a.
Guru mengajak siswa
berdo’a dan mengisi presendi kehadiran siswa.
b.
Guru memberikan apersepsi
dengan menanyakan pengetahuan siswa tentang puisi Jendral Ahmad Yani karya Kartikasari Fadillah.
c.
Guru memberikan
penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2.
Kegiatan Inti (60 menit)
a.
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b.
Guru membagikan puisi Jendral Ahmad Yani karya Kartikasari Fadillah kepada setiap
siswa untuk dibaca dan membuat penjedaannya.
c.
Guru dan siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d.
Pembicara membacakan puisi berjudul Jendral Ahmad Yani karya Kartikasari Fadillah. Sementara
pendengar menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan pembacaan puisi yang kurang baik
dan membantu mengingat/ menghafal pembacaan puisi yang lebih baik dengan
memperhatikan lafal, nada, intonasi dan tekanan.
e.
Siswa bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta melakukan tugas
seperti di atas.
f.
Guru melakukan penilaian siswa dengan
memberikan tugas siswa untuk membacakan puisi Jendral
Ahmad Yani karya Kartikasari Fadillah di depan
kelas secara individu.
3.
Kegiatan Penutup (15
menit)
- Guru mengajak siswa membuat
kesimpulan/rangkuman memahami dan menunjukkan unsur-unsur puisi Jendral Ahmad Yani
karya
Kartikasari Fadillah
- Guru memberikan apresiasi pada siswa yang
paling aktif dan memberikan motivasi pada siswa lain.
- Guru menutup pembelajaran dengan berdo’a.
- Sumber Belajar
1.
Buku Paket Bahasa
Indonesia Kelas XI Semester I (KTSP)
2.
Modul
3.
Lembar Kerja Siswa
4.
Puisi Jendral
Ahmad Yani karya Kartikasari Fadillah
5.
Materi dari berbagai
sumber (buku, artikel, jurnal, dll.)
- Penilaian
1.
Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan saat pembelajaran
dengan menekankan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran, kemampuan
bekerjasama, dan kualitas ide yang disampaikan.
2.
Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dilakukan dengan
memerhatikan pembacaan puisi Jendral Ahmad Yani karya Kartikasari Fadillah yang dilakukan setiap siswa di
depan kelas. Kemudian guru melakukan penilaian berdasarkan lafal, nada, tekanan
dan intonasi pada pembacaan puisi tersebut. Berikut ini salah satu kolom
penilaian yang dapat dilakukan guru.
No
|
Nama
Siswa
|
Lafal
|
Nada
|
Tekanan
|
Intonasi
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*) Keterangan nilai maksimal
Lafal = 25
Nada = 25
Tekanan = 25
|

Jumlah 100
3.
Instrumen Penilaian
Bentuklah kelompok kerja berpasangan untuk berlatih
membaca puisi Jendral Ahmad Yani karya Kartikasari Fadillah dengan metode cooperative script! Bacalah puisi
tersebut di depan kelas sesuai dengan urutan yang telah ditentukan guru.
IV.
PENUTUP
Kesimpulan
makalah ini adalah pembelajaran membaca puisi pada kelas X
SMA ada pada Standar Kompetensi (SK) 7. Memahami wacana
sastra melalui membaca puisi dan sastra dan Kompetensi Dasar (KD) 7.1 Membaca puisi dengan lafal, nada, tekanan dan
intonasi. Indikator yang hendak dicapai dari SK dan KD tersebut meliputi membaca puisi dengan memperhatikan lafal, nada, tekanan dan intonasi
yang sesuai dengan isi puisi; membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, nada,
tekanan dan intonasi; memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat. Indikator
tersebut dapat dicapai dengan metode pembelajaran cooperative script.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Asep
Herry Hernawan, dkk. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
--------------.
(2006). Pengembangan Silabus dan Satuan Pembelajaran. Makalah Pelatihan
Pengembangan Kurikulum bagi Guru. Bandung.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Umum
Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi. Ditjen Dikdasmen. Jakarta.
Nana
Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1988.
Udin
S. Winataputra, dkk. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
No comments:
Post a Comment
“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”