Wednesday, 25 November 2015

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS BERITA MENGGUNAKAN METODE FIELD TRIP PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 22 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016


PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS BERITA MENGGUNAKAN METODE FIELD TRIP PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 22 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Kartikasari F.

A.     Latar Belakang
Saat ini pendidikan di Indonesia menggunakan dua kurikulum yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013. Materi pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdiri atas dua jenis keterampilan yaitu keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra. Seperti yang dikemukakan Tarigan (2008: 1) bahwa keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

Sesuai dengan KTSP, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra bangsa Indonesia. Menulis merupakan salah satu dari aspek berbahasa yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia.
Suriamiharja, dkk (1996: 2) menyebutkan bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang penting, karena dengan menulis seseorang mampu mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan, ide, pendapat maupun perasaan yang dimiliki. Untuk mendapatkan keterampilan menulis, penulis tidak cukup hanya dengan mempelajari pengetahuan tentang teori menulis saja. Keterampilan menulis tidak dilakukan oleh seseorang secara instan tanpa adanya latihan, melainkan harus dimulai dengan banyak belajar dan berlatih. Kegiatan belajar dan berlatih inilah yang nantinya akan meningkatkan kemampuan dalam keterampilan menulis.
Menurut Soenardji (1998: 103) pembelajaran menulis diberikan dalam pembelajaran formal dengan tujuan agar peserta didik dapat berbuat, berpikir, dan merasakan tentang dirinya, tentang orang lain, tentang lembaga sosial tempat mereka bermasyarakat. Selain itu, pembelajaran menulis diberikan dengan maksud agar peserta didik dapat memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Salah satu bentuk menggunakan bahasa Indonesia yang tepat dan kreatif dapat diwujudkan melalui kegiatan menulis teks berita.
 Dalam menulis teks berita peserta didik belum mampu menggunakan kalimat efektif, menyebutkan secara lengkap unsur ADIKSIMBA (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana) yang harus terdapat dalam sebuah berita, serta penggunaan ejaan dan tanda baca yang kurang tepat. Pembelajaran menulis teks berita memiliki tiga indikator yang harus dicapai. Indikator tersebut antara lain adalah (1) peserta didik mampu menulis teks berita menggunakan kalimat efektif, (2) peserta didik mampu menulis teks berita dengan unsur ADIKSIMBA (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana) secara lengkap, dan (3) peserta didik mampu menulis teks berita dengan ejaan dan tanda baca secara tepat.
Indikator yang pertama, peserta didik mampu menulis teks berita menggunakan kalimat efektif dalam berita. Hal ini sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai, yaitu menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Namun, pada kenyataannya siswa belum mampu menulis teks berita dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari teks berita yang dihasilkan, di antaranya masih terdapat kata yang berlebihan penggunaannya, contoh, pada penggunaan kata hubung, sehingga menjadikan kalimat berita tidak efektif. Selain itu, peserta didik juga belum mampu memilih kata yang sesuai, sehingga kalimat yang dihasilkan ambigu dan bertele-tele.
Indikator yang kedua yakni peserta didik mampu menulis teks berita dengan unsur ADIKSIMBA (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana) secara lengkap Keenam unsur ini harus dicantumkan agar teks berita peserta didik memenuhi kriteria berita yang baik. Namun, pada kenyataannya peserta didik juga belum mampu menyebutkan semua unsur tersebut, dan hanya memenuhi 3-4 unsur saja. Unsur yang sudah tercantum yakni unsur apa, di mana, kapan, siapa, sedangkan unsur mengapa dan bagaimana masih jarang dicantumkan.
Indikator yang ketiga yakni peserta didik mampu menulis teks berita dengan ejaan dan tanda baca yang tepat. Pada indikator ketiga juga kurang bisa dicapai, hal ini bisa dilihat dari hasil teks berita peserta didik yang masih belum tepat dalam menggunakan kata baku, kesalahan tanda baca, penggunaan huruf kapital, serta terdapat singkatan-singkatan yang tidak tepat. Untuk itu, perlu adanya latihan yang intensif agar siswa terbiasa menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan tata bahasa baku dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dengan menjelaskan materi tentang berita. Hal ini yang membuat peserta didik kurang aktif dan cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, pembelajaran menggunakan metode ceramah juga tidak memberikan motivasi kepada peserta didik untuk dapat menulis berita secara singkat, padat, dan jelas. Padahal sebagai seorang pendidik, guru seharusnya mampu memberikan motivasi belajar. Guru bisa menciptakan sebuah teknik pembelajaran yang bisa membuat peserta didik belajar aktif dan mampu membangun pengetahuan secara mandiri. Guru dapat memberikan pertayaan-pertanyaan kritis yang bisa merangsang berkembangnya pola pikir peserta didik.
Untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita, guru harus melakukan pembelajaran yang inovatif dan menarik. Pembelajaran yang inovatif dan menarik bisa dilakukan misalnya dengan penerapan motode pembelajaran. Field trip dapat diartikan sebagai kunjungan atau karya wisata. Metode field trip adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas dengan mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari sesuatu. Metode field trip membantu siswa mendapatkan gambaran konkrit tentang objek (hal) yang sedang dipelajari.
Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti akan melakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran menulis teks berita dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Menggunakan Metode Field Trip Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP 22 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas. Peneliti menemukan fakta bahwa keterampilan menulis teks berita peserta didik kelas VIII  SMP Negeri 22 Purworejo masih rendah, nilai yang dicapai kurang memuaskan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa dan sastra Indonesia kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo. Kemudian peneliti mengklasifikasikan faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran, yaitu faktor peserta didik, faktor guru, serta faktor lingkungan sekolah.
Faktor dari peserta didik, yakni kurangnya minat dalam belajar bahasa Indonesia, karena mereka menganggap bahwa pembelajaran bahasa Indonesia tidak menarik dan membosankan. Peserta didik beranggapan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sehari-hari mereka gunakan dan bosan bila harus mempelajarinya lagi di sekolah. Dengan demikian, guru harus benar-benar bisa menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan agar tumbuh minat dari peserta didik untuk mengikuti pembelajaran menulis teks berita.
Faktor lain yang berasal dari peserta didik yakni peserta didik menganggap pembelajaran menulis berita itu sulit. Peserta didik masih kebingungan dalam menulis berita secara singkat, padat, dan jelas. Hambatan mereka ada pada penggunaan kalimat efektif. Peserta didik belum mampu menggunakan kalimat secara efektif. Hal ini bisa dilihat dari hasil tulisan mereka yang terlalu bertele-tele. Selain itu, pemahaman tentang ejaan dan tanda baca peserta didik juga masih menjadi faktor penghambat. Peserta didik masih belum bisa menggunakan ejaan dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Hal ini dikarenakan guru kurang dalam membelajarkan materi tentang ejaan dan tanda baca.
Selain faktor-faktor di atas masih ada faktor lain, yaitu adanya anggapan dari peserta didik bahwa hasil tulisan berita mereka tidak akan bermanfaat, karena tidak akan dimuat di surat kabar dan dibaca oleh banyak orang. Hal ini juga turut menyebabkan kurangnya minat belajar peserta didik. Oleh karena itu, guru harus bisa memberikan motivasi belajar terhadap peserta didik agar tumbuh semangat dan minat untuk mengikuti pembelajaran menulis teks berita.
Faktor yang berasal dari guru, misalnya penerapan model pembelajaran yang kurang tepat. Guru sering menerapkan pembelajaran konvensional dengan ceramah yang kemudian menyebabkan peserta didik pasif dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga masih berperan sebagai sumber utama dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan pengetahuan peserta didik kurang bisa berkembang. Seharusnya guru bisa menerapkan model pembelajaran yang bisa membantu peserta didik aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri, serta bisa berpikir kreatif. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran field trip. Dalam metode field trip peserta didik akan lebih mudah mengembangkan pengetahuan luas dan kreatif untuk menuliskan kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat yang berupa berita.
Faktor yang berasal dari fasilitas sekolah, kurangnya tempat yang disediakan oleh sekolah berkaitan dengan kegiatan menulis berita. Sekolah tidak menyediakan wadah yang bisa menunjang keterampilan menulis teks berita. Hal tersebut menyebabkan peserta didik tidak tertarik untuk menulis berita. Untuk mengatasi hal ini pihak guru dapat menggunakan metode field trip ini agar memotivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran menulis berita. Metode field trip ini juga akan membuat peserta didik dapat menulis berita secara objektif karena sesuai dengan lingkungan yang dikunjunginya.




C.     Batasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu pada upaya peningkatan keterampilan menulis teks berita menggunakan motode field trip.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat diambil permasalahan tentang upaya meningkatkan keterampilan menulis teks berita menggunakan metode field trip. Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah proses pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip pada kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo?
2.      Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks berita peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode field trip?
3.      Bagaimanakah perubahan perilaku peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo dalam mengikuti pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip?

E.     Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah:
1.      Mendeskripsi proses pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo.
2.      Mendeskripsi peningkatan keterampilan menulis teks berita menggunakan metode field trip pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo.
3.      Mendeskripsi perubahan perilaku peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo dalam mengikuti pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip.


F.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1.      Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan alternatif penggunaan model serta media dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran menulis teks berita. Selain itu, penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan mata pelajaran bahasa Indonesia terutama pembelajaran menulis teks berita.

2.       Manfaat Praktis
Bagi peserta didik, penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan ketertarikan dan tumbuhnya motivasi terhadap pembelajaran sehingga peserta didik dapat meningkatkan kemampuan dalam menulis teks berita.
Bagi guru, penelitian ini bisa digunakan sebagai alternatif dalam menciptakan suatu proses pembelajaran menulis, yaitu menggunakan metode field trip.
Bagi penyelenggara pendidikan, penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai acuan agar pembelajaran menulis berita lebih menarik. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkaan kualitas pembelajaran menulis teks berita di berbagai sekolah.

G.    Sistematika Skripsi
 Sistematika penulisan skripsi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagain awal berisi tentang judul skripsi, pengesahan penguji, moto dan persembahan, prakata, abstrak, dan daftar isi.
Bagian isi terbagi menjadi lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II berisi tinjauan pustaka, kajian teori, dan kerangka berpikir. Tinjauan pustaka berisi kajian secara kritis terhadap penelitian terdahulu yang membahas yang membahas pembelajaran menulis teks berita. Kajian teori berisi teori-teori yakni keterampilan menulis, manfaat menulis, konsep menulis berita, aspek-aspek yang dinilai dalam menulis berita, metode field trip, dan langkah-langkah penerapan metode field trip. Selanjutnya, kerangka berpikir  memuat tentang pola pemikiran yang diuraikan dalam penulisan ini.
Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian ini memuat waktu penelitian, objek penelitian, fokus penelitian, data, sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis, dan uji validitas.
Bab IV berisi penyajian data dan pembahasan data. Penyajian data berisi data-data yang ditemukan untuk menjawab masalah penelitian. Selanjutnya, subbab pembahasan data berisi analisis dan deskripsi data-data yang ditemukan pada saat prasiklus, siklus I dan siklus II serta pembahasan peningkatan pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip.
Bab V merupakan bab penutup yang berisi simpulan dan saran mengenai hasil penelitian. Simpulan merupakan ringkasan hasil analisis data yang menjadi jawaban dari permasalahan yang diteliti. Saran adalah rekomendasi yang disampaikan kepada pembaca mengenai simpulan dari penelitian ini. Pada bagian akhir skripsi, disertakan daftar pustaka, lampiran-lampiran yang mendukung penelitian ini.

H.    Tinjauan Pustaka dan Kajian Teoretis
Bab ini berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka menguraikan relevansi antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu, sedangkan kajian teoretis menguraikan teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

1.      Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian kritis terhadap kajian-kajian terdahulu hingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu dan kajian yang akan dilakukan. Penelitian tentang menulis menggunakan metode field trip telah dilakukan oleh Ningsih dan Rokhayati.
Ningsih (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Menulis Puisi Menggunakan Metode Field Trip pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian yang diperoleh dari lembar observasi diketahui bahwa aktivitas, keaktifan dan fokus siswa dalam mengikuti pembelajaran dalam prasiklus cukup, sedangkan pada siklus I baik dan pada siklus II baik sekali. Pembelajaran menulis puisi menggunakan metode field trip dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis dapat dilihat dari hasil rerata tes prasiklus sebesar 54,79 (kurang), pada siklus I sebesar 70,47 (cukup), pada siklus II sebesar 78,96 (baik). Peningkatan pembelajaran siswa dari prasiklus ke siklus I sebesar 15,68 dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8, 49.
Adapun perbadingan penelitian di atas dengan penelitian yang akan diteliti memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian yang dilakukan Ningsih (2013) adalah sama-sama menggunakan metode field trip dan sama-sama di  kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo. Perbedaannya adalah penelitian di atas tentang menulis puisi sedang penelitian yang akan dilakukan peneliti tentang menulis teks berita. Penelitian yang dilakukan Ningsih (2013) sudah baik, tapi seharusnya pada penelitian tindakan kelas disertai deskripsi perubahan perilaku siswa setelah menerima pembelajaran dengan metode field trip seperti yang akan peneliti lakukan.
Rokhayati (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan Metode Field Trip pada Siswa Kelas X MAN Purworejo Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian tersebut adalah peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan sikus II. Pada prasiklus, rerata skor yang diperoleh 76,15% pada sikus I rerata skor yang diperoleh 82,56 dan pada siklus II rerata skor yang diperoleh 90,51%.
Adapun perbandingan penelitian di atas dengan penelitian yang akan diteliti memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian yang dilakukan Rokhayati (2011) adalah sama-sama menggunakan metode field trip. Perbedaannya dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian tersebut tentang menulis teks deskripsi dan dilakukan di kelas MAN Purworejo, sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan tentang menulis teks berita dan dilakukan pada kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo. Penelitian yang dilakukan Rokhayati (2011) sudah baik, tapi seharusnya pada penelitian tindakan kelas disertai deskripsi perubahan perilaku siswa setelah menerima pembelajaran dengan metode field trip seperti yang akan peneliti lakukan.

2.      Kajian Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa bahan kajian. Bahan kajian yang akan digunakan sebagai landasan teoretis dalam penelitian ini adalah teori tentang berita dan metode pembelajaran field trip.
Landasan teoretis yang digunakan pada penelitian ini adalah (1) keterampilan menulis, (2) manfaat menulis, (3) teori konsep berita, (4) aspek-aspek yang dinilai dalam menulis teks berita, (5) metode field trip (6) langkah-langkah penerapan metode field trip.



a.      Keterampilan Menulis
Menulis tidak dapat dipisahkan dalam seluruh rangkaian pembelajaran bahasa yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, manusia dapat mengungkapkan ide, gagasan, pendapat ke dalam bentuk tulisan. Dalam hubungannya dengan kemampuan berbahasa, kegiatan menulis dapat mempertajam kepekaan terhadap kesalahan-kesalahan baik ejaan, struktur maupun pemilihan kosakata.
Suriamiharja, dkk (1997:1) mengemukakan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang memiliki kesamaan pengertian terhadap simbol bahasa tersebut. Dalam hal ini, penulis dan pembaca haruslah memiliki pemahaman pengertian terhadap suatu simbol bahasa. Dengan kata lain, jika penulis dan pembaca tidak memiliki pengertian yang sama terhadap suatu simbol bahasa, maka maksud yang dikehendaki penulis tidak akan tersampaikan.
Owens (dalam Soenardji dan Bambang, 1998: 102) juga menambahkan bahwa menulis adalah menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan benar menurut tata bahasa, dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun menurut penalaran yang tepat. Selanjutnya, Tahhar (2001: 55) berpendapat bahwa menulis merupakan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dengan bermediakan bahasa tulis kepada khalayak pembaca untuk dipahami sebagaimana yang dimaksudkan pengarang. Hal ini senada dengan yang dikatakan Tarigan (1993: 4) bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan orang lain.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis termasuk salah satu media untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis adalah kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan bermediakan bahasa tulis dengan tujuan agar pembaca dapat memahami maksud yang dikehendaki oleh penulis. Untuk dapat memahami maksud yang dikehendaki, penulis dan pembaca haruslah memiliki persamaan pemahaman terhadap suatu simbol bahasa. 

b.      Manfaat Menulis
Menulis merupakan sebuah kegiatan yang memiliki banyak manfaat. Selain digunakan untuk meyampaikan gagasan, ide, maupun pendapat, menulis memiliki sederet manfaat lain yang berguna bagi kehidupan. Dari berbagai macam manfaat yang diperoleh dari kegiatan menulis, Bernard Percy (dalam Gie, 2002: 21-22) menyebutkan bahwa manfaat menulis antara lain sebagai berikut:
1.      Suatu sarana untuk pengungkapan diri (a tool for self-expression).
2.      Suatu sarana untuk pemahaman (a tool for understanding).
3.      Suatu sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri (a tool to help developing personal satisfaction, pride, and a feeling of self-worth).
4.      Suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan sekeliling seseorang (a tool for increasing awareness and perception of one’s environment).
5.      Suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat, bukan penerimaan yang pasrah (a tool for active involment, not passive acceptance).
6.      Suatu sarana untuk menggembangkan suatu pemahaman tentang kemampuan menggunakan bahasa (a tool for developing an understanding of and ability to use the language).

Selanjutnya, Komaidi (2007:12) menambahkan ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan menulis, antara lain: (1) menimbulkan rasa ingin tahu, (2) mendorong kita untuk membaca, (3) terlatih untuk melatih menyusun pemikiran yang runtut, (4) mengurangi tingkat ketegangan dan stress, (5) mendapatkan kepuasan batin. Selain berbagai manfaat di atas, menulis juga dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk memahami dan menemukan arti hidup (Thobroni 2008:14).
Jadi, dari berbagai penjelasan tentang manfaat menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan sebuah kegiatan yang memiliki banyak kegunaan. Selain bisa digunakan sebagai salah satu media untuk berkomunikasi. Menulis bisa menjadi sarana pengungkapan ide dan gagasan seseorang. Disamping itu, menulis juga bisa digunakan sebagai alat untuk mengembangkan pola pikir, memberikan kepuasan pribadi, serta mengurangi tingkat stress.

c.       Hakikat Berita
Konsep berita yang akan dikaji antara lain adalah (1) pengertian berita, (2) unsur-unsur berita, (3) persyaratan berita, (4) bahasa berita, (5) jenis-jenis berita, (6) teknik penulisan berita, (7) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis teks berita, dan (8) kalimat efektif.

1)                                   Pengertian Berita
Berita merupakan tulisan berisi fakta tentang kejadian yang bertujuan menyampaikan suatu informasi kepada khalayak. Berita berisi fakta, namun tidak semua fakta adalah sebuah berita. Berita biasanya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Semi (1995:9) menyebutkan bahwa berita adalah fakta yang disampaikan kepada orang lain. Namun, tidak semua fakta masuk ke dalam jenis berita, karena berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, maupun media online internet (Sumandiria 2005:65). Sehingga dapat dikatakan bahwa fakta yang tidak memenuhi kelayakan tersebut tidak termasuk ke dalam jenis berita.
Selanjutnya, Djuraid (2006:11) juga berpendapat bahwa berita adalah sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh wartawan di media massa. Peristiwa atau keadaan yang disampaikan tersebut merupakan fakta atau benar-benar terjadi. Dengan kata lain, berita sama sekali tidak boleh mengandung unsur rekaan atau fiksi dari penulis.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa berita adalah informasi mengenai sebuah peristiwa terbaru yang disampaikan kembali kepada orang lain melalui media lisan maupun tulisan. Informasi peristiwa atau keadaan tersebut bersifat umum dan berpengaruh terhadap masyarakat. Sebuah fakta atau peristiwa yang hendak diberitakan juga harus memenuhi syarat-syarat kelayakan yang telah ditentukan untuk sebuah berita layak terbit.

2)                                   Unsur-Unsur Berita
Sebuah fakta layak disebut sebuah berita apabila memenuhi unsur-unsur tertentu. Para pakar jurnalistik telah menyepakati unsur-unsur tersebut adalah 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, dan How). Unsur-unsur berita tersebut akan saling mendukung membuat sebuah berita yang mengandung informasi lengkap. Hal tersebut akan lebih memuaskan pembaca, karena pembaca mendapatkan sebuah informasi secara jelas dan tidak samar.
Romli (2000: 6), Djuraid (2006: 85-86) menjelaskan bahwa unsur-unsur berita terdiri dari 5W+1H, 5W+1H sebagai berikut:
a)      What: apa yang terjadi?
b)      Where: di mana hal itu terjadi?
c)      When: kapan peristiwa itu terjadi?
d)      Who: siapa yang terlibat dalam kejadian itu?
e)      Why: kenapa hal itu terjadi?
f)        How: bagaimana peritiwa itu terjadi?
Dari berbagai pendapat di atas, diperoleh simpulan bahwa sebuah fakta atau informasi layak untuk diberitakan apabila memenuhi unsur berita, unsur tersebut adalah 5W+1H, what, where, when, who, why, dan how, yang apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan selanjutnya agar lebih mudah diingat bisa disebut dengan akronim ADIKSIMBA. Unsur-unsur berita tersebut akan mempermudah penulis dalam menyusun sebuah berita, selain itu pembaca juga akan lebih mudah dalam menikmati berita yang disajikan.

3)      Syarat Berita
Pendapat senada juga disampaikan Djuraid (2006:15-16) bahwa sebuah informasi tentang suatu peristiwa haruslah memperhatikan syarat-syarat tertentu apakah fakta tersebut layak untuk diberitakan atau tidak. Syarat-syarat tersebut adalah (1) aktual, (2) kedekatatan, (3) penting, (4) luar biasa, (5) tokoh, (6) ekslusif. (7) ketegangan, (8) konflik, (9) human interest, (10) seks, (11) progresif, (12) trend, dan (13) humor.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menulis sebuah haruslah memperhatikan syarat-syarat tertentu, antara lain adalah berita haruslah bersifat penting, besar, aktual, dekat, terkenal, manusiawi, luar biasa, dan berpengaruh terhadap kepentingan serta kebutuhan orang banyak. Syarat-syarat berita tersebut merupakan pedoman apakah fakta yang hendak disampaikan layak diberitakan atau tidak. Syarat-syarat berita ini sangatlah penting diketahui ketika seseorang hendak menulis sebuah berita.

4)                                    Bahasa Berita
Bahasa yang digunakan dalam berita berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Bahasa berita biasa disebut dengan istilah bahasa jurnalistik. Faqih (2003: 9-10) agar pesan yang hendak disampaikan penulis tersampaikan kepada pembaca dengan jelas diperlukan kecermatan, tatanan kalimat yang logis. Diksi, dan pembentukan kalimat yang tepat. untuk itu, agar dapat lebih efektif dalam penggunaan berita harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
a)      Penggunaan bahasa dengan baik dan benar
b)      Penguasaan materi yang disampaikan
c)      Teknik penyajian
Selanjutnya Sumandiria (2005: 53-59) juga berpendapat bahwa ciri utama bahasa jurnalistik di antaranya: (1) sederhana, (2) singkat, (3) padat, lugas, (4) jernih, (5) menarik, (6) demokratis, (7) mengutamakan kalimat aktif, (8) sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah teknis, dan (9) tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku.

5)                                   Jenis-Jenis Berita
Berita merupakan pengungkapan fakta. Pengungkapan fakta bisa beragam jenis. Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik menurut Romli (2000: 8),  antara lain:
a)      Straight news: merupakan berita yang ditulis langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar sehalaman surat kabar berisi berita jenis ini.
b)      Depth news: merupakan berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
c)      Investigations news: merupakan berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
d)      Interpretative news: merupakan berita yang yang dikembangkan dengan pendapat atau penulisnya/ reporter.
e)      Opinion news: merupakan berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh, ahli, atau pejabat mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya.
Faqih (2003: 42-43) menambahkan bahwa jenis berita yang lazim dipakai dalam pengungkapan fakta di media massa terbagi menjadi tiga:
a)      Straight news atau berita langsung, dalam perkembangan kemudian sering hanya disebut berita. Staright news dibuat untuk menyampaikan fakta yang baru dan harus segera diketahui masyarakat. Hal yang paling penting dalam staright news adalah aktualitas, karena persaingan media, fakta harus secepat mungkin dipublikasikan, jika terlambat sudah tidak aktual lagi (karena mungkin telah dimuat media lain).
b)      Soft news atau berita ringan, jenis ini tidak mengutamakan aktualitas, tapi menekankan aspek manusiawi (human interest) dalam suatu peristiwa. Contohnya, ada seorang bayi yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat, sedangkan penumpang lain tewas. Peristiwa tersebut bisa ditulis dalam bentuk soft news. Berita tentang selamatnya bayi tersebut bisa ditulis beberapa hari setelah peritiwa itu terjadi. Hal yang perlu diperhatikan, dalam soft news penulis tidak perlu mengungkapkan secara detail, cukup hanya permukaan saja.
c)      Feature, berita kisah, khas. Merupakan jenis tulisan mengenai suatu fakta yang dapat menambah pengetahuan pembaca dan atau menyentuh perasaan pembaca. Jenis berita ini tidak terpengaruh pada unsur aktualitas, yang diutamakan adalah detail suatu fakta. Unsur terpenting dalam penulisan feature adalah sisi manusiawi. Feature tidak melulu mengenai orang, tapi bisa juga mengenai peristiwa, atau tempat. Bahasa yang dipergunakan dikemas agar segar, ringan, dan menarik. Feature juga sering disebut berita kisah, karena gaya penulisannya yang naratif seperti orang bercerita.

6)                                   Teknik Penulisan Berita
Berita merupakan fakta objektif. Sebagai fakta yang objektif berita harus bebas dari pendapat pribadi manapun termasuk dari jurnalis maupun editor. Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya dan tidak dibuat-buat kebenarannya. Faqih (2003: 45) berpendapat bahwa berita memiliki keterbatasan ruang, maka dari itu harus disampaikan secara efektif. Bentuk yang dipakai adalah piramida terbalik. Artinya meletakkan unsur terpenting dan utama dari suatu fakta pada bagian atas atau lead, diikuti detail fakta pada tubuh dan kesimpulan pada ekor atau penutup.
Menurut Sumandiria (2005: 117-118) karena fakta dalam bentuk berbagai peritiwa yang terjadi begitu banyak, sedangkan waktu yang dimilki jurnalis dan editor media massa sangat terbatas, maka harus dicari teknik untuk melaporkan atau menuliskan kata-kata tersebut. Teknik itu dinamakan dengan piramida terbalik. Dengan piramida terbalik, berarti pesan berita disusun secara deduktif. kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf utama, baru kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraf-paragraf berikutnya. Alasan penggunaan piramida terbalik dalam menulis berita dikarena berbagai alasan sebagai berikut:
a)      Memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat sibuk untuk segera menemukan berita yang dianggapnya menarik atau penting yang sedang dicari atau ingin diketahuinya.
b)      Memudahkan reporter dan editor memotong bagian-bagian berita yang dianggap kurang atau tidak penting ketika dihadapkan pada kendala teknis, misalnya berita terlalu panjang sementara kapling atau ruangan yang tersedia sangat terbatas.
c)      Memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan berita melalui rumus baku yang sudah sangat dikuasainya sekaligus untuk menghindari kemungkinan adanya fakta atau informasi penting yang terlewat tidak dilaporkan.

7)                                   Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menyusun Berita

Berita merupakan suatu hal harus dibuat menarik. Isi berita tidak boleh menyimpang dari kebenaran nilai berita. Dalam menyusun sebuah berita tidak serta merta membuat tulisan tentang fakta suatu kejadian, melainkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Djuharie dan Suherli (2005: 35) juga menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis berita, antara lain adalah:
a)      Tulisan berita harus bisa menyentuh kebutuhan manusia akan informasi.
b)      Berita yang ditulis harus aktual sehingga tidak menjadi berita yang basi.
c)      Penulisan berita untuk surat kabar harus cepat dan singkat tetapi kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
d)      Tulisan berita harus bisa menjawab pertanyaan apa, kapan, siapa, bagaimana, dimana, mengapa.
e)      Tulisan berita yang berkelanjutan tentang suatu hal, pada bagian akhir berita harus diungkapkan lagi tentang latar belakang peristiwanya.

Selanjutnya Hasnun (2006: 122) menyebutkan bahwa banyak masalah yang perlu diperhatikan dalam menyusun berita, antara lain sebagai berikut.
a)      Penulis berita perlu memahami atau menguasai peristiwa yang ditulis.
b)      Penulis berita perlu meyakini masalah yang ditulis.
c)      Masalah yang menjadi materi berita perlu ditonjolkan secara baik.
d)      Berita yang ditulis menggunakan bahasa yang baik dan benar, santun, serta berdasarkan fakta.
e)      Penulis harus menyampaikan berita secara jujur, tepat, dan cepat.

8)                                   Kalimat Efektif
Berita merupakan suatu informasi yang harus disampaikan dengan tepat. Suatu informasi akan tersampaikan dengan baik kepada pembaca atau pendengar jika penyampainya menggunakan kalimat yang efektif. Maka dari itu, penggunaan kalimat efektif sangatlah penting dalam penulisan teks berita. Kalimat efektif menurut Akhadiah, dkk (1988: 116) adalah kalimat yang benar dan jelas serta akan dengan mudah dipahami oleh orang lain secara tepat. Adapun ciri-ciri kalimat efektif, yaitu (1) kesepadanan dan kesatuan berarti kalimat harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat, atau bisa ditambah objek, keterangan, dan unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap sehingga melahirkan melahirkan keterpaduan arti, (2) kesejajaran bentuk berarti terdapat kesamaan penggunaan bentuk bahasa yang digunakan dalam kalimat, (3) penekanan berarti pemberian penekanan pada gagasan atau ide pokok, (4) kehematan berarti kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan, dan (5) kevariasian berarti sebuah kalimat merupakan satu komposisi yang dapat memikat dan mengikat pembacanya (Akadiah, dkk 1988: 117-127).
Pendapat lain tentang kalimat efektif juga dikemukakan oleh Keraf (1997: 36) yaitu kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca atau pendengar seperti yang dipikirkan oleh penulis atau pembicara.
Jadi berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang bisa dengan baik menyampaikan maksud yang hendak disampaikan oleh penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar. Adapun ciri-ciri yang harus dipenuhi antara lain terdapat kesepadanan, kesejajaran bentuk, penekanan, kehematan, dan kevariasian.

d.       Aspek-aspek yang Dinilai dalam Menulis Berita
Menurut Nurgiyantoro (1987: 5) penilaian merupakan suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada setiap kompetensi dasar yang disampaikan oleh guru, memiliki beberapa aspek atau kriteria yang dijadikan indikator dalam penilaian.
Dalam pembelajaran menulis teks berita ada beberapa aspek yang digunakan dalam penilaian, di antaranya adalah (1) aspek kesesuaian judul, (2) aspek kelengkapan unsur (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana), (3) keruntutan, (4) kalimat efektif, (5) pilihan kata/ diksi, (6) ketepatan ejaan dan tanda baca, dan (7) tampilan tulisan. Penilaian dilakukan secara terpadu pada penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses meliputi perilaku peserta didik selama mengikuti pmbelajaran, sedangkan penilaian hasil diperoleh dari produk yang dihasilkan oleh peserta didik.

e.      Metode Field trip
Metode field trip adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu, seperti meninjau pabrik sepatu, bengkel mobil, toserba, dan sebagainya (Asmani 2010: 150). Field trip bukan sekedar rekreasi semata, akan tetapi belajar atau memperdalam suatu pelajaran dengan melihat kenyataannya (Roestiyah 2001 dalam Asmani 2010: 150). Metode field trip dilaksanakan dengan mengajak siswa belajar di luar kelas dengan panduan guru melalui petunjuk dan tugas pelaksanaan kegiatan secara tertulis. Adanya petunjuk dan tugas yang jelas dari guru bertujuan agar kegiatan yang dilakukan di luar kelas dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan rencana pembelajaran.
Pada pelaksanaannya, metode field trip dapat digunakan untuk mengenalkan konsep baru yang belum diketahui siswa dan memperkuat gambaran yang diberikan di dalam kelas. Lebih dari itu, field trip menekankan pada pengalaman belajar di luar kelas yang menawarkan pengalaman unik bagi siswa untuk menghubungkan materi pelajaran dengan dunia di sekitar. Field trip menuntut guru untuk menyajikan sebuah desain pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi dan semangat belajar siswa dalam sajian yang menyenangkan. Oleh karena itu, kreativitas guru sangat diperlukan dalam merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode field trip.
Berdasarkan pengertian dan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode field trip adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas dengan mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari sesuatu. Metode field trip membantu siswa mendapatkan gambaran konkrit tentang objek (hal) yang sedang dipelajari. Pada penelitian ini peneliti menerapkan metode field trip dalam pembelajaran menulis teks berita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

f.        Langkah-langkah Penerapan Metode Field Trip
Untuk mewujudkan pembelajaran dengan menerapkan metode field trip ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru. Menurut Sanders (2008: 2-13), ada lima langkah untuk mewujudkan field trip yang menakjubkan (the best field trip ever). Kelima langkah menurut Sanders tersebut antara lain: (1) determine goals and objectives (menentukan tujuan dan sasaran utama), (2) explore  all options (menjelajah semua pilihan), (3) create your itinenary (membuat rencana perjalanan), (4) check your checklist (memeriksa daftar cek), (5) follow-up in the classroom (tindak lanjut).
Langkah pertama dalam menerapkan metode field trip menurut Sanders yaitu determine goals and objectives (menentukan tujuan dan sasaran utama). Menentukan tujuan dan sasaran maksudnya yaitu guru perlu menentukan tujuan yang diharapkan dari field trip dan lokasi yang akan dituju. Guru setelah menentukan tujuan dan lokasi field trip dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat pelaksanaan (explore all options). Guru setelah menentukan tujuan dan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnya perlu membuat rencana perjalanan field trip (create you itenenary).
Rencana perjalanan berguna sebagai pemandu urutan dan waktu kegiatan yang harus dilaksanakan. Rencana perjalanan berisi rincian waktu kegiatan, tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, dan peraturan yang harus dipatuhi siswa. Setelah membuat rencana perjalanan, selanjutnya guru mempersiapkan siswa untuk melaksanakan field trip dengan membagi siswa dalam kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok siswa yaitu supaya siswa belajar berinteraksi dengan temannya untuk berdiskusi. Setelah persiapan selesai, guru dan siswa selanjutnya melaksanakan field trip dengan mengunjungi lokasi yang sudah ditentukan. Pada saat pelaksanaan guru perlu mengawasi aktivitas-aktivitas siswa (check your checklist). Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa siswa melaksanakan field trip sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Setelah kegiatan di lokasi field trip telah berakhir, guru selanjutnya mengajak siswa kembali ke kelas untuk memberikan tindak lanjut (Follow-up in the classroom). Tindak lanjut dapat meliputi: pengoreksian tugas yang telah dikerjakan siswa, pembahasan hasil diskusi siswa, ataupun pemberian tugas lain yang berhubungan dengan pelaksanaan field trip.
Guru setelah mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan juga dituntut untuk memperhatikan beberapa hal saat menerapkan metode field trip dalam pembelajaran. Mulyasa (2005) dalam Asmani (2010: 151) menyatakan ada tujuh hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode field trip. Tujuh hal tersebut antara lain: (1) menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (2) mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (3) menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai pedagogis, (4) menghubungkan sumber belajar dalam field trip dengan kurikulum, (5) membuat dan mengembangkan program field trip secara logis dan sistematis, (6) melaksanakan field trip sesuai dengan tujuan, materi, dan efek pembelajaran, dalam iklim yang kondusif, (7) menganalisis tujuan, ketercapaian, kesulitan-kesulitan, dan hal-hal yang perlu disusun sebelum dan sesudah pelaksanaan field trip.
Berdasarkan pendapat mengenai langkah-langkah dan hal-hal yang perlu diperhatikan di atas, peneliti menyusun tahapan pembelajaran dengan menerapkan metode field trip pada materi menulis teks berita. Tahapan terbut yaitu:
a)      Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, guru perlu melakukan beberapa hal antara lain: menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, menghubungi pihak yang bertanggung jawab pada lokasi yang akan menjadi tujuan field trip, menyusun rencana pelaksanaan dan tata tertib, menyusun tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, mempersiapkan sarana, dan membagi siswa dalam kelompok.
b)      Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru melakukan beberapa hal antara lain: menyampaikan tata tertib dan tugas siswa, memimpin rombongan dan mengatur kegiatan field trip, memperingatkan siswa untuk memenuhi tata tertib yang sudah disepakati bersama dan mengerjakan tugas-tugas kelompok, mengawasi aktivitas-aktivitas siswa, dan memberi petunjuk bagi siswa yang memerlukan penjelasan.
c)      Tahap akhir
Pada tahap akhir, guru melakukan beberapa hal antara lain: menyuruh siswa berdiskusi mengenai hasil kegiatan field trip, menyelesaikan tugas kelompok, membahas hasil pekerjaan kelompok, dan menindaklanjuti hasil kegiatan field trip dengan memberikan tugas secara individu untuk menulis berita lokasi yang telah dikunjungi. Asmani (2010: 152-153), menyatakan ada beberapa kelebihan dan kekurangan menerapkan metode field trip dalam pembelajaran.
Kelebihan penerapan metode field trip dalam pembelajaran diantaranya yaitu: (1) siswa dapat memahami dan menghayati langsung keadaan di lokasi field trip, (2) siswa dapat memperdalam dan memperluas pengalaman, (3) siswa dapat menemukan sumber informasi pertama untuk memecahkan persoalan yang dihadapi, (4) siswa memperoleh pengetahuan integratif tentang objek yang ditinjau, (5) membuat materi pembelajaran di sekolah lebih relevan dengan kenyataan, dan (6) pembelajaran dapat lebih merangsang kreativitas siswa.
Sedangkan kekurangan metode field trip menurut Asmani (2010: 154) diantaranya yaitu: (1) memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak, (2) memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang, (3) unsur rekreasi sering menjadi prioritas sedangkan unsur studinya terabaikan, (4) memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap gerak-gerik siswa di lapangan, (5) biayanya cukup mahal, dan (6) memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran dan keselamatan siswa, terutama field trip jangka panjang dan jauh.

3.  Kerangka Berpikir
Pembelajaran Bahasa Indonesia selama ini umumnya disampaikan dengan metode konvensional dalam kelas. Tidak jarang kegiatan pembelajaran berlangsung secara monoton dan kurang memotivasi, sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari kurangnya tingkat aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan ini, guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa sesuai dengan karakteristik perkembangannya.
Metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru salah satunya yaitu metode field trip, dengan mengajak siswa mengunjungi suatu tempat sebagai lokasi sekaligus sumber belajar. Metode field trip cocok deterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar sesuai dengan karakteristik siswa yang masih senang bergerak dan bermain. Kunjungan yang dilakukan bukan semata mengajak siswa bermain di luar kelas. Lebih dari itu, siswa diajak mengunjungi suatu tempat untuk meninjau secara langsung lokasi yang dituju untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dengan mengajak siswa belajar di tempat terbuka dapat menimbulkan kesan yang menyenangkan sekaligus menghapus kejenuhan siswa terhadap pembelajaran di kelas. Kegiatan yang menyenangkan dalam proses pembelajaran dapat menjadi penambah semangat belajar siswa (Anitah dkk 2011: 7.27), sehingga diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, berikut disajikan bagan kerangka berpikir.


















 


























Bagan 1. Kerangka Berpikir




I.       Metode Penelitian
Dalam bab ini memaparkan tentang waktu penelitian, objek penelitian, fokus penelitian, data, sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis, dan uji validitas.
1.      Waktu penelitian
Penelitian penggunaan metode field trip dalam menulis teks berita ini dilakukan di SMP Negeri 22 Purworejo kelas VIII dan dilaksanakan pada semester II.
Untuk rincian waktu dan jenis kegiatan dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 1
Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
                    Waktu
Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
















A.     Persiapan
















1.      Penyusunan proposal















2.      Konsultasi proposal















B.     Pelaksanaan penelitian
















1.      Pengumpulan data (pembelajaranprasiklus, siklus I, dan siklus II)












2.      Analisis data













C.     Pengamatan perubahan perilaku siswa















D.     Penyusunan Laporan















2.      Objek penelitian
Arikunto (2010: 161) mengemukakan bahwa variabel adalah objek penelitian, yaitu apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis teks berita peserta didik. 

3.      Fokus penelitian
Sugiyono (2012: 286) mengemukakan bahwa fokus penelitian adalah pokok masalah (pusat) dari objek penelitian tersebut. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan menulis teks berita peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo menggunakan metode field trip.

4.      Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka (Arikunto, 2010: 161). Data-data yang digunakan pada penelitian ini yang berupa adalah tugas-tugas peserta didik menulis teks berita, hasil observasi terhadap peserta didik, hasil wawancara dengan peserta didik, dan foto-foto pelaksanaan penelitian. Data yang berupa angka adalah nilai peserta didik pada prasiklus, siklus I, dan siklus II.

5.      Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010:172). Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 22 Purworejo.

6.      Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi. Meode observasi ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada prasiklus, siklus I dan siklus II.
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini diperinci sebagai berikut:
a.       Melakukan observasi proses pembelajaran peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo.
b.      Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII di SMP Negeri 22 Purworejo mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran teks berita.
c.       Membuat rencana pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip.
d.      Melakukan proses pembelajaran menulis teks berita prasiklus dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang belum menggunakan metode field trip.
e.       Melakukan proses pembelajaran menulis berita siklus I menggunakan metode field trip.
f.        Melakukan proses pembelajaran menulis berita siklus II menggunakan metode field trip.
g.       Mengumpulkan hasil belajar peserta didik dalam tiga proses pembelajaran di atas.
h.       Menghitung perbandingan hasil antara tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II.
i.         Melakukan pengamatan perubahan perilaku peserta didik setelah melakukan pembelajaran menulis teks berita dengan metode field trip.
j.        Mengumpulkan seluruh data yang terdiri dari hasil observasi, hasil wawancara, jurnal guru dan peserta didik dan dokumentasi berupa foto.
k.      Mencatat dalam kartu data yang telah disediakan.

7.      Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah tes dan nontes. Dengan tes, peneliti dapat mengetahui bagaimana ketercapaian peserta didik dalam menulis teks berita. Sedangkan dengan instrumen nontes dalam penelitian ini adalah lembar observasi, jurnal, lembar wawancara, dan dokumentasi yang digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta didik.
a.      Instrumen Tes
Instrumen dalam bentuk tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik tentang berita dan keterampilan peserta didik dalam menulis teks berita pada siklus I dan siklus II dengan tindakan metode field trip. Bentuk instrumen ini berupa uraian tertulis yaitu tes menulis teks berita. Tes ini menuntut peserta didik untuk menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan meliputi: kesesuaian antara judul dengan isi berita, kelengkapan unsur ADIKSIMBA, keruntutan pemaparan, kalimat efektif, pilihan kata/diksi, ketepatan ejaan, dan tampilan tulisan.
Tabel 2
Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Teks Berita
No
Aspek Penilaian
Skala Penilaian
Bobot
Skor Maksimal
1
2
3
4
5
1.
Kesesuaian antara judul dan isi berita





2
10
2.
Kelengkapan unsur ADIKSIMBA





4
20
3.
Keruntutan pemaparan





3
15
4.
Kalimat efektif





3
15
5.
Pilihan kata/ diksi





3
15
6.
Ketepatan ejaan





3
15
7.
Tampilan





2
10

Jumlah





25
100

Keterangan:
Sangat Baik            : 5
Baik                       : 4
Cukup                    : 3
Kurang                   : 2
Sangat Kurang        : 1
Rentang skor pada kriteria penilaian di atas yaitu antara 1 sampai 5. Aspek kalimat efektif, ketepatan ejaan, pilihan kata/ diksi, dan keruntutan pemaparan, masing-masing dengan bobot 3 dan skor 15. Aspek kemenarikan judul dan tampilan tulisan masing-masing dengan bobot 2 dan skor 10, sedangkan bobot untuk aspek kelengkapan unsur bobot 4 dan skor 20 sehingga jumlah total bobot 25 dan skor maksimal 100.
Tabel 3
Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Teks Berita
No
Aspek Penilaian
Kriteria Penilaian
Skor
Kategori
1.
Kesesuaian isi dengan judul
a.       Judul sesuai dengan isi dan menarik untuk dibaca.
b.      Judul sesuai dengan isi.
c.       Judul sesuai dengan isi tetapi kurang menarik untuk dibaca.
d.      Judul kurang sesuai tetapi menarik untuk dibaca.
e.       Judul tidak sesuai dan tidak menarik untuk dibaca.
5


4

3


2


1
Sangat baik

Baik

Cukup


Kurang


Sangat kurang
2.
Kelengkapan unsur ADIKSIMBA
a.       Memenuhi 6 unsur berita.
b.      1 unsur berita tidak tercantum.
c.       2 unsur berita tidak tercantum.
d.      3-4 unsur berita tidak tercantum.
e.       >5 unsur berita tidak tercantum.
5

4

3

2

1
Sangat baik
Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang
3.
Keruntutan pemaparan
a.       Jelas, runtut, dan mudah dipahami.
b.      Runtut dan mudah dipahami.
c.       Runtut.
d.      Tidak runtut tetapi dapat dipahami.
e.       Tidak runtut dan tidak dapat dipahami.
5

4

3
2

1
Sangat baik
Baik

Cukup
Kurang

Sangat kurang
4.
Kalimat efektif
a.       Memenuhi 5 syarat kalimat efektif.
b.      Memenuhi 4 syarat kalimat efektif.
c.       Memenuhi 3 syarat kalimat efektif.
d.      Memenuhi 2 syarat kalimat efektif.
e.       Memenuhi 1 syarat kalimat efektif.
5

4

3

2

1
Sangat baik
Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang
5.
Pilihan kata/ diksi
a.       Terdapat 4 aspek kesesuaian bahasa yang digunakan.
b.      Terdapat 3 aspek kesesuaian bahasa yang digunakan.
c.       Terdapat 2 aspek kesesuaian bahasa yang digunakan.
d.      Terdapat 1 aspek kesesuaian bahasa yang digunakan.
e.       Tidak terdapat kesesuaian bahasa yang digunakan.
5


4


3


2


1
Sangat baik

Baik


Cukup


Kurang


Sangat kurang
6.
Ketepatan ejaan
a.       Tidak ada kesalahan ejaan.
b.      Jumlah kesalahan 1-3
c.       Jumlah kesalahan 4-6.
d.      Jumlah kesalahan 7-10.
e.       Jumlah kesalahan >10

5

4
3
2

1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang

Sangat kurang
7.
Tampilan
a.       Terbaca, sangat rapi, dan bersih dari coretan.
b.      Terbaca, rapi, dan terdapat coretan
c.       Terbaca, kurang rapi, tidak terdapat coretan
d.      Terbaca, kurang rapi, dan terdapat coretan
e.       Tidak terbaca

5


4

3

2

1
Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

Tabel 4
Penggolongan Pedoman Penilaian
No
Rentang Nilai
Kategori
1.
85-100
Sangat baik
2.
75-84
Baik
3.
66-74
Cukup
4.
55-65
Kurang
5.
<55
Sangat kurang
Nilai Akhir   100
 

Dari tabel di atas peneliti dapat menentukan kriteria penilaian dari peserta didik. Peserta didik memperoleh kriteria sangat baik apabila memperoleh nilai 85-100, memperoleh nilai 75-84 dalam kategori baik, memperoleh nilai 65-74 dalam kategori cukup, memperoleh nilai 55-64 dalam kategori kurang, dan memperoleh nilai < 55 dalam kategori sangat kurang.

b.      Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi, jurnal, dokumentasi, dan pedoman wawancara. Penggambaran keterkaitan antara penggunaan instrumen pengambilan data dan aspek-aspek dalam perubahan perilaku serta proses pembelajaran dapat digambarkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 5
Kisi-kisi Intrumen Nontes
No
Instrumen Nontes
Aspek yang diamati
Proses
Perilaku
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1.
Observasi










2.
Jurnal peserta didik










Jurnal guru










3.
Wawancara










4.
Dokumentasi










Keterangan:
1.      Proses Pembelajaran
(1)   Keintensifan proses penumbuhan minat belajar peserta didik.
(2)   Kekondusifan proses diskusi.
(3)   Keintensifan peserta didik dalam menulis teks berita.
(4)   Kekondusifan peserta didik pada saat proses presentasi di depan kelas.
(5)   Kereflektif kegiatan refleksi sehingga peserta didik menyadari kekurangan dan mengetahui langkah selanjutnya yang harus dilakukan.

2.      Perubahan Perilaku
(1)   Keaktifan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran menulis teks berita.
(2)   Keantusiasan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menulis teks berita.
(3)   Kerja sama peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan.
(4)   Kemandirian peserta didik dalam menulis teks berita.
(5)  Peserta didik percaya diri dalam mengikuti pembelajaran.

1)      Lembar Observasi
Lembar observasi berisi pedoman pengamatan untuk mengamati sikap positif atau negatif peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui perubahan sikap peserta didik selama pembelajaran berlangsung.

2)      Jurnal
Jurnal merupakan lembar yang berisi daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui kesan dan pesan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Jurnal ini berisi jurnal guru dan jurnal peserta didik. Jurnal guru berisi hal-hal sebagai berikut: (1) kesiapan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, (2) proses diskusi saat peserta didik saat mencari informasi dari lingkungan yang dikunjungi, (3) proses peserta didik ketika menulis teks berita, (4) bagaimana respon peserta didik terhadap metode field trip yang disajikan, (5) kemandirian peserta didik saat menulis teks berita, (6) tanggungjawab peserta didik dalam mengerjakan tugas, (7) keberanian dan kepercayaan diri peserta didik saat mempresentasikan hasil diskusi, (8) keaktifan peserta didik berpendapat, (9) refleksi di akhir pembelajaran, sedangkan jurnal peserta didik berisi antara lain: (1) tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran menulis teks berita, (2) ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip, (3) manfaat yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip, (4) kesan peserta didik terhadap pembelajaran menulis teks berita.




3)      Pedoman Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan tentang tanggapan peserta didik terhadap metode field trip, kesulitan yang dialami oleh peserta didik, tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran menulis teks berita, dan saran untuk pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan kepada peserta didik tertentu, yakni pada peserta didik yang memperoleh nilai tinggi, sedang, dan kurang.

4)      Dokumetasi
Dokumentasi merupakan bukti bahwa peneliti telah benar-benar melakukan penelitian. Dokumentasi ini bisa berupa foto. Foto ini berisi tentang rangkaian kegiatan pada saat pembelajaran berlangsung. Dokumentasi berisi sejumlah foto pada kegiatan pembelajaran, antara lain adalah kegiatan awal pembelajaran, aktivitas peserta didik ketika guru menjelaskan, pelaksanaan tes kegiatan menulis teks berita, dan kegiatan pada saat wawancara dengan peserta didik.

8.      Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

a.      Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitif digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa menulis teks berita menggunakan metode field trip. Analisis tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1)      Menghitung skor yang diperoleh peserta didik.
2)      Menghitung skor komulatif dari keseluruhan aspek.
3)       Menghitung rata-rata kelas.
4)      Menghitung presentase dengan rumus:
NP   100
 
 

Keterangan:
NP                         : Nilai persentase
Σ Nilai Total           : Jumlah nilai keseluruhan yang diperoleh peserta
didik
Σ Nilai Maksimal    : Jumlah nilai total maksimal

b.      Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari data nontes, yakni observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi. Teknik kualitatif digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku peserta didik dalam pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip. Hasil data pada siklus I dan siklus II dibandingkan untuk mengetahui perubahan perilaku peserta didik. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui adanya peningkatan perubahan perilaku peserta didik.

9.      Teknik Penyajian Hasil Analisis
Sudaryanto (1993: 145) mengatakan bahwa penulisan hasil analisis memprasyaratkan adanya kelayakan baca, yaitu demi pemanfaatan yang terkait pada tujuan tertentu, antara lain diketahuinya secara menyeluruh hubungan antarkaidah, dan diketahuinya kekhasan kaidah dalam bahasa tertentu jika kaidah yang bersangkutan dibandingkan dengan kaidah bahasa lain. Cara yang ada dikenal sebagai metode penyajian kaidah macamnya ada dua yaitu yang bersifat informal dan yang bersifat formal. Metode penyajian yang bersifat informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknik sifatnya, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data penelitian ini adalah metode yang bersifat informal dan formal. Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dipaparkan dengan kata-kata dan menggunakan tanda serta lambang-lambang.

10.  Uji Validitas
Menurut Sutopo (2006 : 92) validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasil penelitian. Beberapa cara yang biasanya dipilih untuk mengembangkan validitas (kesahihan) data penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik validitas data   triangulasi. Menurut Moleong (2014: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap hal tersebut.
Data yang berhasil dikumpulkan diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Maksudnya, setiap penelitian harus menentukan suatu cara guna meningkatkan validitas data yang diperoleh dari kemantapan kesimpulan dan tafsiran makna penelitiannya.
Dalam penelitian ini digunakan uji validitas untuk membuktikan kesahihan data yang diteliti. Penelitian ini menggunakan triangulasi teori untuk memvalidasi data objektif.
 










DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Igma, Nurul. 2013, “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Menggunakan Model Think Pair Share dengan Media Komik Bermuatan Cinta Lingkungan pada Peserta Didik Kelas VIII G SMP Negeri 1 Kandeman Semester Genap Tahun Ajar 2012/2013”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. hlm. 22-44.
Moleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ningsih, Nur Adi. 2013. “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Menggunakan Metode Field Trip pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo. hlm. 36.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: PT. BPFE-YOGYAKARTA.
Rokhayati, Nani. 2011. “Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan Metode Field Trip pada Siswa Kelas X MAN Purworejo Tahun Ajaran 2010/2011”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo. hlm. 40.
Sahulekha, Dani. 2013. “Keefektifan Metode Field Trip  dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bogares Kidul 02 Kabupaten Tegal”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. hlm. 14-32
Tarigan, Henry, Guntur. 1993. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

1 comment:

“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”