PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS BERITA MENGGUNAKAN METODE FIELD TRIP PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 22 PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Kartikasari F.
Surel: ksari8015@gmail.com
A.
Latar
Belakang
Saat ini pendidikan di Indonesia menggunakan dua kurikulum
yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013. Materi
pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
terdiri atas dua jenis keterampilan yaitu keterampilan berbahasa dan
keterampilan bersastra. Seperti yang dikemukakan Tarigan (2008: 1) bahwa
keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yaitu, keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap
keterampilan tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.
Sesuai dengan KTSP, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia yang baik dan benar, secara lisan maupun tertulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra bangsa Indonesia. Menulis
merupakan salah satu dari aspek berbahasa yang dapat mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran bahasa Indonesia.
Suriamiharja, dkk (1996: 2) menyebutkan bahwa keterampilan
menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang
dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai
kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Keterampilan
menulis merupakan kegiatan yang penting, karena dengan menulis seseorang mampu
mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan, ide, pendapat maupun perasaan yang
dimiliki. Untuk mendapatkan keterampilan menulis, penulis tidak cukup hanya
dengan mempelajari pengetahuan tentang teori menulis saja. Keterampilan menulis
tidak dilakukan oleh seseorang secara instan tanpa adanya latihan, melainkan
harus dimulai dengan banyak belajar dan berlatih. Kegiatan belajar dan berlatih
inilah yang nantinya akan meningkatkan kemampuan dalam keterampilan menulis.
Menurut Soenardji (1998: 103) pembelajaran menulis diberikan
dalam pembelajaran formal dengan tujuan agar peserta didik dapat berbuat,
berpikir, dan merasakan tentang dirinya, tentang orang lain, tentang lembaga
sosial tempat mereka bermasyarakat. Selain itu, pembelajaran menulis diberikan
dengan maksud agar peserta didik dapat memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Salah satu
bentuk menggunakan bahasa Indonesia yang tepat dan kreatif dapat diwujudkan
melalui kegiatan menulis teks berita.
Dalam menulis teks
berita peserta didik belum mampu menggunakan kalimat efektif, menyebutkan
secara lengkap unsur ADIKSIMBA (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan
bagaimana) yang harus terdapat dalam sebuah berita, serta penggunaan ejaan dan
tanda baca yang kurang tepat. Pembelajaran menulis teks berita memiliki tiga
indikator yang harus dicapai. Indikator tersebut antara lain adalah (1) peserta
didik mampu menulis teks berita menggunakan kalimat efektif, (2) peserta didik
mampu menulis teks berita dengan unsur ADIKSIMBA (apa, di mana, kapan, siapa,
mengapa, dan bagaimana) secara lengkap, dan (3) peserta didik mampu menulis
teks berita dengan ejaan dan tanda baca secara tepat.
Indikator yang pertama, peserta didik mampu menulis teks
berita menggunakan kalimat efektif dalam berita. Hal ini sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dicapai, yaitu menulis teks berita secara singkat,
padat, dan jelas. Namun, pada kenyataannya siswa belum mampu menulis teks
berita dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari teks berita yang dihasilkan, di
antaranya masih terdapat kata yang berlebihan penggunaannya, contoh, pada
penggunaan kata hubung, sehingga menjadikan kalimat berita tidak efektif.
Selain itu, peserta didik juga belum mampu memilih kata yang sesuai, sehingga
kalimat yang dihasilkan ambigu dan bertele-tele.
Indikator yang kedua yakni peserta didik mampu menulis teks
berita dengan unsur ADIKSIMBA (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan
bagaimana) secara lengkap Keenam unsur ini harus dicantumkan agar teks berita
peserta didik memenuhi kriteria berita yang baik. Namun, pada kenyataannya
peserta didik juga belum mampu menyebutkan semua unsur tersebut, dan hanya
memenuhi 3-4 unsur saja. Unsur yang sudah tercantum yakni unsur apa, di mana,
kapan, siapa, sedangkan unsur mengapa dan bagaimana masih jarang dicantumkan.
Indikator yang ketiga yakni peserta didik mampu menulis teks
berita dengan ejaan dan tanda baca yang tepat. Pada indikator ketiga juga
kurang bisa dicapai, hal ini bisa dilihat dari hasil teks berita peserta didik
yang masih belum tepat dalam menggunakan kata baku, kesalahan tanda baca,
penggunaan huruf kapital, serta terdapat singkatan-singkatan yang tidak tepat.
Untuk itu, perlu adanya latihan yang intensif agar siswa terbiasa menggunakan
bahasa yang baik dan benar sesuai dengan tata bahasa baku dan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode
ceramah dengan menjelaskan materi tentang berita. Hal ini yang membuat peserta
didik kurang aktif dan cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Selain itu, pembelajaran menggunakan metode ceramah juga tidak memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk dapat menulis berita secara singkat, padat,
dan jelas. Padahal sebagai seorang pendidik, guru seharusnya mampu memberikan
motivasi belajar. Guru bisa menciptakan sebuah teknik pembelajaran yang bisa
membuat peserta didik belajar aktif dan mampu membangun pengetahuan secara
mandiri. Guru dapat memberikan pertayaan-pertanyaan kritis yang bisa merangsang
berkembangnya pola pikir peserta didik.
Untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita, guru
harus melakukan pembelajaran yang inovatif dan menarik. Pembelajaran yang
inovatif dan menarik bisa dilakukan misalnya dengan penerapan motode
pembelajaran. Field trip dapat diartikan sebagai kunjungan atau karya
wisata. Metode field trip adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan
di luar kelas dengan mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari sesuatu. Metode
field trip membantu siswa mendapatkan gambaran konkrit tentang objek
(hal) yang sedang dipelajari.
Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti akan melakukan
penelitian untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran
menulis teks berita dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita
Menggunakan Metode Field Trip Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP 22
Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016”.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas. Peneliti
menemukan fakta bahwa keterampilan menulis teks berita peserta didik kelas
VIII SMP Negeri 22 Purworejo masih
rendah, nilai yang dicapai kurang memuaskan. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa dan sastra Indonesia kelas VIII SMP
Negeri 22 Purworejo. Kemudian peneliti mengklasifikasikan faktor yang
mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran, yaitu faktor
peserta didik, faktor guru, serta faktor lingkungan sekolah.
Faktor dari peserta didik, yakni kurangnya minat dalam
belajar bahasa Indonesia, karena mereka menganggap bahwa pembelajaran bahasa
Indonesia tidak menarik dan membosankan. Peserta didik beranggapan bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang sehari-hari mereka gunakan dan bosan bila harus
mempelajarinya lagi di sekolah. Dengan demikian, guru harus benar-benar bisa
menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan agar tumbuh minat
dari peserta didik untuk mengikuti pembelajaran menulis teks berita.
Faktor lain yang berasal dari peserta didik yakni peserta
didik menganggap pembelajaran menulis berita itu sulit. Peserta didik masih
kebingungan dalam menulis berita secara singkat, padat, dan jelas. Hambatan
mereka ada pada penggunaan kalimat efektif. Peserta didik belum mampu
menggunakan kalimat secara efektif. Hal ini bisa dilihat dari hasil tulisan
mereka yang terlalu bertele-tele. Selain itu, pemahaman tentang ejaan dan tanda
baca peserta didik juga masih menjadi faktor penghambat. Peserta didik masih
belum bisa menggunakan ejaan dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). Hal ini dikarenakan guru kurang dalam membelajarkan
materi tentang ejaan dan tanda baca.
Selain faktor-faktor di atas masih ada faktor lain, yaitu
adanya anggapan dari peserta didik bahwa hasil tulisan berita mereka tidak akan
bermanfaat, karena tidak akan dimuat di surat kabar dan dibaca oleh banyak
orang. Hal ini juga turut menyebabkan kurangnya minat belajar peserta didik.
Oleh karena itu, guru harus bisa memberikan motivasi belajar terhadap peserta
didik agar tumbuh semangat dan minat untuk mengikuti pembelajaran menulis teks
berita.
Faktor yang berasal dari guru, misalnya penerapan model
pembelajaran yang kurang tepat. Guru sering menerapkan pembelajaran
konvensional dengan ceramah yang kemudian menyebabkan peserta didik pasif dalam
mengikuti pembelajaran. Guru juga masih berperan sebagai sumber utama dalam
pembelajaran. Hal ini menyebabkan pengetahuan peserta didik kurang bisa
berkembang. Seharusnya guru bisa menerapkan model pembelajaran yang bisa
membantu peserta didik aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri, serta bisa
berpikir kreatif. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran field
trip. Dalam metode field trip peserta
didik akan lebih mudah mengembangkan pengetahuan luas dan kreatif untuk
menuliskan kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat yang berupa berita.
Faktor
yang berasal dari fasilitas sekolah, kurangnya tempat yang disediakan oleh
sekolah berkaitan dengan kegiatan menulis berita. Sekolah tidak menyediakan
wadah yang bisa menunjang keterampilan menulis teks berita. Hal tersebut
menyebabkan peserta didik tidak tertarik untuk menulis berita. Untuk mengatasi
hal ini pihak guru dapat
menggunakan metode field trip ini
agar memotivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran menulis berita.
Metode field trip ini juga akan
membuat peserta didik dapat menulis berita secara objektif karena sesuai dengan
lingkungan yang dikunjunginya.
C.
Batasan
masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi
masalah yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu pada upaya peningkatan
keterampilan menulis teks berita menggunakan motode field trip.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat diambil
permasalahan tentang upaya meningkatkan keterampilan menulis teks berita
menggunakan metode field trip. Adapun masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
proses pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip pada kelas VIII SMP Negeri 22
Purworejo?
2. Bagaimanakah
peningkatan keterampilan menulis teks berita peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 22 Purworejo setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode field trip?
3. Bagaimanakah
perubahan perilaku peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo dalam
mengikuti pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip?
E.
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsi
proses pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip pada
peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo.
2. Mendeskripsi
peningkatan keterampilan menulis teks berita menggunakan metode field trip pada
peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo.
3. Mendeskripsi
perubahan perilaku peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo dalam
mengikuti pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip.
F.
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara
teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan alternatif
penggunaan model serta media dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kualitas pendidikan dan pembelajaran menulis teks berita. Selain itu,
penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan mata pelajaran
bahasa Indonesia terutama pembelajaran menulis teks berita.
2.
Manfaat Praktis
Bagi peserta didik, penelitian ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan ketertarikan dan tumbuhnya motivasi terhadap pembelajaran sehingga
peserta didik dapat meningkatkan kemampuan dalam menulis teks berita.
Bagi guru, penelitian ini bisa digunakan sebagai alternatif
dalam menciptakan suatu proses pembelajaran menulis, yaitu menggunakan metode field
trip.
Bagi penyelenggara pendidikan, penelitian ini diharapkan bisa
dimanfaatkan sebagai acuan agar pembelajaran menulis berita lebih menarik.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkaan kualitas
pembelajaran menulis teks berita di berbagai sekolah.
G.
Sistematika
Skripsi
Sistematika penulisan skripsi terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagain awal
berisi tentang judul skripsi, pengesahan penguji, moto dan persembahan,
prakata, abstrak, dan daftar isi.
Bagian
isi terbagi menjadi lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan
skripsi.
Bab
II berisi tinjauan pustaka, kajian teori, dan kerangka berpikir. Tinjauan
pustaka berisi kajian secara kritis terhadap penelitian
terdahulu yang membahas yang membahas
pembelajaran menulis teks berita. Kajian teori berisi teori-teori yakni keterampilan menulis, manfaat menulis, konsep menulis
berita, aspek-aspek yang dinilai dalam menulis berita, metode field trip, dan langkah-langkah
penerapan metode field trip. Selanjutnya, kerangka
berpikir memuat tentang pola pemikiran
yang diuraikan dalam penulisan ini.
Bab
III berisi metode penelitian. Metode penelitian ini memuat waktu penelitian,
objek penelitian, fokus penelitian, data, sumber data, metode dan teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, teknik penyajian
hasil analisis, dan uji validitas.
Bab
IV berisi penyajian data dan pembahasan data. Penyajian data berisi data-data
yang ditemukan untuk menjawab masalah penelitian. Selanjutnya, subbab
pembahasan data berisi analisis dan deskripsi data-data yang ditemukan pada saat prasiklus, siklus I dan siklus II
serta pembahasan peningkatan
pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip.
Bab
V merupakan bab penutup yang berisi simpulan dan saran mengenai hasil
penelitian. Simpulan merupakan ringkasan hasil analisis data yang menjadi
jawaban dari permasalahan yang diteliti. Saran adalah rekomendasi yang
disampaikan kepada pembaca mengenai simpulan dari penelitian ini. Pada bagian
akhir skripsi, disertakan daftar pustaka, lampiran-lampiran yang mendukung
penelitian ini.
H. Tinjauan
Pustaka dan Kajian Teoretis
Bab ini berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis.
Tinjauan pustaka menguraikan relevansi antara penelitian ini dengan penelitian
terdahulu, sedangkan kajian teoretis menguraikan teori-teori yang menjadi acuan
dalam penelitian ini.
1.
Tinjauan
Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian kritis terhadap
kajian-kajian terdahulu hingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian
terdahulu dan kajian yang akan dilakukan. Penelitian tentang menulis
menggunakan metode field trip telah
dilakukan oleh Ningsih dan Rokhayati.
Ningsih (2013) melakukan penelitian yang berjudul
“Peningkatan Menulis Puisi Menggunakan Metode Field Trip pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Purworejo Tahun
Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian yang diperoleh dari lembar observasi
diketahui bahwa aktivitas, keaktifan dan fokus siswa dalam mengikuti
pembelajaran dalam prasiklus cukup, sedangkan pada siklus I baik dan pada
siklus II baik sekali. Pembelajaran menulis puisi menggunakan metode field trip dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis puisi. Kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis dapat
dilihat dari hasil rerata tes prasiklus sebesar 54,79 (kurang), pada siklus I
sebesar 70,47 (cukup), pada siklus II sebesar 78,96 (baik). Peningkatan
pembelajaran siswa dari prasiklus ke siklus I sebesar 15,68 dan peningkatan
dari siklus I ke siklus II sebesar 8, 49.
Adapun perbadingan penelitian di atas dengan
penelitian yang akan diteliti memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan
penelitian yang dilakukan Ningsih (2013) adalah sama-sama menggunakan metode field trip dan sama-sama di kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo.
Perbedaannya adalah penelitian di atas tentang menulis puisi sedang penelitian
yang akan dilakukan peneliti tentang menulis teks berita. Penelitian yang
dilakukan Ningsih (2013) sudah baik, tapi seharusnya pada penelitian tindakan
kelas disertai deskripsi perubahan perilaku siswa setelah menerima pembelajaran
dengan metode field trip seperti yang
akan peneliti lakukan.
Rokhayati (2011) melakukan penelitian yang berjudul
“Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan Metode Field Trip pada Siswa Kelas X MAN
Purworejo Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian tersebut adalah peningkatan
hasil belajar siswa pada siklus I dan sikus II. Pada prasiklus, rerata skor
yang diperoleh 76,15% pada sikus I rerata skor yang diperoleh 82,56 dan pada
siklus II rerata skor yang diperoleh 90,51%.
Adapun perbandingan penelitian di atas dengan
penelitian yang akan diteliti memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan
penelitian yang dilakukan Rokhayati (2011) adalah sama-sama menggunakan metode field trip. Perbedaannya dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian tersebut tentang
menulis teks deskripsi dan dilakukan di kelas MAN Purworejo, sedangkan
penelitian yang akan penulis lakukan tentang menulis teks berita dan dilakukan
pada kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo. Penelitian yang dilakukan Rokhayati
(2011) sudah baik, tapi seharusnya pada penelitian tindakan kelas disertai
deskripsi perubahan perilaku siswa setelah menerima pembelajaran dengan metode field trip seperti yang akan peneliti
lakukan.
2.
Kajian
Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa bahan
kajian. Bahan kajian yang akan digunakan sebagai landasan teoretis dalam
penelitian ini adalah teori tentang berita dan metode pembelajaran field trip.
Landasan teoretis yang digunakan pada penelitian ini adalah
(1) keterampilan menulis, (2) manfaat menulis, (3) teori konsep berita, (4)
aspek-aspek yang dinilai dalam menulis teks berita, (5) metode field trip (6) langkah-langkah penerapan
metode field trip.
a.
Keterampilan Menulis
Menulis tidak dapat dipisahkan dalam seluruh rangkaian
pembelajaran bahasa yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Dengan menulis, manusia dapat mengungkapkan ide, gagasan, pendapat ke dalam
bentuk tulisan. Dalam hubungannya dengan kemampuan berbahasa, kegiatan menulis
dapat mempertajam kepekaan terhadap kesalahan-kesalahan baik ejaan, struktur
maupun pemilihan kosakata.
Suriamiharja, dkk (1997:1) mengemukakan bahwa menulis adalah
kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis
bahasa itu sendiri maupun orang lain yang memiliki kesamaan pengertian terhadap
simbol bahasa tersebut. Dalam hal ini, penulis dan pembaca haruslah memiliki
pemahaman pengertian terhadap suatu simbol bahasa. Dengan kata lain, jika
penulis dan pembaca tidak memiliki pengertian yang sama terhadap suatu simbol
bahasa, maka maksud yang dikehendaki penulis tidak akan tersampaikan.
Owens (dalam Soenardji dan Bambang, 1998: 102) juga menambahkan
bahwa menulis adalah menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan
benar menurut tata bahasa, dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun menurut
penalaran yang tepat. Selanjutnya, Tahhar (2001: 55) berpendapat bahwa menulis
merupakan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dengan bermediakan
bahasa tulis kepada khalayak pembaca untuk dipahami sebagaimana yang
dimaksudkan pengarang. Hal ini senada dengan yang dikatakan Tarigan (1993: 4)
bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan orang
lain.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis
termasuk salah satu media untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis
adalah kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan bermediakan bahasa tulis dengan
tujuan agar pembaca dapat memahami maksud yang dikehendaki oleh penulis. Untuk
dapat memahami maksud yang dikehendaki, penulis dan pembaca haruslah memiliki
persamaan pemahaman terhadap suatu simbol bahasa.
b.
Manfaat Menulis
Menulis merupakan sebuah kegiatan yang memiliki banyak
manfaat. Selain digunakan untuk meyampaikan gagasan, ide, maupun pendapat,
menulis memiliki sederet manfaat lain yang berguna bagi kehidupan. Dari
berbagai macam manfaat yang diperoleh dari kegiatan menulis, Bernard Percy
(dalam Gie, 2002: 21-22) menyebutkan bahwa manfaat menulis antara lain sebagai
berikut:
1. Suatu
sarana untuk pengungkapan diri (a tool for self-expression).
2. Suatu
sarana untuk pemahaman (a tool for understanding).
3. Suatu
sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan
harga diri (a tool to help developing personal satisfaction, pride, and a
feeling of self-worth).
4. Suatu
sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan
sekeliling seseorang (a tool for increasing awareness and perception of
one’s environment).
5. Suatu
sarana untuk keterlibatan secara bersemangat, bukan penerimaan yang pasrah (a
tool for active involment, not passive acceptance).
6. Suatu
sarana untuk menggembangkan suatu pemahaman tentang kemampuan menggunakan
bahasa (a tool for developing an understanding of and ability to use the
language).
Selanjutnya, Komaidi (2007:12) menambahkan ada beberapa
manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan menulis, antara lain: (1) menimbulkan
rasa ingin tahu, (2) mendorong kita untuk membaca, (3) terlatih untuk melatih
menyusun pemikiran yang runtut, (4) mengurangi tingkat ketegangan dan stress,
(5) mendapatkan kepuasan batin. Selain berbagai manfaat di atas, menulis juga
dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk memahami dan menemukan arti hidup
(Thobroni 2008:14).
Jadi, dari berbagai penjelasan tentang manfaat menulis di
atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan sebuah kegiatan yang memiliki
banyak kegunaan. Selain bisa digunakan sebagai salah satu media untuk
berkomunikasi. Menulis bisa menjadi sarana pengungkapan ide dan gagasan
seseorang. Disamping itu, menulis juga bisa digunakan sebagai alat untuk
mengembangkan pola pikir, memberikan kepuasan pribadi, serta mengurangi tingkat
stress.
c.
Hakikat Berita
Konsep berita yang akan dikaji antara lain adalah (1)
pengertian berita, (2) unsur-unsur berita, (3) persyaratan berita, (4) bahasa
berita, (5) jenis-jenis berita, (6) teknik penulisan berita, (7) hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menulis teks berita, dan (8) kalimat efektif.
1)
Pengertian Berita
Berita merupakan tulisan berisi fakta tentang kejadian yang
bertujuan menyampaikan suatu informasi kepada khalayak. Berita berisi fakta,
namun tidak semua fakta adalah sebuah berita. Berita biasanya menyangkut
hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Semi (1995:9)
menyebutkan bahwa berita adalah fakta yang disampaikan kepada orang lain.
Namun, tidak semua fakta masuk ke dalam jenis berita, karena berita adalah
laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau
penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat
kabar, radio, televisi, maupun media online internet (Sumandiria
2005:65). Sehingga dapat dikatakan bahwa fakta yang tidak memenuhi kelayakan
tersebut tidak termasuk ke dalam jenis berita.
Selanjutnya, Djuraid (2006:11) juga berpendapat bahwa berita
adalah sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa
atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh
wartawan di media massa. Peristiwa atau keadaan yang disampaikan tersebut
merupakan fakta atau benar-benar terjadi. Dengan kata lain, berita sama sekali
tidak boleh mengandung unsur rekaan atau fiksi dari penulis.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa berita adalah
informasi mengenai sebuah peristiwa terbaru yang disampaikan kembali kepada
orang lain melalui media lisan maupun tulisan. Informasi peristiwa atau keadaan
tersebut bersifat umum dan berpengaruh terhadap masyarakat. Sebuah fakta atau
peristiwa yang hendak diberitakan juga harus memenuhi syarat-syarat kelayakan
yang telah ditentukan untuk sebuah berita layak terbit.
2)
Unsur-Unsur Berita
Sebuah fakta layak disebut sebuah berita apabila memenuhi
unsur-unsur tertentu. Para pakar jurnalistik telah menyepakati unsur-unsur
tersebut adalah 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, dan How).
Unsur-unsur berita tersebut akan saling mendukung membuat sebuah berita yang
mengandung informasi lengkap. Hal tersebut akan lebih memuaskan pembaca, karena
pembaca mendapatkan sebuah informasi secara jelas dan tidak samar.
Romli (2000: 6), Djuraid (2006: 85-86) menjelaskan bahwa unsur-unsur
berita terdiri dari 5W+1H, 5W+1H sebagai berikut:
a)
What: apa yang terjadi?
b)
Where: di mana hal itu terjadi?
c)
When: kapan peristiwa itu terjadi?
d)
Who: siapa yang terlibat dalam kejadian
itu?
e)
Why: kenapa hal itu terjadi?
f)
How: bagaimana peritiwa itu terjadi?
Dari berbagai pendapat di atas, diperoleh simpulan bahwa
sebuah fakta atau informasi layak untuk diberitakan apabila memenuhi unsur
berita, unsur tersebut adalah 5W+1H, what, where, when, who, why, dan how,
yang apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah: apa, di mana,
kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan selanjutnya agar lebih mudah diingat
bisa disebut dengan akronim ADIKSIMBA. Unsur-unsur berita tersebut akan
mempermudah penulis dalam menyusun sebuah berita, selain itu pembaca juga akan
lebih mudah dalam menikmati berita yang disajikan.
3) Syarat
Berita
Pendapat senada juga disampaikan Djuraid (2006:15-16) bahwa
sebuah informasi tentang suatu peristiwa haruslah memperhatikan syarat-syarat
tertentu apakah fakta tersebut layak untuk diberitakan atau tidak.
Syarat-syarat tersebut adalah (1) aktual, (2) kedekatatan, (3) penting, (4)
luar biasa, (5) tokoh, (6) ekslusif. (7) ketegangan, (8) konflik, (9) human
interest, (10) seks, (11) progresif, (12) trend, dan (13) humor.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
menulis sebuah haruslah memperhatikan syarat-syarat tertentu, antara lain
adalah berita haruslah bersifat penting, besar, aktual, dekat, terkenal,
manusiawi, luar biasa, dan berpengaruh terhadap kepentingan serta kebutuhan
orang banyak. Syarat-syarat berita tersebut merupakan pedoman apakah fakta yang
hendak disampaikan layak diberitakan atau tidak. Syarat-syarat berita ini
sangatlah penting diketahui ketika seseorang hendak menulis sebuah berita.
4)
Bahasa Berita
Bahasa yang digunakan dalam berita berbeda dengan bahasa yang
digunakan sehari-hari. Bahasa berita biasa disebut dengan istilah bahasa
jurnalistik. Faqih (2003: 9-10) agar pesan yang hendak disampaikan penulis
tersampaikan kepada pembaca dengan jelas diperlukan kecermatan, tatanan kalimat
yang logis. Diksi, dan pembentukan kalimat yang tepat. untuk itu, agar dapat
lebih efektif dalam penggunaan berita harus memperhatikan beberapa hal,
diantaranya:
a) Penggunaan
bahasa dengan baik dan benar
b) Penguasaan
materi yang disampaikan
c) Teknik
penyajian
Selanjutnya Sumandiria (2005: 53-59) juga berpendapat bahwa
ciri utama bahasa jurnalistik di antaranya: (1) sederhana, (2) singkat, (3)
padat, lugas, (4) jernih, (5) menarik, (6) demokratis, (7) mengutamakan kalimat
aktif, (8) sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah teknis, dan
(9) tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku.
5)
Jenis-Jenis Berita
Berita merupakan pengungkapan fakta. Pengungkapan fakta bisa
beragam jenis. Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik menurut
Romli (2000: 8), antara lain:
a) Straight
news: merupakan berita yang ditulis langsung, apa adanya, ditulis secara
singkat dan lugas. Sebagian besar sehalaman surat kabar berisi berita jenis
ini.
b) Depth
news: merupakan berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal
yang ada di bawah suatu permukaan.
c) Investigations
news: merupakan berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau
penyelidikan dari berbagai sumber.
d) Interpretative
news: merupakan berita yang yang dikembangkan dengan pendapat atau penulisnya/
reporter.
e) Opinion
news: merupakan berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para
cendekiawan, tokoh, ahli, atau pejabat mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi
politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya.
Faqih (2003: 42-43) menambahkan bahwa jenis berita yang lazim
dipakai dalam pengungkapan fakta di media massa terbagi menjadi tiga:
a) Straight
news atau berita langsung, dalam perkembangan kemudian sering hanya disebut
berita. Staright news dibuat untuk menyampaikan fakta yang baru dan
harus segera diketahui masyarakat. Hal yang paling penting dalam staright
news adalah aktualitas, karena persaingan media, fakta harus secepat mungkin
dipublikasikan, jika terlambat sudah tidak aktual lagi (karena mungkin telah
dimuat media lain).
b) Soft
news atau berita ringan, jenis ini tidak mengutamakan aktualitas, tapi
menekankan aspek manusiawi (human interest) dalam suatu peristiwa.
Contohnya, ada seorang bayi yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat,
sedangkan penumpang lain tewas. Peristiwa tersebut bisa ditulis dalam bentuk soft
news. Berita tentang selamatnya bayi tersebut bisa ditulis beberapa hari
setelah peritiwa itu terjadi. Hal yang perlu diperhatikan, dalam soft news penulis
tidak perlu mengungkapkan secara detail, cukup hanya permukaan saja.
c) Feature,
berita kisah, khas. Merupakan jenis tulisan mengenai suatu fakta yang dapat
menambah pengetahuan pembaca dan atau menyentuh perasaan pembaca. Jenis berita
ini tidak terpengaruh pada unsur aktualitas, yang diutamakan adalah detail suatu
fakta. Unsur terpenting dalam penulisan feature adalah sisi manusiawi. Feature
tidak melulu mengenai orang, tapi bisa juga mengenai peristiwa, atau
tempat. Bahasa yang dipergunakan dikemas agar segar, ringan, dan menarik.
Feature juga sering disebut berita kisah, karena gaya penulisannya yang naratif
seperti orang bercerita.
6)
Teknik Penulisan Berita
Berita merupakan fakta objektif. Sebagai fakta yang objektif
berita harus bebas dari pendapat pribadi manapun termasuk dari jurnalis maupun
editor. Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya dan tidak
dibuat-buat kebenarannya. Faqih (2003: 45) berpendapat bahwa berita memiliki
keterbatasan ruang, maka dari itu harus disampaikan secara efektif. Bentuk yang
dipakai adalah piramida terbalik. Artinya meletakkan unsur terpenting dan utama
dari suatu fakta pada bagian atas atau lead, diikuti detail fakta pada
tubuh dan kesimpulan pada ekor atau penutup.
Menurut Sumandiria (2005: 117-118) karena fakta dalam bentuk
berbagai peritiwa yang terjadi begitu banyak, sedangkan waktu yang dimilki
jurnalis dan editor media massa sangat terbatas, maka harus dicari teknik untuk
melaporkan atau menuliskan kata-kata tersebut. Teknik itu dinamakan dengan
piramida terbalik. Dengan piramida terbalik, berarti pesan berita disusun
secara deduktif. kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf utama,
baru kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada
paragraf-paragraf berikutnya. Alasan penggunaan piramida terbalik dalam menulis
berita dikarena berbagai alasan sebagai berikut:
a) Memudahkan
khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat sibuk untuk segera
menemukan berita yang dianggapnya menarik atau penting yang sedang dicari atau
ingin diketahuinya.
b) Memudahkan
reporter dan editor memotong bagian-bagian berita yang dianggap kurang atau
tidak penting ketika dihadapkan pada kendala teknis, misalnya berita terlalu
panjang sementara kapling atau ruangan yang tersedia sangat terbatas.
c) Memudahkan
para jurnalis dalam menyusun pesan berita melalui rumus baku yang sudah sangat
dikuasainya sekaligus untuk menghindari kemungkinan adanya fakta atau informasi
penting yang terlewat tidak dilaporkan.
7)
Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menyusun
Berita
Berita merupakan suatu hal harus dibuat menarik. Isi berita
tidak boleh menyimpang dari kebenaran nilai berita. Dalam menyusun sebuah
berita tidak serta merta membuat tulisan tentang fakta suatu kejadian,
melainkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Djuharie dan Suherli (2005:
35) juga menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis
berita, antara lain adalah:
a) Tulisan
berita harus bisa menyentuh kebutuhan manusia akan informasi.
b) Berita
yang ditulis harus aktual sehingga tidak menjadi berita yang basi.
c) Penulisan
berita untuk surat kabar harus cepat dan singkat tetapi kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan.
d) Tulisan
berita harus bisa menjawab pertanyaan apa, kapan, siapa, bagaimana, dimana,
mengapa.
e) Tulisan
berita yang berkelanjutan tentang suatu hal, pada bagian akhir berita harus diungkapkan
lagi tentang latar belakang peristiwanya.
Selanjutnya Hasnun (2006: 122) menyebutkan bahwa banyak
masalah yang perlu diperhatikan dalam menyusun berita, antara lain sebagai
berikut.
a) Penulis
berita perlu memahami atau menguasai peristiwa yang ditulis.
b) Penulis
berita perlu meyakini masalah yang ditulis.
c) Masalah
yang menjadi materi berita perlu ditonjolkan secara baik.
d) Berita
yang ditulis menggunakan bahasa yang baik dan benar, santun, serta berdasarkan
fakta.
e) Penulis
harus menyampaikan berita secara jujur, tepat, dan cepat.
8)
Kalimat Efektif
Berita merupakan suatu informasi yang harus disampaikan
dengan tepat. Suatu informasi akan tersampaikan dengan baik kepada pembaca atau
pendengar jika penyampainya menggunakan kalimat yang efektif. Maka dari itu,
penggunaan kalimat efektif sangatlah penting dalam penulisan teks berita.
Kalimat efektif menurut Akhadiah, dkk (1988: 116) adalah kalimat yang benar dan
jelas serta akan dengan mudah dipahami oleh orang lain secara tepat. Adapun
ciri-ciri kalimat efektif, yaitu (1) kesepadanan dan kesatuan berarti kalimat
harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat, atau bisa ditambah objek,
keterangan, dan unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap
sehingga melahirkan melahirkan keterpaduan arti, (2) kesejajaran bentuk berarti
terdapat kesamaan penggunaan bentuk bahasa yang digunakan dalam kalimat, (3)
penekanan berarti pemberian penekanan pada gagasan atau ide pokok, (4)
kehematan berarti kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang
dianggap tidak diperlukan, dan (5) kevariasian berarti sebuah kalimat merupakan
satu komposisi yang dapat memikat dan mengikat pembacanya (Akadiah, dkk 1988: 117-127).
Pendapat lain tentang kalimat efektif juga dikemukakan oleh
Keraf (1997: 36) yaitu kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau
perasaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya dalam pikiran pembaca atau pendengar seperti yang dipikirkan oleh
penulis atau pembicara.
Jadi berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang bisa dengan baik menyampaikan maksud
yang hendak disampaikan oleh penulis atau pembicara kepada pembaca atau
pendengar. Adapun ciri-ciri yang harus dipenuhi antara lain terdapat kesepadanan,
kesejajaran bentuk, penekanan, kehematan, dan kevariasian.
d.
Aspek-aspek yang Dinilai dalam Menulis Berita
Menurut Nurgiyantoro (1987: 5) penilaian merupakan suatu
proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Penilaian dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada
setiap kompetensi dasar yang disampaikan oleh guru, memiliki beberapa aspek
atau kriteria yang dijadikan indikator dalam penilaian.
Dalam pembelajaran menulis teks berita ada beberapa aspek
yang digunakan dalam penilaian, di antaranya adalah (1) aspek kesesuaian judul,
(2) aspek kelengkapan unsur (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan
bagaimana), (3) keruntutan, (4) kalimat efektif, (5) pilihan kata/ diksi, (6)
ketepatan ejaan dan tanda baca, dan (7) tampilan tulisan. Penilaian dilakukan
secara terpadu pada penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses
meliputi perilaku peserta didik selama mengikuti pmbelajaran, sedangkan
penilaian hasil diperoleh dari produk yang dihasilkan oleh peserta didik.
e.
Metode Field trip
Metode field trip adalah cara mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu, seperti meninjau pabrik sepatu, bengkel mobil,
toserba, dan sebagainya (Asmani 2010: 150). Field trip bukan sekedar rekreasi
semata, akan tetapi belajar atau memperdalam suatu pelajaran dengan melihat
kenyataannya (Roestiyah 2001 dalam Asmani 2010: 150). Metode field trip dilaksanakan
dengan mengajak siswa belajar di luar kelas dengan panduan guru melalui
petunjuk dan tugas pelaksanaan kegiatan secara tertulis. Adanya petunjuk dan
tugas yang jelas dari guru bertujuan agar kegiatan yang dilakukan di luar kelas
dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan rencana pembelajaran.
Pada pelaksanaannya, metode field trip dapat digunakan
untuk mengenalkan konsep baru yang belum diketahui siswa dan memperkuat
gambaran yang diberikan di dalam kelas. Lebih dari itu, field trip menekankan
pada pengalaman belajar di luar kelas yang menawarkan pengalaman unik bagi
siswa untuk menghubungkan materi pelajaran dengan dunia di sekitar. Field
trip menuntut guru untuk menyajikan sebuah desain pembelajaran yang mampu membangkitkan
motivasi dan semangat belajar siswa dalam sajian yang menyenangkan. Oleh karena
itu, kreativitas guru sangat diperlukan dalam merencanakan kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan metode field trip.
Berdasarkan pengertian dan pernyataan di atas, dapat disimpulkan
bahwa metode field trip adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan di
luar kelas dengan mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari sesuatu. Metode field
trip membantu siswa mendapatkan gambaran konkrit tentang objek (hal) yang
sedang dipelajari. Pada penelitian ini peneliti menerapkan metode field trip
dalam pembelajaran menulis teks berita pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
f.
Langkah-langkah
Penerapan Metode Field Trip
Untuk mewujudkan pembelajaran dengan menerapkan metode field
trip ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru. Menurut Sanders
(2008: 2-13), ada lima langkah untuk mewujudkan field trip yang
menakjubkan (the best field trip ever). Kelima langkah menurut Sanders
tersebut antara lain: (1) determine goals and objectives (menentukan
tujuan dan sasaran utama), (2) explore all options (menjelajah semua pilihan),
(3) create your itinenary (membuat rencana perjalanan), (4) check
your checklist (memeriksa daftar cek), (5) follow-up in the classroom (tindak
lanjut).
Langkah pertama dalam menerapkan metode field trip menurut
Sanders yaitu determine goals and objectives (menentukan tujuan dan
sasaran utama). Menentukan tujuan dan sasaran maksudnya yaitu guru perlu
menentukan tujuan yang diharapkan dari field trip dan lokasi yang akan
dituju. Guru setelah menentukan tujuan dan lokasi field trip dapat
menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat pelaksanaan (explore
all options). Guru setelah menentukan tujuan dan kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan selanjutnya perlu membuat rencana perjalanan field trip (create
you itenenary).
Rencana perjalanan berguna sebagai pemandu urutan dan waktu kegiatan
yang harus dilaksanakan. Rencana perjalanan berisi rincian waktu kegiatan,
tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, dan peraturan yang harus dipatuhi
siswa. Setelah membuat rencana perjalanan, selanjutnya guru mempersiapkan siswa
untuk melaksanakan field trip dengan membagi siswa dalam kelompok.
Tujuan dibentuknya kelompok siswa yaitu supaya siswa belajar berinteraksi
dengan temannya untuk berdiskusi. Setelah persiapan selesai, guru dan siswa
selanjutnya melaksanakan field trip dengan mengunjungi lokasi yang sudah
ditentukan. Pada saat pelaksanaan guru perlu mengawasi aktivitas-aktivitas
siswa (check your checklist). Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa
siswa melaksanakan field trip sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Setelah kegiatan di lokasi field trip telah berakhir, guru selanjutnya
mengajak siswa kembali ke kelas untuk memberikan tindak lanjut (Follow-up in
the classroom). Tindak lanjut dapat meliputi: pengoreksian tugas yang telah
dikerjakan siswa, pembahasan hasil diskusi siswa, ataupun pemberian tugas lain
yang berhubungan dengan pelaksanaan field trip.
Guru setelah mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan juga dituntut
untuk memperhatikan beberapa hal saat menerapkan metode field trip dalam
pembelajaran. Mulyasa (2005) dalam Asmani (2010: 151) menyatakan ada tujuh hal
yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode field trip. Tujuh hal tersebut
antara lain: (1) menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar,
(2) mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (3)
menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai pedagogis, (4) menghubungkan
sumber belajar dalam field trip dengan kurikulum, (5) membuat dan
mengembangkan program field trip secara logis dan sistematis, (6)
melaksanakan field trip sesuai dengan tujuan, materi, dan efek
pembelajaran, dalam iklim yang kondusif, (7) menganalisis tujuan, ketercapaian,
kesulitan-kesulitan, dan hal-hal yang perlu disusun sebelum dan sesudah pelaksanaan
field trip.
Berdasarkan pendapat mengenai langkah-langkah dan hal-hal yang
perlu diperhatikan di atas, peneliti menyusun tahapan pembelajaran dengan
menerapkan metode field trip pada materi menulis teks berita. Tahapan
terbut yaitu:
a) Tahap
Persiapan
Pada tahap persiapan, guru perlu melakukan beberapa hal antara
lain: menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, menghubungi pihak yang bertanggung
jawab pada lokasi yang akan menjadi tujuan field trip, menyusun rencana
pelaksanaan dan tata tertib, menyusun tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa,
mempersiapkan sarana, dan membagi siswa dalam kelompok.
b)
Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru melakukan beberapa hal antara lain: menyampaikan
tata tertib dan tugas siswa, memimpin rombongan dan mengatur kegiatan field
trip, memperingatkan siswa untuk memenuhi tata tertib yang sudah disepakati
bersama dan mengerjakan tugas-tugas kelompok, mengawasi aktivitas-aktivitas siswa,
dan memberi petunjuk bagi siswa yang memerlukan penjelasan.
c)
Tahap akhir
Pada tahap akhir, guru melakukan beberapa hal antara lain:
menyuruh siswa berdiskusi mengenai hasil kegiatan field trip,
menyelesaikan tugas kelompok, membahas hasil pekerjaan kelompok, dan
menindaklanjuti hasil kegiatan field trip dengan memberikan tugas secara
individu untuk menulis berita lokasi yang telah dikunjungi. Asmani (2010:
152-153), menyatakan ada beberapa kelebihan dan kekurangan menerapkan metode field
trip dalam pembelajaran.
Kelebihan penerapan metode field trip dalam pembelajaran
diantaranya yaitu: (1) siswa dapat memahami dan menghayati langsung keadaan di lokasi
field trip, (2) siswa dapat memperdalam dan memperluas pengalaman, (3)
siswa dapat menemukan sumber informasi pertama untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi, (4) siswa memperoleh pengetahuan integratif tentang objek yang
ditinjau, (5) membuat materi pembelajaran di sekolah lebih relevan dengan kenyataan,
dan (6) pembelajaran dapat lebih merangsang kreativitas siswa.
Sedangkan kekurangan metode field trip menurut Asmani
(2010: 154) diantaranya yaitu: (1) memerlukan persiapan yang melibatkan banyak
pihak, (2) memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang, (3) unsur rekreasi
sering menjadi prioritas sedangkan unsur studinya terabaikan, (4) memerlukan pengawasan
yang lebih ketat terhadap gerak-gerik siswa di lapangan, (5) biayanya cukup
mahal, dan (6) memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran dan keselamatan
siswa, terutama field trip jangka panjang dan jauh.
3. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Bahasa
Indonesia selama ini umumnya disampaikan dengan metode konvensional dalam
kelas. Tidak jarang kegiatan pembelajaran berlangsung secara monoton dan kurang
memotivasi, sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
terlihat dari kurangnya tingkat aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan ini, guru perlu menerapkan metode pembelajaran
yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa sesuai dengan karakteristik
perkembangannya.
Metode pembelajaran yang
dapat diterapkan guru salah satunya yaitu metode field trip, dengan mengajak siswa mengunjungi suatu tempat sebagai lokasi
sekaligus sumber belajar. Metode field trip cocok deterapkan dalam
pembelajaran di sekolah dasar sesuai dengan karakteristik siswa yang masih
senang bergerak dan bermain. Kunjungan yang dilakukan bukan semata mengajak
siswa bermain di luar kelas. Lebih dari itu, siswa diajak mengunjungi suatu
tempat untuk meninjau secara langsung lokasi yang dituju untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan. Dengan mengajak siswa belajar di tempat terbuka
dapat menimbulkan kesan yang menyenangkan sekaligus menghapus kejenuhan siswa
terhadap pembelajaran di kelas. Kegiatan yang menyenangkan dalam proses
pembelajaran dapat menjadi penambah semangat belajar siswa (Anitah dkk 2011:
7.27), sehingga diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih
baik.
Berdasarkan kerangka
berpikir tersebut, berikut disajikan bagan kerangka berpikir.

Bagan 1. Kerangka Berpikir
I.
Metode Penelitian
Dalam bab ini memaparkan tentang waktu penelitian, objek penelitian,
fokus penelitian, data, sumber data, metode dan teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis,
dan uji validitas.
1.
Waktu
penelitian
Penelitian penggunaan
metode field trip dalam menulis teks
berita ini dilakukan
di SMP Negeri 22 Purworejo kelas VIII dan dilaksanakan pada semester II.
Untuk rincian waktu dan jenis kegiatan dalam
penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel
1
Rincian
Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Waktu
Kegiatan
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A.
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
Penyusunan proposal
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Konsultasi proposal
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B.
Pelaksanaan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
Pengumpulan data (pembelajaranprasiklus, siklus I, dan
siklus II)
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
C.
Pengamatan perubahan perilaku siswa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
D.
Penyusunan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
|
2.
Objek
penelitian
Arikunto (2010: 161) mengemukakan bahwa variabel
adalah objek penelitian,
yaitu apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Objek dalam
penelitian ini adalah kemampuan
menulis teks berita peserta didik.
3.
Fokus
penelitian
Sugiyono (2012: 286) mengemukakan bahwa fokus
penelitian adalah pokok masalah (pusat) dari objek penelitian tersebut.
Penelitian ini difokuskan pada kemampuan
menulis teks berita peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo
menggunakan metode field trip.
4.
Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang
berupa fakta ataupun angka (Arikunto, 2010: 161). Data-data yang digunakan pada
penelitian ini yang berupa adalah tugas-tugas peserta didik menulis teks berita,
hasil observasi terhadap peserta didik, hasil wawancara dengan peserta didik,
dan foto-foto pelaksanaan penelitian. Data yang berupa angka adalah nilai
peserta didik pada prasiklus, siklus I, dan siklus II.
5.
Sumber
Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2010:172). Sumber
data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII dan guru mata
pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 22 Purworejo.
6.
Metode
dan Teknik Pengumpulan
Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi. Meode
observasi ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada prasiklus,
siklus I dan siklus II.
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan
penelitian ini diperinci sebagai
berikut:
a. Melakukan observasi proses pembelajaran peserta didik
kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo.
b. Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas VIII di SMP Negeri 22 Purworejo mengenai kendala-kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran teks berita.
c. Membuat rencana pembelajaran menulis teks berita
menggunakan metode field trip.
d. Melakukan proses pembelajaran menulis teks berita
prasiklus dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang belum menggunakan metode
field trip.
e. Melakukan proses pembelajaran menulis berita siklus I
menggunakan metode field trip.
f.
Melakukan proses
pembelajaran menulis berita siklus II menggunakan metode field trip.
g. Mengumpulkan hasil belajar peserta didik dalam tiga
proses pembelajaran di atas.
h. Menghitung perbandingan hasil antara tahap prasiklus,
siklus I, dan siklus II.
i.
Melakukan pengamatan
perubahan perilaku peserta didik setelah melakukan pembelajaran menulis teks
berita dengan metode field trip.
j.
Mengumpulkan
seluruh data yang terdiri dari hasil observasi, hasil wawancara, jurnal guru
dan peserta didik dan dokumentasi berupa foto.
k. Mencatat dalam kartu data yang telah disediakan.
7.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah tes dan nontes. Dengan tes,
peneliti dapat mengetahui bagaimana ketercapaian peserta didik dalam menulis
teks berita. Sedangkan dengan instrumen nontes dalam penelitian ini adalah
lembar observasi, jurnal, lembar wawancara, dan dokumentasi yang digunakan
untuk mengetahui perubahan tingkah laku peserta didik.
a. Instrumen Tes
Instrumen dalam bentuk tes digunakan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik tentang berita dan
keterampilan peserta didik dalam menulis teks berita pada siklus I dan siklus
II dengan tindakan metode field trip. Bentuk instrumen ini berupa uraian
tertulis yaitu tes menulis teks berita. Tes ini menuntut peserta didik untuk
menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Ada beberapa aspek yang
harus diperhatikan meliputi: kesesuaian antara judul dengan isi berita,
kelengkapan unsur ADIKSIMBA, keruntutan pemaparan, kalimat efektif, pilihan kata/diksi,
ketepatan ejaan, dan tampilan tulisan.
Tabel 2
Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Teks Berita
No
|
Aspek Penilaian
|
Skala Penilaian
|
Bobot
|
Skor Maksimal
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1.
|
Kesesuaian antara judul dan isi berita
|
|
|
|
|
|
2
|
10
|
2.
|
Kelengkapan unsur ADIKSIMBA
|
|
|
|
|
|
4
|
20
|
3.
|
Keruntutan pemaparan
|
|
|
|
|
|
3
|
15
|
4.
|
Kalimat efektif
|
|
|
|
|
|
3
|
15
|
5.
|
Pilihan kata/ diksi
|
|
|
|
|
|
3
|
15
|
6.
|
Ketepatan ejaan
|
|
|
|
|
|
3
|
15
|
7.
|
Tampilan
|
|
|
|
|
|
2
|
10
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
25
|
100
|
Keterangan:
Sangat Baik : 5
Baik : 4
Cukup : 3
Kurang : 2
Sangat Kurang : 1
Rentang skor pada kriteria penilaian di atas yaitu antara 1
sampai 5. Aspek kalimat efektif, ketepatan ejaan, pilihan kata/ diksi, dan
keruntutan pemaparan, masing-masing dengan bobot 3 dan skor 15. Aspek
kemenarikan judul dan tampilan tulisan masing-masing dengan bobot 2 dan skor
10, sedangkan bobot untuk aspek kelengkapan unsur bobot 4 dan skor 20 sehingga
jumlah total bobot 25 dan skor maksimal 100.
Tabel
3
Kriteria
Penilaian Keterampilan Menulis Teks Berita
No
|
Aspek Penilaian
|
Kriteria Penilaian
|
Skor
|
Kategori
|
1.
|
Kesesuaian isi dengan
judul
|
a. Judul
sesuai dengan isi dan menarik untuk dibaca.
b. Judul
sesuai dengan isi.
c. Judul
sesuai dengan isi tetapi kurang menarik untuk dibaca.
d. Judul
kurang sesuai tetapi menarik untuk dibaca.
e. Judul
tidak sesuai dan tidak menarik untuk dibaca.
|
5
4
3
2
1
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
|
2.
|
Kelengkapan
unsur ADIKSIMBA
|
a. Memenuhi
6 unsur berita.
b. 1
unsur berita tidak tercantum.
c. 2
unsur berita tidak tercantum.
d. 3-4
unsur berita tidak tercantum.
e. >5
unsur berita tidak tercantum.
|
5
4
3
2
1
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
|
3.
|
Keruntutan
pemaparan
|
a. Jelas,
runtut, dan mudah dipahami.
b. Runtut
dan mudah dipahami.
c. Runtut.
d. Tidak
runtut tetapi dapat dipahami.
e. Tidak
runtut dan tidak dapat dipahami.
|
5
4
3
2
1
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
|
4.
|
Kalimat
efektif
|
a. Memenuhi
5 syarat kalimat efektif.
b. Memenuhi
4 syarat kalimat efektif.
c. Memenuhi
3 syarat kalimat efektif.
d. Memenuhi
2 syarat kalimat efektif.
e. Memenuhi
1 syarat kalimat efektif.
|
5
4
3
2
1
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
|
5.
|
Pilihan
kata/ diksi
|
a. Terdapat
4 aspek kesesuaian bahasa yang digunakan.
b. Terdapat
3 aspek kesesuaian bahasa yang digunakan.
c. Terdapat
2 aspek kesesuaian bahasa yang digunakan.
d. Terdapat
1 aspek kesesuaian bahasa yang digunakan.
e. Tidak
terdapat kesesuaian bahasa yang digunakan.
|
5
4
3
2
1
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
|
6.
|
Ketepatan
ejaan
|
a. Tidak
ada kesalahan ejaan.
b. Jumlah
kesalahan 1-3
c. Jumlah
kesalahan 4-6.
d. Jumlah
kesalahan 7-10.
e. Jumlah
kesalahan >10
|
5
4
3
2
1
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
|
7.
|
Tampilan
|
a. Terbaca,
sangat rapi, dan bersih dari coretan.
b. Terbaca,
rapi, dan terdapat coretan
c. Terbaca,
kurang rapi, tidak terdapat coretan
d. Terbaca,
kurang rapi, dan terdapat coretan
e. Tidak
terbaca
|
5
4
3
2
1
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
|
Tabel 4
Penggolongan Pedoman Penilaian
No
|
Rentang Nilai
|
Kategori
|
1.
|
85-100
|
Sangat baik
|
2.
|
75-84
|
Baik
|
3.
|
66-74
|
Cukup
|
4.
|
55-65
|
Kurang
|
5.
|
<55
|
Sangat kurang
|
|
Dari tabel di atas peneliti dapat menentukan
kriteria penilaian dari peserta didik. Peserta didik memperoleh kriteria sangat
baik apabila memperoleh nilai 85-100, memperoleh nilai 75-84 dalam kategori baik,
memperoleh nilai 65-74 dalam kategori cukup, memperoleh nilai 55-64 dalam
kategori kurang, dan memperoleh nilai < 55 dalam kategori sangat kurang.
b. Instrumen Nontes
Instrumen
nontes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi, jurnal,
dokumentasi, dan pedoman wawancara. Penggambaran keterkaitan antara penggunaan
instrumen pengambilan data dan aspek-aspek dalam perubahan perilaku serta
proses pembelajaran dapat digambarkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 5
Kisi-kisi Intrumen Nontes
No
|
Instrumen Nontes
|
Aspek yang diamati
|
|||||||||
Proses
|
Perilaku
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1.
|
Observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Jurnal peserta didik
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jurnal guru
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Wawancara
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Dokumentasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
1.
Proses Pembelajaran
(1)
Keintensifan proses penumbuhan minat belajar peserta didik.
(2)
Kekondusifan proses diskusi.
(3)
Keintensifan peserta didik dalam menulis teks berita.
(4)
Kekondusifan peserta didik pada saat proses presentasi di
depan kelas.
(5)
Kereflektif kegiatan refleksi sehingga peserta didik
menyadari kekurangan dan mengetahui langkah selanjutnya yang harus dilakukan.
2.
Perubahan Perilaku
(1)
Keaktifan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran
menulis teks berita.
(2)
Keantusiasan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
menulis teks berita.
(3)
Kerja sama peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan.
(4)
Kemandirian peserta didik dalam menulis teks berita.
(5)
Peserta didik percaya diri dalam mengikuti pembelajaran.
1)
Lembar Observasi
Lembar
observasi berisi pedoman pengamatan untuk mengamati sikap positif atau negatif
peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan untuk
mengetahui perubahan sikap peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
2)
Jurnal
Jurnal
merupakan lembar yang berisi daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui
kesan dan pesan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Jurnal ini
berisi jurnal guru dan jurnal peserta didik. Jurnal guru berisi hal-hal sebagai
berikut: (1) kesiapan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, (2)
proses diskusi saat peserta didik saat mencari informasi dari lingkungan yang
dikunjungi, (3) proses peserta didik ketika menulis teks berita, (4) bagaimana
respon peserta didik terhadap metode field
trip yang disajikan, (5) kemandirian peserta didik saat menulis teks
berita, (6) tanggungjawab peserta didik dalam mengerjakan tugas, (7) keberanian
dan kepercayaan diri peserta didik saat mempresentasikan hasil diskusi, (8)
keaktifan peserta didik berpendapat, (9) refleksi di akhir pembelajaran,
sedangkan jurnal peserta didik berisi antara lain: (1) tanggapan peserta didik
terhadap pembelajaran menulis teks berita, (2) ketertarikan peserta didik
terhadap pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip,
(3) manfaat yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran menulis teks berita
menggunakan metode field trip, (4) kesan peserta didik terhadap
pembelajaran menulis teks berita.
3)
Pedoman Wawancara
Wawancara
digunakan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran menulis
teks berita menggunakan metode field trip. Pedoman wawancara ini berisi
pertanyaan tentang tanggapan peserta didik terhadap metode field trip,
kesulitan yang dialami oleh peserta didik, tanggapan peserta didik terhadap
pembelajaran menulis teks berita, dan saran untuk pembelajaran menulis teks
berita menggunakan metode field trip. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan
kepada peserta didik tertentu, yakni pada peserta didik yang memperoleh nilai
tinggi, sedang, dan kurang.
4)
Dokumetasi
Dokumentasi
merupakan bukti bahwa peneliti telah benar-benar melakukan penelitian.
Dokumentasi ini bisa berupa foto. Foto ini berisi tentang rangkaian kegiatan
pada saat pembelajaran berlangsung. Dokumentasi berisi sejumlah foto pada
kegiatan pembelajaran, antara lain adalah kegiatan awal pembelajaran, aktivitas
peserta didik ketika guru menjelaskan, pelaksanaan tes kegiatan menulis teks
berita, dan kegiatan pada saat wawancara dengan peserta didik.
8.
Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
a.
Teknik Kuantitatif
Teknik
kuantitif digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa menulis
teks berita menggunakan metode field trip.
Analisis tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1)
Menghitung skor yang diperoleh peserta didik.
2)
Menghitung skor komulatif dari keseluruhan aspek.
3)
Menghitung rata-rata
kelas.
4)
Menghitung presentase dengan rumus:
|
Keterangan:
NP : Nilai persentase
Σ Nilai Total : Jumlah nilai keseluruhan yang
diperoleh peserta
didik
Σ Nilai Maksimal
:
Jumlah nilai total maksimal
b. Teknik
Kualitatif
Teknik
kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data kualitatif
diperoleh dari data nontes, yakni observasi, jurnal, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik kualitatif digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku
peserta didik dalam pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode field trip.
Hasil data pada siklus I dan siklus II dibandingkan untuk mengetahui perubahan
perilaku peserta didik. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui adanya
peningkatan perubahan perilaku peserta didik.
9.
Teknik
Penyajian Hasil Analisis
Sudaryanto (1993: 145) mengatakan
bahwa penulisan hasil analisis memprasyaratkan adanya kelayakan baca, yaitu
demi pemanfaatan yang terkait pada tujuan tertentu, antara lain diketahuinya
secara menyeluruh hubungan antarkaidah, dan diketahuinya kekhasan kaidah dalam
bahasa tertentu jika kaidah yang bersangkutan dibandingkan dengan kaidah bahasa
lain. Cara yang ada dikenal sebagai metode penyajian kaidah macamnya ada dua
yaitu yang bersifat informal dan yang bersifat formal. Metode penyajian yang
bersifat informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan
terminologi yang teknik sifatnya, sedangkan penyajian formal adalah perumusan
dengan tanda dan lambang-lambang. Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data penelitian ini adalah metode yang bersifat informal dan formal. Penyajian
hasil analisis data dalam penelitian ini
dipaparkan dengan kata-kata dan menggunakan tanda serta lambang-lambang.
10. Uji Validitas
Menurut Sutopo (2006 : 92)
validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna
sebagai hasil penelitian. Beberapa cara yang
biasanya dipilih untuk mengembangkan validitas (kesahihan) data penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik validitas data triangulasi. Menurut Moleong (2014: 330) triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap hal tersebut.
Data yang berhasil dikumpulkan diusahakan kemantapan
dan kebenarannya. Maksudnya, setiap penelitian harus menentukan suatu cara guna
meningkatkan validitas data yang diperoleh dari kemantapan kesimpulan dan
tafsiran makna penelitiannya.
Dalam penelitian ini digunakan uji validitas untuk
membuktikan kesahihan data yang diteliti. Penelitian
ini menggunakan triangulasi teori
untuk memvalidasi data objektif.
![]() |
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu,
Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Igma, Nurul. 2013, “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks
Berita Menggunakan Model Think Pair Share
dengan Media Komik Bermuatan Cinta Lingkungan pada Peserta Didik Kelas VIII
G SMP Negeri 1 Kandeman Semester Genap Tahun Ajar 2012/2013”. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang. Semarang. hlm. 22-44.
Moleong. 2014. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ningsih, Nur Adi. 2013. “Peningkatan Kemampuan
Menulis Puisi Menggunakan Metode Field
Trip pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 22 Purworejo Tahun Pelajaran
2012/2013”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo. hlm. 36.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:
PT. BPFE-YOGYAKARTA.
Rokhayati, Nani. 2011. “Upaya Peningkatan Kemampuan
Menulis Deskripsi dengan Metode Field
Trip pada Siswa Kelas X MAN Purworejo Tahun Ajaran 2010/2011”. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo. hlm. 40.
Sahulekha,
Dani. 2013. “Keefektifan Metode Field
Trip dalam Pembelajaran Menulis
Deskripsi pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bogares Kidul 02 Kabupaten Tegal”.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. hlm. 14-32
Tarigan, Henry, Guntur. 1993. Menulis Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Agen Judi Online Terpercaya
ReplyDeleteAgen Slot Terbaru
Movie